Berlatar Belakang Wartawan, Jadi Menteri Kemudian
loading...
A
A
A
Pria yang menjabat sebagai Menteri Penerangan di era pemerintahan Presiden Soeharto ini lahir pada 7 Februari 1939 di Nganjuk, Jawa Timur. Sebelum berkecimpung di dunia politik, Harmoko mengawali karier sebagai wartawan dan kartunis di Harian dan Majalah Merdeka tahun 1960.
Pada 1964, Harmoko menjadi wartawan yang bekerja untuk Harian Angkatan Bersenjata. Harmoko juga pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko (1965). Tahun 1966-1968, Harmoko menjadi pemimpin dan penanggung jawab Harian Mimbar Kita. Setelah sempat berulang kali berganti media tempat bekerja, Harmoko dan beberapa rekannya memutuskan untuk mendirikan Harian Pos Kota pada tahun 1970.
Harmoko tercatat menjadi Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan V (23 Maret 1988 - 17 Maret 1993) dan Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan VI (17 Maret 1993 - 14 Maret 1998).
Pada 1993, Harmoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar, yang kemudian membawanya menjadi pemimpin DPR/MPR tahun 1997.
Harmoko meninggal dunia pada Minggu (4/7/2021) malam. Harmoko menderita sakit sejak 2013. Jenazah Harmoko dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
3. Dahlan Iskan
Dahlan Iskan
Lahir di Magetan, Jawa Timur pada 17 Agustus 1951, Dahlan Iskan memulai kariernya di dunia jurnalistik dengan menjadi reporter di sebuah surat kabar asal Samarinda pada 1975. Setahun kemudian, Dahlan menjadi wartawan Majalah Tempo. Dahlan mulai memimpin Jawa Pos pada 1982, menjadikan media massa yang hampir tamat tersebut kembali bersinar.
Dalam waktu lima tahun, Dahlan berhasil menaikkan oplah Jawa Pos dari 6.000 eksemplar menjadi 300.000 eksemplar. Kemudian, tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, disusul saluran televisi lainnya, yakni Batam TV dan Riau TV.
Tahun 2009, Dahlan Iskan diangkat menjadi Direktur Utama PLN dan membuat beberapa inovasi selama menjabat. Pada 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjuk pria yang kerap bersepatu kets untuk menggantikan Mustafa Abubakar sebagai Menteri BUMN periode 2011 hingga 2014.
Pada 1964, Harmoko menjadi wartawan yang bekerja untuk Harian Angkatan Bersenjata. Harmoko juga pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko (1965). Tahun 1966-1968, Harmoko menjadi pemimpin dan penanggung jawab Harian Mimbar Kita. Setelah sempat berulang kali berganti media tempat bekerja, Harmoko dan beberapa rekannya memutuskan untuk mendirikan Harian Pos Kota pada tahun 1970.
Harmoko tercatat menjadi Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan V (23 Maret 1988 - 17 Maret 1993) dan Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan VI (17 Maret 1993 - 14 Maret 1998).
Pada 1993, Harmoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar, yang kemudian membawanya menjadi pemimpin DPR/MPR tahun 1997.
Harmoko meninggal dunia pada Minggu (4/7/2021) malam. Harmoko menderita sakit sejak 2013. Jenazah Harmoko dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
3. Dahlan Iskan
Dahlan Iskan
Lahir di Magetan, Jawa Timur pada 17 Agustus 1951, Dahlan Iskan memulai kariernya di dunia jurnalistik dengan menjadi reporter di sebuah surat kabar asal Samarinda pada 1975. Setahun kemudian, Dahlan menjadi wartawan Majalah Tempo. Dahlan mulai memimpin Jawa Pos pada 1982, menjadikan media massa yang hampir tamat tersebut kembali bersinar.
Dalam waktu lima tahun, Dahlan berhasil menaikkan oplah Jawa Pos dari 6.000 eksemplar menjadi 300.000 eksemplar. Kemudian, tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, disusul saluran televisi lainnya, yakni Batam TV dan Riau TV.
Tahun 2009, Dahlan Iskan diangkat menjadi Direktur Utama PLN dan membuat beberapa inovasi selama menjabat. Pada 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjuk pria yang kerap bersepatu kets untuk menggantikan Mustafa Abubakar sebagai Menteri BUMN periode 2011 hingga 2014.