Buku Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Mengabdi untuk Rakyat Diharapkan Jadi Inspirasi Bekerja Total
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Soft launching buku Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Mengabdi Untuk Rakyat yang ditulis Yadi Hendriana dan Herik Kuriniawan serta disunting oleh Marsekal Pertama (Marsma) TNI Mukti Arja Berlian digelar di Bentara Budaya, Yogyakarta, Minggu (23/1/2022). Yogyakarta sendiri menjadi kota pertama yang mendapatkan buku tersebut.
Buku yang terdiri dari 8 bab ini menceriakan dedikasi Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dari awal menjadi prajurit TNI hingga menjadi Panglima TNI. Penulisan hingga pembuatan buku berlangsung selama satu tahun.
Herik Kurniawan mengatakan mengapa memutuskan membuat buku ini karena peridoe kempemimpinan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI banyak tantangan yang berbeda dan banyak hal yang harus dihadapi.
Pertama harus mengamankan Pilkada Serentak, kemudian mengamankan pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres) yang diselenggarakan bersamaan. Selain itu juga banyak bencana yang terjadi. Di mana TNI juga ikut serta dalam mengatasinya.
"Kemudian ada Pekan Olahraga Nasional (PON), Asian Games dan even-even nasional dan terakhir pandemi Covid-19,” kata Herik.
Jadi jelas di masa Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menjadi Panglima TNI permasalahannya begitu kompleks dan diharapkan tidak lagi terjadi di masa mendatang. Tapi melihat kenyataanya Panglima TNI menghadapi begitu banyak persoalan menjadi contoh yang bagus dan bisa menginspirasi semua orang.
"Bagaimana seorang pemimpin bisa bekerja dengan sepenuh hati, bekerja luar biasa. Sehingga dengan endurance yang hebat banget, beliau dapat mengerjakannya melampaui yang dibayangkan sebagai Panglima TNI.”
“Saya membayangkan tugas TNI adalah perang, perang, dan perang. Tetapi ternyata ada tugas dan fungsi lain TNI, yakni membantu instansi lain, seperti tugas polisi dan sebagainya dalam menjaga negeri ini dari berbagai persoalan,” sambungnya.
Selain itu, juga ada sisi humanisme dalam buku ini. Seperti bagaimana Hadi Tjahjanto langsung turun ke masyarakat dalam mengatasi berbagai persoalan. Misal sosialisasi protokol kesehatan (prokes) langsung turun ke tengah masyarakat langsung menyematkan masker ke warga. Ini merupakan hal yang spesial dilakukan oleh orang tertinggi di militer Indonesia itu.
“Marsekal TNI Hadi Tjahjanto begitu care dan turun sendiri memberikan contoh melaksanakan program untuk menyelesaikan persoalan yang ada," terangnya.
Untuk itu, Herik berharap buku ini dapat menginsirasi bagi pembaca apa pun profesinya, dokter, jurnalis dan lainnya dapat bekerja total seperti yang dicontohkan oleh Hadi Tjahjanto yang bekerja sangat luar biasa, total dan keikhlasan sehingga hasilnya tanpa harus diperdebatkan sudah kelihatan.
Yadi Hendriana menambahkan menambahkan buku ini banyak bercerita tentang kehidupan Hadi Tjahjanto dari awal menjabat Panglima TNI hingga akhir menjabat jadi orang nomor satu TNI. Banyak sekali hal-hal yang bisa digali, yang sebelumnya tidak ada di media ada di buku tersebut.
"Di dalam buku ini ada inspirasi, ada cerita dan juga keteladanan," tandasnya.
Penyunting Buku, Marsma TNI Mukti Arja Berlian mengatakan sosok Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bukanlah pribadi yang suka diekpose ke masyarakat. Namun, ia bersyukur Hadi Tjahjanto bersedia setelah melalui diskusi.
"Ia itu energinya luar biasa, tapi tidak terlalu suka diekpose. Namun, kami yakinkan dengan maksud dari buku ini bukan untuk bapak, tapi untuk masyarakat," paparnya.
Dia menyakini melalui keteladanan sosok Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang dituangkan dalam 161 halaman akan mampu meningkatkan kualitas pembaca dari pengalaman orang lain. "Poin, buku ini memberikan inspirasi, seseorang harus total ketika menjalankan profesinya dengan amanahnya," ungkapnya.
Mengenai cover buku Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memeluk anak-anak Papua, dia menyebut itu sebuah kedekatan. Foto itu diambil ketika Marsekal TNI Hadi ke Papua.
"Kejadian di Asmat saat pandemi Difteri. Perjalanan dari Jakarta-Asmat melalui berbagai rute yang tidak layak. Perjalanan yang sulit. Suku Asmat tinggal di daerah seperti rawa-rawa. Jalan dan rumah dibangun di atas rawa-rawa," terangnya.
Buku yang terdiri dari 8 bab ini menceriakan dedikasi Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dari awal menjadi prajurit TNI hingga menjadi Panglima TNI. Penulisan hingga pembuatan buku berlangsung selama satu tahun.
Herik Kurniawan mengatakan mengapa memutuskan membuat buku ini karena peridoe kempemimpinan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI banyak tantangan yang berbeda dan banyak hal yang harus dihadapi.
Pertama harus mengamankan Pilkada Serentak, kemudian mengamankan pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres) yang diselenggarakan bersamaan. Selain itu juga banyak bencana yang terjadi. Di mana TNI juga ikut serta dalam mengatasinya.
"Kemudian ada Pekan Olahraga Nasional (PON), Asian Games dan even-even nasional dan terakhir pandemi Covid-19,” kata Herik.
Jadi jelas di masa Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menjadi Panglima TNI permasalahannya begitu kompleks dan diharapkan tidak lagi terjadi di masa mendatang. Tapi melihat kenyataanya Panglima TNI menghadapi begitu banyak persoalan menjadi contoh yang bagus dan bisa menginspirasi semua orang.
"Bagaimana seorang pemimpin bisa bekerja dengan sepenuh hati, bekerja luar biasa. Sehingga dengan endurance yang hebat banget, beliau dapat mengerjakannya melampaui yang dibayangkan sebagai Panglima TNI.”
“Saya membayangkan tugas TNI adalah perang, perang, dan perang. Tetapi ternyata ada tugas dan fungsi lain TNI, yakni membantu instansi lain, seperti tugas polisi dan sebagainya dalam menjaga negeri ini dari berbagai persoalan,” sambungnya.
Selain itu, juga ada sisi humanisme dalam buku ini. Seperti bagaimana Hadi Tjahjanto langsung turun ke masyarakat dalam mengatasi berbagai persoalan. Misal sosialisasi protokol kesehatan (prokes) langsung turun ke tengah masyarakat langsung menyematkan masker ke warga. Ini merupakan hal yang spesial dilakukan oleh orang tertinggi di militer Indonesia itu.
“Marsekal TNI Hadi Tjahjanto begitu care dan turun sendiri memberikan contoh melaksanakan program untuk menyelesaikan persoalan yang ada," terangnya.
Untuk itu, Herik berharap buku ini dapat menginsirasi bagi pembaca apa pun profesinya, dokter, jurnalis dan lainnya dapat bekerja total seperti yang dicontohkan oleh Hadi Tjahjanto yang bekerja sangat luar biasa, total dan keikhlasan sehingga hasilnya tanpa harus diperdebatkan sudah kelihatan.
Yadi Hendriana menambahkan menambahkan buku ini banyak bercerita tentang kehidupan Hadi Tjahjanto dari awal menjabat Panglima TNI hingga akhir menjabat jadi orang nomor satu TNI. Banyak sekali hal-hal yang bisa digali, yang sebelumnya tidak ada di media ada di buku tersebut.
"Di dalam buku ini ada inspirasi, ada cerita dan juga keteladanan," tandasnya.
Penyunting Buku, Marsma TNI Mukti Arja Berlian mengatakan sosok Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bukanlah pribadi yang suka diekpose ke masyarakat. Namun, ia bersyukur Hadi Tjahjanto bersedia setelah melalui diskusi.
"Ia itu energinya luar biasa, tapi tidak terlalu suka diekpose. Namun, kami yakinkan dengan maksud dari buku ini bukan untuk bapak, tapi untuk masyarakat," paparnya.
Dia menyakini melalui keteladanan sosok Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang dituangkan dalam 161 halaman akan mampu meningkatkan kualitas pembaca dari pengalaman orang lain. "Poin, buku ini memberikan inspirasi, seseorang harus total ketika menjalankan profesinya dengan amanahnya," ungkapnya.
Mengenai cover buku Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memeluk anak-anak Papua, dia menyebut itu sebuah kedekatan. Foto itu diambil ketika Marsekal TNI Hadi ke Papua.
"Kejadian di Asmat saat pandemi Difteri. Perjalanan dari Jakarta-Asmat melalui berbagai rute yang tidak layak. Perjalanan yang sulit. Suku Asmat tinggal di daerah seperti rawa-rawa. Jalan dan rumah dibangun di atas rawa-rawa," terangnya.
(kri)