Muhammadiyah dan Kominfo Tekankan Kolaborasi untuk Tangani Dampak COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - PP Muhammadiyah bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan organisasi-organisasi otonom kepemudaan Muhammadiyah atau yang biasa disebut Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) menggelar Refleksi Akhir Tahun dan Awal Tahun Penanganan COVID-19 pada Senin (27/12).
Acara yang disiarkan melalui saluran YouTube MCCC PP Muhammadiyah itu bertajuk Menyongsong 2022: Pemuda Penggerak Kebangkitan Pasca Pandemi.
AMM yang turut berdiskusi membahas kegiatan penanganan pandemi COVID-19 selama 2021 yang dilakukan organisasinya antara lain, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Selain itu, para pimpinan organisasi juga merekomendasikan penguatan dan peningkatan peran pemuda penggerak kebangkitan pasca pandemi di tahun mendatang.
Ketua MCCC PP Muhammadiyah Agus Samsudin berpandangan banyak aspek kehidupan masyarakat terdampak dari sisi ekonomi, sosial, dan kesehatan oleh pandemi, termasuk juga bagi pemuda sebagai populasi terbesar Indonesia. Agus berharap pemuda menjadi tulang punggung penanganan COVID-19.
"Muhammadiyah termasuk memiliki peran penting, khususnya pemuda yang terjun langsung, baik di dalam pencegahan, penanganan atau pengobatan, dan pemulihan atau penyembuhan," ujarnya.
Apresiasi dan penghargaan kepada terobosan pemuda perlu diberikan oleh semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat. Ke depan peran pemuda masih banyak, terutama di sektor ekonomi dalam memulihkan perekonomian Indonesia pasca pandemi.
Diakui oleh Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Kominfo, Hasyim Gautama bahwa kolaborasi ini penting di masa pandemi. Apresiasi diberikan pada Muhammadiyah baik dari sisi aktivitas kemanusiaan dan upaya pembentukan pusat komando krisis. "Kehadiran Muhammadiyah di seluruh daerah Indonesia sangat penting dalam menyampaikan informasi terkini dan terpercaya yang tidak bercampur hoaks," katanya.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto di diskusi tersebut juga menyampaikan peran aktf kader Pemuda Muhammadiyah sejak awal pandemi hingga sekarang. “Pertama, sebagai bagian dari Muhammadiyah, kami tentunya mengikuti instruksi dan arahan MCCC PP Muhammadiyah dan pemerintah,” ujar laki-laki yang akrab disapa Cak Nanto itu.
Menurut Cak Nanto, banyak ruang yang dapat diisi oleh Pemuda Muhammadiyah untuk mengatasi pandemi. Salah satunya sebagai agen informasi dan edukasi kepada masyarakat, agar tidak terjebak pada informasi keliru mengenai COVID-19.
Peran tersebut dinilai vital sama pentingnya seperti aktivitas Pemuda Muhammadiyah yang selama ini terjun langsung dalam mendistribusikan bantuan sosial masyarakat, maupun melakukan pemulasaran jenazah korban COVID-19.
Ke depan dia berharap koordinasi pemerintah serta masyarakat saling menopang dan fokus menangani COVID-19. Termasuk kolaborasi untuk mendorong percepatan vaksinasi, penegakan disiplin protokol kesehatan dan pemulihan ekonomi bagi masyarakat yang paling terdampak.
Di kesempatan yang sama, Ketua IPM Nashir Effendi juga menyampaikan poin-poin penting aktivitas IPM dalam penangangan COVID-19. Salah satunya lewat Gerakan Yatim Berdaya, di mana sasaran program adalah pelajar Muhammadiyah yang kehilangan orang tua di saat pandemi.
“Jadi, kami ingin mereka berdaya dan mandiri. Dalam hal ini, kami bekerja sama dengan majelis sosial Muhammadiyah,” terang Nashir.
IPM juga berkomitmen untuk turut mendorong percepatan vaksinasi, utamanya di usia 6-12 tahun. Ini demi mempercepat pembelajaran tatap muka bisa kembali dengan aman. IPM juga siap menjembatani kebijakan pemerintah agar dapat diterima dan diterapkan oleh pelajar.
Permasalah perempuan dan anak juga turut mendapatkan porsi. Dyah Puspitarini, selaku Ketua PP Nasyiatul Aisyiyah menyampaikan, “NA fokus pada perempuan dan anak, bahkan saat pandemi. Perempuan dan anak termasuk yang terdampak paling banyak,” tuturnya.
Aksi tanggap COVID-19 yang dilakuan NA sendiri meliputi pencegahan, penanganan, dan pemulihan. Adapun fokus areanya di sektor pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Upaya pencegahan terus menerus dilakukan melalui edukasi online terkait COVID-19. Upaya penanganan juga dilakukan melalui penurunan kader NA sebagai tenaga kesehatan hingga pemulasaraan jenazah. Upaya Edukasi dan informasi harapannya bisa dilakukan tidak hanya di tingkat pusat, tapi juga sampai skala terkecil dan berspektif perempuan serta perlindungan anak terhadap dampak pandemi COVID-19.
Sementara itu, Ketua Umum IMM Abdul Musawir Yahya menyampaikan pentingnya pemberdayaan masyarakat terdampak pandemi COVID-19. Terutama dalam hal pengentasan pengangguran. “Penting untuk membantu masyarakat meningkatkan perekonomian,” ucapnya.
IMM turut membantu masyarakat desa dalam membentuk UMKM. Membantu ekonomi pedesaan oleh kader IMM penting karena banyak orang-orang kota pulang ke desa akibat kehilangan pekerjaannya di masa pandemi.
Sebagai penutup, Ika Ardina, Tim Komunikasi Publik PCPEN-Kominfo menekankan pentingnya kolaborasi dalam penanganan COVID-19. “Kita butuh bantuan dari berbagai organisasi. Jadi, kami menggandeng baik dari pemerintah, organisasi, pengusaha, dan tentu saja dengan para pemuda. Dinamika masyarakat perlu didengarkan untuk menentukan kebijakan, jadi perlu kerja sama dan kolaborasi yang konkret,” tutupnya.
Acara yang disiarkan melalui saluran YouTube MCCC PP Muhammadiyah itu bertajuk Menyongsong 2022: Pemuda Penggerak Kebangkitan Pasca Pandemi.
AMM yang turut berdiskusi membahas kegiatan penanganan pandemi COVID-19 selama 2021 yang dilakukan organisasinya antara lain, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Selain itu, para pimpinan organisasi juga merekomendasikan penguatan dan peningkatan peran pemuda penggerak kebangkitan pasca pandemi di tahun mendatang.
Ketua MCCC PP Muhammadiyah Agus Samsudin berpandangan banyak aspek kehidupan masyarakat terdampak dari sisi ekonomi, sosial, dan kesehatan oleh pandemi, termasuk juga bagi pemuda sebagai populasi terbesar Indonesia. Agus berharap pemuda menjadi tulang punggung penanganan COVID-19.
"Muhammadiyah termasuk memiliki peran penting, khususnya pemuda yang terjun langsung, baik di dalam pencegahan, penanganan atau pengobatan, dan pemulihan atau penyembuhan," ujarnya.
Apresiasi dan penghargaan kepada terobosan pemuda perlu diberikan oleh semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat. Ke depan peran pemuda masih banyak, terutama di sektor ekonomi dalam memulihkan perekonomian Indonesia pasca pandemi.
Diakui oleh Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Kominfo, Hasyim Gautama bahwa kolaborasi ini penting di masa pandemi. Apresiasi diberikan pada Muhammadiyah baik dari sisi aktivitas kemanusiaan dan upaya pembentukan pusat komando krisis. "Kehadiran Muhammadiyah di seluruh daerah Indonesia sangat penting dalam menyampaikan informasi terkini dan terpercaya yang tidak bercampur hoaks," katanya.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto di diskusi tersebut juga menyampaikan peran aktf kader Pemuda Muhammadiyah sejak awal pandemi hingga sekarang. “Pertama, sebagai bagian dari Muhammadiyah, kami tentunya mengikuti instruksi dan arahan MCCC PP Muhammadiyah dan pemerintah,” ujar laki-laki yang akrab disapa Cak Nanto itu.
Menurut Cak Nanto, banyak ruang yang dapat diisi oleh Pemuda Muhammadiyah untuk mengatasi pandemi. Salah satunya sebagai agen informasi dan edukasi kepada masyarakat, agar tidak terjebak pada informasi keliru mengenai COVID-19.
Peran tersebut dinilai vital sama pentingnya seperti aktivitas Pemuda Muhammadiyah yang selama ini terjun langsung dalam mendistribusikan bantuan sosial masyarakat, maupun melakukan pemulasaran jenazah korban COVID-19.
Ke depan dia berharap koordinasi pemerintah serta masyarakat saling menopang dan fokus menangani COVID-19. Termasuk kolaborasi untuk mendorong percepatan vaksinasi, penegakan disiplin protokol kesehatan dan pemulihan ekonomi bagi masyarakat yang paling terdampak.
Di kesempatan yang sama, Ketua IPM Nashir Effendi juga menyampaikan poin-poin penting aktivitas IPM dalam penangangan COVID-19. Salah satunya lewat Gerakan Yatim Berdaya, di mana sasaran program adalah pelajar Muhammadiyah yang kehilangan orang tua di saat pandemi.
“Jadi, kami ingin mereka berdaya dan mandiri. Dalam hal ini, kami bekerja sama dengan majelis sosial Muhammadiyah,” terang Nashir.
IPM juga berkomitmen untuk turut mendorong percepatan vaksinasi, utamanya di usia 6-12 tahun. Ini demi mempercepat pembelajaran tatap muka bisa kembali dengan aman. IPM juga siap menjembatani kebijakan pemerintah agar dapat diterima dan diterapkan oleh pelajar.
Permasalah perempuan dan anak juga turut mendapatkan porsi. Dyah Puspitarini, selaku Ketua PP Nasyiatul Aisyiyah menyampaikan, “NA fokus pada perempuan dan anak, bahkan saat pandemi. Perempuan dan anak termasuk yang terdampak paling banyak,” tuturnya.
Aksi tanggap COVID-19 yang dilakuan NA sendiri meliputi pencegahan, penanganan, dan pemulihan. Adapun fokus areanya di sektor pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Upaya pencegahan terus menerus dilakukan melalui edukasi online terkait COVID-19. Upaya penanganan juga dilakukan melalui penurunan kader NA sebagai tenaga kesehatan hingga pemulasaraan jenazah. Upaya Edukasi dan informasi harapannya bisa dilakukan tidak hanya di tingkat pusat, tapi juga sampai skala terkecil dan berspektif perempuan serta perlindungan anak terhadap dampak pandemi COVID-19.
Sementara itu, Ketua Umum IMM Abdul Musawir Yahya menyampaikan pentingnya pemberdayaan masyarakat terdampak pandemi COVID-19. Terutama dalam hal pengentasan pengangguran. “Penting untuk membantu masyarakat meningkatkan perekonomian,” ucapnya.
IMM turut membantu masyarakat desa dalam membentuk UMKM. Membantu ekonomi pedesaan oleh kader IMM penting karena banyak orang-orang kota pulang ke desa akibat kehilangan pekerjaannya di masa pandemi.
Sebagai penutup, Ika Ardina, Tim Komunikasi Publik PCPEN-Kominfo menekankan pentingnya kolaborasi dalam penanganan COVID-19. “Kita butuh bantuan dari berbagai organisasi. Jadi, kami menggandeng baik dari pemerintah, organisasi, pengusaha, dan tentu saja dengan para pemuda. Dinamika masyarakat perlu didengarkan untuk menentukan kebijakan, jadi perlu kerja sama dan kolaborasi yang konkret,” tutupnya.
(kri)