'New Normal' Bikin Penanganan Corona Tidak Normal

Jum'at, 12 Juni 2020 - 10:16 WIB
loading...
New Normal Bikin Penanganan Corona Tidak Normal
Warga mulai beraktivitas di masa PSBB Transisi. Foto/SINDOnews/Isra Triansyah
A A A
JAKARTA - Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menganggap, penerapan kebijakan kenormalan baru (new normal) membuat penanganan terhadap virus corona atau Covid-19 menjadi tidak normal dan cenderung tidak jelas.

"Saat ini negeri ini belum normal, angka kematian belum turun," kata Jerry kepada SINDOnews, Jumat (12/6/2020).

Jerry mengatakan, memang ada negara-negara seperti Korea Selatan, Jerman, Hong Kong, China, dan Australia yang mencoba membuka kembali aktivitas mereka dengan penerapan new normal. Tapi, ada saja korban jiwa yang berjatuhan seperti di Korsel 79 kasus baru setelah 200 sekolah kembali dibuka. Begitu pula dengan Arab Saudi. ( ).

Menurutnya, di Indonesia new normal diterapkan di 102 daerah, PSBB 20 wilayah, dan lockdown ada tujuh daerah di saat awal pandemi corona. Di saat bersama, keluar kebijakan new normal, sehingga ini tidak linear atau satu garis. "Saya berharap baik goverment and public policy itu searah, misalkan penerapan kebijakan new normal," ujarnya.

Menurut dia, kondisi itu masih ditambah dengan larangan mudik yang banyak dilanggar masyarakat, sehingga membuat penyebaran Covid-19 kian masif. Daerah yang awalnya green zone (zona hijau) berubah menjadi red zone (zona merah) sampai black zone (zona hitam). (Baca Juga: Achmad Yurianto: Mayoritas Penambahan Pasien Positif Covid-19 Orang Tanpa Gejala).

"Itulah akibatnya kalau kebijakan tak sejalan. Bikin kebijakan harus rational policy (kebijakan rasional), bukan irrational policy. Untuk itu, sinergiras antra legislatif dan eksekutif dan lembaga terkait harus berjalan beriringan," tuturnya.

Kata Jerry, new normal ini sebuah pilihan antara freedom and healthy (kebebasan dan kesehatan). Karena menurutnya, esensi dari new normal sudah bisa dilakukan sendiri-sendiri, kita harus menyelamatkan diri. (Baca juga:

"Bahasa dasarnya pemerintah sudah hands up (angkat tangan), kita yang tentukan arah dan tujuan. Bahasa new normal beda tipis dengan herd immunity seperti yang dilakukan pemerintah Swedia namun gagal total," ungkap Jerry seraya menyebut tidak yakin new normal akan berhasil lantaran melihat kurva Covid-19 yang tak kunjung turun.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1927 seconds (0.1#10.140)