BMKG dan BRIN Kembangkan Pemodelan Tsunami Merah Putih, Mampu Perkirakan Dampak Terburuk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan mengembangkan pemodelan tsunami yang diberi nama Pemodelan Tsunami Merah Putih. Pemodelan ini tidak hanya menyajikan prediksi estimasi waktu tiba gelombang, ketinggian, dan run up tsunami , tapi juga mencakup inundasi atau jarak horizontal terjauh yang dijangkau oleh gelombang tsunami dari garis pantai. Pemodelan inundasi tsunami ini digunakan untuk memperkirakan dampak tsunami terburuk.
"Poinnya, data prediksi yang disajikan nantinya jauh lebih tajam. Pemodelan inundasi ini juga bisa digunakan lebih jauh untuk memprediksi dampak serta kerugian material dan non material yang terjadi jika tsunami melanda. Misal, ada berapa desa yang tersapu tsunami, infrastruktur apa saja yang ada di zona tersebut, penduduk, dan lain sebagainya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu (9/3/2022).
Dwikorita mengatakan, seluruh data yang dikeluarkan nantinya juga memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi. Dengan begitu, nantinya upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah dapat lebih komprehensif dalam menekan risiko dan kerugian yang mungkin ditimbulkan.
Pemodelan Tsunami Merah Putih, juga akan melibatkan banyak pakar, di antaranya Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia Gegar Prasetya, serta beberapa peneliti dari ITB dan UGM. Pengembangan Pemodelan Tsunami Merah Putih ini juga dikawal oleh Asisten Deputi Bidang Infrastruktur Dasar, Perkotaan, dan Sumber Daya Air (Asdep IDPSDA) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rahman Hidayat.
Deputi Geofisika BMKG, Suko Prayitno menambahkan, sejak 2008 BMKG telah mengembangkan sebanyak 20.000 pemodelan tsunami. Sebanyak 5.000 pemodelan merupakan hibah bantuan dari Jerman tetapi hanya mencakup wilayah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa. Sementara 15.000 pemodelan sisanya merupakan pemodelan yang dibuat oleh BMKG.
"Kami berharap jumlah pemodelan merah putih yang dikembangkan bersama BRIN nantinya jauh lebih banyak dengan berbagai parameter dan kemungkinan. Mulai dari magnitudo, hiposentrum, sumber gempa, penyebab gempa, dan lain sebagainya," ujarnya.
Senada, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Bambang Prayitno menegaskan, BMKG siap bekerja sama dan berkolaborasi dengan BRIN, termasuk dalam hal riset tsunami. Tentunya ini akan sangat bermanfaat untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang selama ini dimiliki BMKG. "Semoga dalam tempo 1-2 tahun kolaborasi ini bisa terealisasi," katanya.
Baca juga: Waspadai Potensi Gempa-Tsunami di Selatan Jatim
Tambah WRS New Generation
Dwikorita juga menyampaikan bahwa untuk memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, BMKG juga terus menambah jumlah Warning Receiver System (WRS) New Generation di seluruh pelosok Indonesia. BMKG juga terus menambah jumlah sensor pendeteksi gempa bumi atau seismograf di seluruh wilayah Indonesia untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan informasi.
"Hingga saat ini total ada 428 sensor yang telah terpasang di seluruh penjuru Indonesia. Jumlahnya akan terus bertambah untuk merapatkan jaringan guna meningkatkan performa kecepatan dan keakuratan informasi dan peringatan dini tsunami yang dikeluarkan gempa bumi," katanya.
Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, dengan sensor gempa yang dimiliki BMKG saat ini, kemampuan deteksibilitas semakin tinggi. Jika dulu, gempa bermagnitudo di bawah 4 samar terdeteksi, maka sekarang gempa di bawah magnitudo 4 bisa dengan mudah terdeteksi. Namun demikian, menurutnya kerapatan sensor dan fasilitas pendeteksi kegempaan masih perlu ditambah mengingat panjangnya garis pantai Indonesia yang rawan kegempaan dan tsunami.
"Saat ini gempa-gempa mikro bisa terdeteksi. Ini penting, dengan deteksibilitas yang kuat maka dapat dipetakan sumber-sumber gempa baru yang selama ini tidak diketahui. Muaranya, tetap pada upaya mitigasi yang lebih komprehensif guna mengurangi risiko yang ditimbulkan gempa bumi," katanya.
Sementara itu, Plt Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko mengatakan bahwa BRIN ingin berkolaborasi dengan BMKG untuk bersama-sama membangun satu sistem pemodelan tsunami guna mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System atau InaTEWS. "Mulai tahun ini dan tahun depan, optimis bisa kita lakukan dan semoga dapat berjalan dengan baik," katanya.
"Poinnya, data prediksi yang disajikan nantinya jauh lebih tajam. Pemodelan inundasi ini juga bisa digunakan lebih jauh untuk memprediksi dampak serta kerugian material dan non material yang terjadi jika tsunami melanda. Misal, ada berapa desa yang tersapu tsunami, infrastruktur apa saja yang ada di zona tersebut, penduduk, dan lain sebagainya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu (9/3/2022).
Dwikorita mengatakan, seluruh data yang dikeluarkan nantinya juga memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi. Dengan begitu, nantinya upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah dapat lebih komprehensif dalam menekan risiko dan kerugian yang mungkin ditimbulkan.
Pemodelan Tsunami Merah Putih, juga akan melibatkan banyak pakar, di antaranya Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia Gegar Prasetya, serta beberapa peneliti dari ITB dan UGM. Pengembangan Pemodelan Tsunami Merah Putih ini juga dikawal oleh Asisten Deputi Bidang Infrastruktur Dasar, Perkotaan, dan Sumber Daya Air (Asdep IDPSDA) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rahman Hidayat.
Deputi Geofisika BMKG, Suko Prayitno menambahkan, sejak 2008 BMKG telah mengembangkan sebanyak 20.000 pemodelan tsunami. Sebanyak 5.000 pemodelan merupakan hibah bantuan dari Jerman tetapi hanya mencakup wilayah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa. Sementara 15.000 pemodelan sisanya merupakan pemodelan yang dibuat oleh BMKG.
"Kami berharap jumlah pemodelan merah putih yang dikembangkan bersama BRIN nantinya jauh lebih banyak dengan berbagai parameter dan kemungkinan. Mulai dari magnitudo, hiposentrum, sumber gempa, penyebab gempa, dan lain sebagainya," ujarnya.
Senada, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Bambang Prayitno menegaskan, BMKG siap bekerja sama dan berkolaborasi dengan BRIN, termasuk dalam hal riset tsunami. Tentunya ini akan sangat bermanfaat untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang selama ini dimiliki BMKG. "Semoga dalam tempo 1-2 tahun kolaborasi ini bisa terealisasi," katanya.
Baca juga: Waspadai Potensi Gempa-Tsunami di Selatan Jatim
Tambah WRS New Generation
Dwikorita juga menyampaikan bahwa untuk memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, BMKG juga terus menambah jumlah Warning Receiver System (WRS) New Generation di seluruh pelosok Indonesia. BMKG juga terus menambah jumlah sensor pendeteksi gempa bumi atau seismograf di seluruh wilayah Indonesia untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan informasi.
"Hingga saat ini total ada 428 sensor yang telah terpasang di seluruh penjuru Indonesia. Jumlahnya akan terus bertambah untuk merapatkan jaringan guna meningkatkan performa kecepatan dan keakuratan informasi dan peringatan dini tsunami yang dikeluarkan gempa bumi," katanya.
Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, dengan sensor gempa yang dimiliki BMKG saat ini, kemampuan deteksibilitas semakin tinggi. Jika dulu, gempa bermagnitudo di bawah 4 samar terdeteksi, maka sekarang gempa di bawah magnitudo 4 bisa dengan mudah terdeteksi. Namun demikian, menurutnya kerapatan sensor dan fasilitas pendeteksi kegempaan masih perlu ditambah mengingat panjangnya garis pantai Indonesia yang rawan kegempaan dan tsunami.
"Saat ini gempa-gempa mikro bisa terdeteksi. Ini penting, dengan deteksibilitas yang kuat maka dapat dipetakan sumber-sumber gempa baru yang selama ini tidak diketahui. Muaranya, tetap pada upaya mitigasi yang lebih komprehensif guna mengurangi risiko yang ditimbulkan gempa bumi," katanya.
Sementara itu, Plt Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko mengatakan bahwa BRIN ingin berkolaborasi dengan BMKG untuk bersama-sama membangun satu sistem pemodelan tsunami guna mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System atau InaTEWS. "Mulai tahun ini dan tahun depan, optimis bisa kita lakukan dan semoga dapat berjalan dengan baik," katanya.
(abd)