Perjalanan Incognito Soeharto: Keluar Masuk Desa Tanpa Sepengetahuan Panglima
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Soeharto pernah melakukan perjalanan incognito (penyamaran) ke daerah-daerah. Soeharto Keluar masuk desa tanpa pengawalan selama berhari-hari untuk melihat dari dekat program-program yang dilaksanakan pemerintah sambil menyerap aspirasi.
Try Sutrisno diangkat menjadi ajudan Presiden Soeharto pada 1974 dan bertugas hingga 1978. Try Sutrisno mengaku sempat khawatir. Sebab, Pak Harto, sapaan akrab Presiden Soeharto, waktu itu ingin berkeliling ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat secara diam-diam.
Anggota rombongan pun sangat terbatas. Selain Try Sutrisno, ikut perjalanan rahasia itu Dan Paspampres Kolonel Munawar, Komandan Pengawal, Dokter Mardjono, dan mekanik Biyanto.
"Perjalanan itu berlangsung dua pekan, bersifat rahasia. Bahkan Panglima ABRI pun tidak diberitahu. Hanya kalangan terbatas yang boeh tahu, antara lain Ketua G-I/S Intel Hankam Mayjen TNI Benny Moerdani," tutur Try Sutrisno.
Perjalanan rahasia ini jauh dari kemewahan. Pak Harto dan anggota rombongan tidak pernah makan di restoran. Untuk keperluan logistik, rombongan membawa beras dari Jakarta. Ibu Tien membekali Pak Harto sambal teri dan kering tempe.
Menginapnya juga tidak di hotel atau penginapan tapi di rumah kepala desa atau penduduk. Benar-benar prihatin. Saat ber-incognito di Jawa Tengah, Pak Harto hafal lika-liku jalan di provinsi itu. Maklum, Pak Harto banyak berjuang di wilayah Yogyakarta dan Jateng, kemudian menjadi Pangdam IV Diponegoro.
"Waktu itu saya yang mengemudikan mobil. Tiba di suatu persimpangan tanpa bertanya saya jalan terus, ternyata saya salah jalan tetapi Pak Harta tidak marah dan tersenyum saja," tutur Try Sutrisno yang kelak diangkat menjadi Wakil Presiden RI mendampingi Soeharto.
Meski bersifat rahasia, perjalanan incognito Pak Harto bocor juga. Saat blusukan di wilayah Jawa Timur, warga desa ada yang melihat sang presiden dan melaporkannya ke aparat setempat. Rombongan sempat dicurigai, apakah benar Presiden Soeharto berkunjung tanpa pengawalan?
Sebagai ajudan, Try Sutrisno kemudian menjelaskan bahwa Presiden Soeharto sedang melakukan perjalanan rahasia. Para pejabat pun geger karena tidak diberi tahu, sehingga tidak memberikan sambutan sepantasnya kepada Pak Harto.
"Sayalah lantas yang menjadi sasaran omelan mereka yang marah karena merasa tidak diberi kesempatan menyambut presiden sepantasnya. Padahal itu semua atas kemauan Pak Harto," tutur pensiunan jenderal TNI ini.
Seluruh hasil perjalanan incognito dicatat oleh Pak Harto. Hasil kunjungan rahasia itu dijadikan masukan. Secara objektif kemudian diketahui daerah-daerah yang telah berhasil dan yang masih perlu ditingkatkan. Semuanya dicek ulang di dalam rapat kabinet. Dengan begitu, tidak ada menteri yang berbohong.
Perjalanan incognito berakhirnya di Istana Cipanas. Semua anggota rombongan kelelahan setelah dua pekan berkeliling keluar masuk desa. Pak Harto meminta anak buahnya untuk makan terlebih dahulu sebelum dirinya.
"Itulah good leadership yang saya warisi dari Pak Harto sebagai komandan pasukan. Beliau mendahulukan anak buah untuk hal-hal yang mendasar, seperti soal makan," tutur Try Sutrisno yang hingga kini masih aktif sebagai Ketua Umum Prima, Persahabatan RI-Malaysia.
Try Sutrisno diangkat menjadi ajudan Presiden Soeharto pada 1974 dan bertugas hingga 1978. Try Sutrisno mengaku sempat khawatir. Sebab, Pak Harto, sapaan akrab Presiden Soeharto, waktu itu ingin berkeliling ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat secara diam-diam.
Anggota rombongan pun sangat terbatas. Selain Try Sutrisno, ikut perjalanan rahasia itu Dan Paspampres Kolonel Munawar, Komandan Pengawal, Dokter Mardjono, dan mekanik Biyanto.
"Perjalanan itu berlangsung dua pekan, bersifat rahasia. Bahkan Panglima ABRI pun tidak diberitahu. Hanya kalangan terbatas yang boeh tahu, antara lain Ketua G-I/S Intel Hankam Mayjen TNI Benny Moerdani," tutur Try Sutrisno.
Perjalanan rahasia ini jauh dari kemewahan. Pak Harto dan anggota rombongan tidak pernah makan di restoran. Untuk keperluan logistik, rombongan membawa beras dari Jakarta. Ibu Tien membekali Pak Harto sambal teri dan kering tempe.
Menginapnya juga tidak di hotel atau penginapan tapi di rumah kepala desa atau penduduk. Benar-benar prihatin. Saat ber-incognito di Jawa Tengah, Pak Harto hafal lika-liku jalan di provinsi itu. Maklum, Pak Harto banyak berjuang di wilayah Yogyakarta dan Jateng, kemudian menjadi Pangdam IV Diponegoro.
"Waktu itu saya yang mengemudikan mobil. Tiba di suatu persimpangan tanpa bertanya saya jalan terus, ternyata saya salah jalan tetapi Pak Harta tidak marah dan tersenyum saja," tutur Try Sutrisno yang kelak diangkat menjadi Wakil Presiden RI mendampingi Soeharto.
Meski bersifat rahasia, perjalanan incognito Pak Harto bocor juga. Saat blusukan di wilayah Jawa Timur, warga desa ada yang melihat sang presiden dan melaporkannya ke aparat setempat. Rombongan sempat dicurigai, apakah benar Presiden Soeharto berkunjung tanpa pengawalan?
Sebagai ajudan, Try Sutrisno kemudian menjelaskan bahwa Presiden Soeharto sedang melakukan perjalanan rahasia. Para pejabat pun geger karena tidak diberi tahu, sehingga tidak memberikan sambutan sepantasnya kepada Pak Harto.
"Sayalah lantas yang menjadi sasaran omelan mereka yang marah karena merasa tidak diberi kesempatan menyambut presiden sepantasnya. Padahal itu semua atas kemauan Pak Harto," tutur pensiunan jenderal TNI ini.
Seluruh hasil perjalanan incognito dicatat oleh Pak Harto. Hasil kunjungan rahasia itu dijadikan masukan. Secara objektif kemudian diketahui daerah-daerah yang telah berhasil dan yang masih perlu ditingkatkan. Semuanya dicek ulang di dalam rapat kabinet. Dengan begitu, tidak ada menteri yang berbohong.
Perjalanan incognito berakhirnya di Istana Cipanas. Semua anggota rombongan kelelahan setelah dua pekan berkeliling keluar masuk desa. Pak Harto meminta anak buahnya untuk makan terlebih dahulu sebelum dirinya.
"Itulah good leadership yang saya warisi dari Pak Harto sebagai komandan pasukan. Beliau mendahulukan anak buah untuk hal-hal yang mendasar, seperti soal makan," tutur Try Sutrisno yang hingga kini masih aktif sebagai Ketua Umum Prima, Persahabatan RI-Malaysia.
(maf)