PCINU Inggris Raya: Ada Pola Serangan Computational Propaganda terhadap NU

Rabu, 02 Maret 2022 - 18:52 WIB
loading...
PCINU Inggris Raya:...
Presiden Jokowi menyampaikan amanat saat pembukaan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34 di Pondok Pesantren Darus Saadah, Lampung, Rabu (22/12/2021). FOTO/ANTARA/Hafidz Mubarak A
A A A
JAKARTA - Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama Inggris Raya Munawir Aziz menyampaikan ada pola serangan terhadap Nahdlatul Ulama (NU) di platform digital dengan skema computational propaganda. Skema ini terlihat dari pergerakan percakapan media sosial yang termonitor, sekaligus delegitimasi terhadap tokoh-tokoh kunci dan pendakwah NU.

"Jadi, saya bersama teman-teman di Inggris membangun platform untuk memonitor pergerakan percakapan media sosial. Kami membangun semacam media monitoring untuk data crawling sekaligus analisa. Ada pola yang terlihat terkait serangan terhadap tokoh-tokoh Nahdliyyin dalam beberapa level," kata Munawir Aziz dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/3/2022).

Munawir Aziz merupakan jurnalis dan peneliti yang saat ini sedang mendalami digital diplomacy. Ia juga awardee LPDP Santri untuk PhD program. Menurut Munawir, temuan ini harus menjadi alert, dan perlu disikapi secara tepat.



"Kami melakukan monitoring sejak Desember 2021 lalu, tepat beberapa pekan sebelum muktamar NU. Memang masih butuh waktu untuk penyempurnaan infrastruktur digitalnya serta untuk mengelola data yang lebih besar. Tapi, terlihat ada pola bahwa serangan computational propaganda terhadap tokoh-tokoh NU," katanya. Tim monitoring ini dibantu data architect, data scientist dan beberapa ahli di bidang public policy.

Munawir Aziz menyampaikan bahwa ketika Muktamar NU, KH Yahya Cholil Qoumas alias Gus Yahya mendapat serangan terkait isu antek Yahudi dan gerakan zionis. "Serangan terhadap Gus Yahya dilancarkan pihak luar NU. Waktu itu juga ada isu terkait pencopotan pejabat di Kemenag untuk mempengaruhi publik, tapi tidak berhasil," katanya.

Ketika Muktamar NU, Munawir Aziz bersama tim PCINU UK melalukan monitoring untuk khidmah terhadap forum Muktamar. "Ya kami waktu itu untuk khidmah, karena tidak bisa pulang ke Indonesia karena peraturan di Inggris yang ketat terkait protokol kesehatan. Selain itu, sebagai atisipasi agar di media sosial, tidak ada yang memecah NU dari luar. Hasil monitoring ini sudah saya sampaikan ke beberapa pihak, terutama para decision maker di NU untuk bahan analisa," katanya.

Baca juga: Wasekjen PBNU Bela Menag, Anggap Pengkritik Tak Paham Wawasan Kebangsaan

Pasca Muktamar NU, serangan berlanjut terhadap pendakwah Gus Miftah dan kemudian Menteri Agama Gus Yaqut Cholil Qoumas. "Intinya, ada pola yang menggeser dari voice ke noise. Jadi, dari percakapan yang strategis dan urgent, digeser ke keributan, jadinya noise. Gus Miftah mengkritik pendakwah yang mengharamkan wayang, tapi kemudian keributan dibikin untuk mendeligitimasi Gus Miftah," katanya.

"Begitu juga dengan kasus aturan toa, perbincangan dibelokkan ke pembahasan azan dan gonggongan anjing. Ini menggeser voice ke noise, jadinya subtansinya dilupakan, tapi yang diributkan kebisingannya," kata Munawir.

Menurutnya, para influencer NU harus mengerti bagaimana bersikap dan melakukan respons. "Kita harus melihat peta secara detail, dengan lapisan-lapisan propaganda ini. Tapi, intinya para tokoh NU ya jangan sampai kehilangan koordinasi, dan terus saling menguatkan. Di sisi lain, konsolidasi jamaah dan jamiyyah juga penting untuk diteruskan, serta penguatan sosial ekonomi dan juga teknokrasi untuk leadership dan kelembagaan. Ini tantangan untuk kita semua, kader-kader santri," ujarnya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
PBNU Ajak Nahdliyin...
PBNU Ajak Nahdliyin Tak Terprovokasi Polemik Fuad Plered
Polemik Fuad Plered...
Polemik Fuad Plered dan Habaib, Ketua PBNU Minta Semua Pihak Menahan Diri
Sinergi PBNU-Polri Wujudkan...
Sinergi PBNU-Polri Wujudkan Mudik Aman dan Nyaman bagi Warga NU
NU Care-Lazisnu PBNU...
NU Care-Lazisnu PBNU Perkuat Pendidikan Inklusif lewat Pelatihan Guru Al-Qur'an Bahasa Isyarat
PBNU Mohon Doa untuk...
PBNU Mohon Doa untuk Kesembuhan KH Said Aqil Siroj
Gencarkan Syiar, PBNU...
Gencarkan Syiar, PBNU Kirim Dai ke 8 Negara dan Pelosok Indonesia
Serangan Siber di Indonesia...
Serangan Siber di Indonesia Menurun, Masyarakat Diminta Tetap Waspada
Perkuat Kelembagaan,...
Perkuat Kelembagaan, BPKH Jalin Sinergi dengan PBNU
Kapolri: Polri-PBNU...
Kapolri: Polri-PBNU Komitmen Jaga Keberagaman dan Waspadai Radikalisme
Rekomendasi
Bawa 159 Orang, Pesawat...
Bawa 159 Orang, Pesawat United Airlines Terbakar setelah Tabrak Seekor Kelinci
Hampir 600.000 Produk...
Hampir 600.000 Produk Ilegal Diamankan, Nilainya Rp15 Miliar
AS Kerahkan Pesawat...
AS Kerahkan Pesawat Pengebom B-1B ke Semenanjung Korea, Korut Sebut Gertakan Sembrono
Berita Terkini
Kasus Pagar Laut Tangerang...
Kasus Pagar Laut Tangerang Tak Jelas, Mahfud MD Dorong Kejagung Ambil Alih dari Polisi
16 menit yang lalu
Saksikan INTERUPSI Dokter...
Saksikan INTERUPSI Dokter Bejat Harus Dihukum Berat Malam Ini Bersama Ariyo Ardi, Anisha Dasuki, dan Narasumber Kredibel, Live di iNews
25 menit yang lalu
Jumhur Bersyukur Satgas...
Jumhur Bersyukur Satgas PHK Bakal Segera Dibentuk
26 menit yang lalu
Internal PDIP Solid...
Internal PDIP Solid Jelang Kongres, Yasonna: Mana Ada Beda-beda Sikap
37 menit yang lalu
Mensesneg Tegaskan Tidak...
Mensesneg Tegaskan Tidak Ada Reshuffle dalam Waktu Dekat
1 jam yang lalu
Prabowo Tunjuk Mensesneg...
Prabowo Tunjuk Mensesneg Prasetyo Hadi Jadi Jubir Bantu PCO
1 jam yang lalu
Infografis
Donald Trump Marah Besar...
Donald Trump Marah Besar kepada Vladimir Putin, Ada Apa?
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved