Dikepung Musuh, Perwira Pasukan Khusus TNI AU Ini Gugur dalam Operasi Serigala di Papua
loading...
A
A
A
Sayangnya, dari tiga pesawat yang diberangkatkan hanya satu pesawat yang melakukan penerjunan pasukan PGT sebanyak 39 orang. Meski berhasil melakukan penerjunan, pasukan yang dipimpin Manuhua sebagai Komandan Kompi dengan Danton SMU Soepangat menghadapi masalah baru karena pendaratan tidak sesuai sasaran atau dropping zone melainkan di Pegunungan Mariyat.
Mereka jatuh menyebar dan terpisah-pisah. Bahkan tidak sedikit yang tersangkut di atas pohon termasuk perbekalan yang dibawanya. Tingginya pepohonan di kawasan pegunungan Mariyat menjadi kendala utama bagi pasukan ini. Butuh waktu berhari-hari untuk kembali menyatu.
Manuhua sendiri tersangkut dan tergantung di pohon selama tiga hari tiga malam. Pada saat ditemukan oleh pasukannya, Manuhua dalam keadaan pingsan. Pasukannya langsung berupaya menurunkan Manuhua dari atas pohon, namun karena tali yang dibawa tidak cukup, dari ketinggian 6 meter Manuhua akhirnya menjatuhkan diri ke tanah. Akibat tindakan nekat itu, kaki Manuhua terkilir dan terpaksa harus berjalan menjadi pincang.
Selain Manuhua, kecelakaan juga dialami PU I Slamet H. Saat ditemukan, tubuh Slamet tertindih kayu kering yang besar dan menyebabkan pinggangnya patah. Tidak hanya itu, kaki dan badannya juga terluka dan sudah dipenuhi pacet. Slamet akhirnya gugur dan dimakamkan secara sederhana di hutan pegunungan Mariyat.
Setelah dua minggu, sebanyak 12 anggota PGT berhasil bertemu. Untuk melanjutkan perjuangan Manuhua kemudian membagi pasukannya menjadi dua kelompok kecil. Tim pertama dipimpin langsung Manuhua bertugas melakukan sabotase terhadap kekuatan Belanda. Sedangkan kelompok kedua dipimpin Kapten Udara (KU) I Supardi. Bersama tujuh anggotanya, Manuhua melancarkan aksi gerilya. Beberapa kali Manuhua dan timnya terlibat kontak senjata dengan tentara Belanda.
Dijebak dan Dikepung Musuh
Pertempuran demi pertempuran sengit dialami Manuhua dan pasukannya. Setelah berhari-hari berada di dalam hutan lebat tanpa perbekalan, Manuhua dan pasukannya memutuskan turun dan masuk ke permukiman warga sekitar untuk mencari makanan. Kedatangan Manuhua langsung diterima oleh warga setempat.
Mereka lalu memberi Manuhua dan anak buahnya sagu. Untuk memulihkan tenaga, Manuhua memutuskan untuk bermalam di salah satu rumah di perkampungan tersebut. Ketika waktu menunjukkan pukul 03.00, salah seorang penduduk meminta Manuhua dan pasukannya pindah ke sebuah rumah yang lebih aman.
Tanpa rasa curiga, Manuhua dan pasukannya pindah ke tempat baru. Di rumah tersebut telah disediakan pisang dan sagu. Mereka baru menyadari jika itu jebakan setelah salah seorang anggotanya mengintip dari celah-celah dinding dan mendapati beberapa tentara Belanda tengah mendekati rumah.
Mereka jatuh menyebar dan terpisah-pisah. Bahkan tidak sedikit yang tersangkut di atas pohon termasuk perbekalan yang dibawanya. Tingginya pepohonan di kawasan pegunungan Mariyat menjadi kendala utama bagi pasukan ini. Butuh waktu berhari-hari untuk kembali menyatu.
Manuhua sendiri tersangkut dan tergantung di pohon selama tiga hari tiga malam. Pada saat ditemukan oleh pasukannya, Manuhua dalam keadaan pingsan. Pasukannya langsung berupaya menurunkan Manuhua dari atas pohon, namun karena tali yang dibawa tidak cukup, dari ketinggian 6 meter Manuhua akhirnya menjatuhkan diri ke tanah. Akibat tindakan nekat itu, kaki Manuhua terkilir dan terpaksa harus berjalan menjadi pincang.
Selain Manuhua, kecelakaan juga dialami PU I Slamet H. Saat ditemukan, tubuh Slamet tertindih kayu kering yang besar dan menyebabkan pinggangnya patah. Tidak hanya itu, kaki dan badannya juga terluka dan sudah dipenuhi pacet. Slamet akhirnya gugur dan dimakamkan secara sederhana di hutan pegunungan Mariyat.
Setelah dua minggu, sebanyak 12 anggota PGT berhasil bertemu. Untuk melanjutkan perjuangan Manuhua kemudian membagi pasukannya menjadi dua kelompok kecil. Tim pertama dipimpin langsung Manuhua bertugas melakukan sabotase terhadap kekuatan Belanda. Sedangkan kelompok kedua dipimpin Kapten Udara (KU) I Supardi. Bersama tujuh anggotanya, Manuhua melancarkan aksi gerilya. Beberapa kali Manuhua dan timnya terlibat kontak senjata dengan tentara Belanda.
Dijebak dan Dikepung Musuh
Pertempuran demi pertempuran sengit dialami Manuhua dan pasukannya. Setelah berhari-hari berada di dalam hutan lebat tanpa perbekalan, Manuhua dan pasukannya memutuskan turun dan masuk ke permukiman warga sekitar untuk mencari makanan. Kedatangan Manuhua langsung diterima oleh warga setempat.
Mereka lalu memberi Manuhua dan anak buahnya sagu. Untuk memulihkan tenaga, Manuhua memutuskan untuk bermalam di salah satu rumah di perkampungan tersebut. Ketika waktu menunjukkan pukul 03.00, salah seorang penduduk meminta Manuhua dan pasukannya pindah ke sebuah rumah yang lebih aman.
Tanpa rasa curiga, Manuhua dan pasukannya pindah ke tempat baru. Di rumah tersebut telah disediakan pisang dan sagu. Mereka baru menyadari jika itu jebakan setelah salah seorang anggotanya mengintip dari celah-celah dinding dan mendapati beberapa tentara Belanda tengah mendekati rumah.