Viral Wayang Haram, Anggota DPR Ini Paparkan Syiar Islam Wali Songo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pernyataan Ustaz Khalid Basalamah tentang wayang terus bergulir menjadi polemik di masyarakat. Sebelumnya pendakwah yang aktif di media sosial itu telah memberikan klarifikasi dan permintaan maaf atas pernyataannya tentang wayang.
Ketua Badan Anggaran DPR, MH Said Abdullah menilai Ustaz Khalid Basamalah kurang membaca riwayat syiar Islam para wali, khususnya Wali Songo di tanah Jawa. Menurutnya, Wali Songo menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan lembut, menghargai eksistensi kebudayaan Jawa yang memang sudah matang. Jawa pra Islam telah menjadi kebudayaan tinggi, banyak karya agung mulai Candi Borobudur dan Prambanan yang merupakan simbol kerukunan Hindu dan Buddha.
"Kita juga mengenal banyak maha karya susastra, seperti Negarakertagama, Pararaton, Sutasoma, Arjunawiwaha, dan lain lain adalah wujud Jawa pra Islam sudah matang sebagai entitas kebudayaan," kata Said dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/2/2022).
Saat Islam masuk ke Nusantara, khususnya Jawa, pada Abad XI Masehi melalui hubungan internasional di berbagai bidang; perdagangan, politik, kasusastraan, dll, para pembawa ajaran tidak serta merta mengabaikan berbagai kebudayaan tinggi yang tumbuh di Jawa. Bahkan ketika Kerajaan Demak berdiri, sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, para wali menempatkan kebudayaan Jawa di tempat yang tinggi.
"Mereka tidak dengan mudah melarang petik laut, sedekah bumi, hingga berbagai kesenian seperti wayang," kata Anggota Komisi XI DPR ini.
Melalui berbagai kebudayaan itu, para wali meletakkan Islam dalam proses inkulturasi, memasukkan ketauhidan Islam melalui berbagai kebudayaan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Bahkan dengan kreatif, Sunan Kalijaga menciptakan berbagai tembang Jawa sebagai sarana mengenalkan Islam dengan lembut, agar mudah dipahami dan diterima di tanah Jawa.
Baca juga: Heboh Wayang Haram, Ini Klarifikasi Lengkap dan Permohonan Maaf Ustaz Khalid Basalamah
"Misalnya saja kita mengenal tembang tombo ati, lir ilir, turi putih, mampir ngombe, dll. Semuanya diterima dengan baik dan menjadi ruang dakwah kultural yang menyentuh hati," ujar Said Abdullah.
Bahkan Sunan Kalijogo menggunakan wayang kulit untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat di Tuban dan sekitarnya. Jika wayang pra Islam tidak mengenal eksistensi Sang Hyang Tunggal, Sunan Kalijogo mengenalkan eksisten Sang Hyang Tunggal dalam kisah pewayangan. Islam menjadi mudah dipahami, tanpa harus mengganggu eksistensi liyan.
Para pendakwah Islam di Nusantara, kata Said, seharusnya lebih bijak dan bajik seiring perkembangan zaman. Sayangnya banyak pihak memahami Islam tanpa konteks, menganggap pemahamannya paling benar dan ditawarkan secara kasar di tengah-tengah masyarakat. Berkembangnya media sosial menjadi sarana kian memudahkan distribusi puritanisme Islam, yang berbahaya bagi keutuhan sebagai negara bangsa yang terus berproses.
Ketua Badan Anggaran DPR, MH Said Abdullah menilai Ustaz Khalid Basamalah kurang membaca riwayat syiar Islam para wali, khususnya Wali Songo di tanah Jawa. Menurutnya, Wali Songo menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan lembut, menghargai eksistensi kebudayaan Jawa yang memang sudah matang. Jawa pra Islam telah menjadi kebudayaan tinggi, banyak karya agung mulai Candi Borobudur dan Prambanan yang merupakan simbol kerukunan Hindu dan Buddha.
"Kita juga mengenal banyak maha karya susastra, seperti Negarakertagama, Pararaton, Sutasoma, Arjunawiwaha, dan lain lain adalah wujud Jawa pra Islam sudah matang sebagai entitas kebudayaan," kata Said dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/2/2022).
Saat Islam masuk ke Nusantara, khususnya Jawa, pada Abad XI Masehi melalui hubungan internasional di berbagai bidang; perdagangan, politik, kasusastraan, dll, para pembawa ajaran tidak serta merta mengabaikan berbagai kebudayaan tinggi yang tumbuh di Jawa. Bahkan ketika Kerajaan Demak berdiri, sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, para wali menempatkan kebudayaan Jawa di tempat yang tinggi.
"Mereka tidak dengan mudah melarang petik laut, sedekah bumi, hingga berbagai kesenian seperti wayang," kata Anggota Komisi XI DPR ini.
Melalui berbagai kebudayaan itu, para wali meletakkan Islam dalam proses inkulturasi, memasukkan ketauhidan Islam melalui berbagai kebudayaan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Bahkan dengan kreatif, Sunan Kalijaga menciptakan berbagai tembang Jawa sebagai sarana mengenalkan Islam dengan lembut, agar mudah dipahami dan diterima di tanah Jawa.
Baca juga: Heboh Wayang Haram, Ini Klarifikasi Lengkap dan Permohonan Maaf Ustaz Khalid Basalamah
"Misalnya saja kita mengenal tembang tombo ati, lir ilir, turi putih, mampir ngombe, dll. Semuanya diterima dengan baik dan menjadi ruang dakwah kultural yang menyentuh hati," ujar Said Abdullah.
Bahkan Sunan Kalijogo menggunakan wayang kulit untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat di Tuban dan sekitarnya. Jika wayang pra Islam tidak mengenal eksistensi Sang Hyang Tunggal, Sunan Kalijogo mengenalkan eksisten Sang Hyang Tunggal dalam kisah pewayangan. Islam menjadi mudah dipahami, tanpa harus mengganggu eksistensi liyan.
Para pendakwah Islam di Nusantara, kata Said, seharusnya lebih bijak dan bajik seiring perkembangan zaman. Sayangnya banyak pihak memahami Islam tanpa konteks, menganggap pemahamannya paling benar dan ditawarkan secara kasar di tengah-tengah masyarakat. Berkembangnya media sosial menjadi sarana kian memudahkan distribusi puritanisme Islam, yang berbahaya bagi keutuhan sebagai negara bangsa yang terus berproses.