BMKG Ingatkan Potensi Peningkatan Curah Hujan di Jabar Jelang Puncak Musim Penghujan

Jum'at, 24 Desember 2021 - 07:29 WIB
loading...
BMKG Ingatkan Potensi...
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat untuk mengintensifkan mitigasi jelang puncak musim penghujan. Foto/MPI
A A A
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat untuk mengintensifkan mitigasi jelang puncak musim penghujan . BMKG sendiri memprediksi puncak musim penghujan di seluruh wilayah Jabar akan terjadi pada periode Januari-Februari 2022.

“Berdasarkan observasi curah hujan yang dilakukan BMKG, hingga awal Desember 2021, seluruh provinsi Jawa Barat telah memasuki musim hujan, sehingga harus diantisipasi terhadap bencana hidrometeorologi,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (24/12/2021).

Hal ini diungkapkan Dwikorita saat gelar audiensi bersama dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil baru-baru ini. Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan fenomena La Nina yang berpotensi meningkatkan curah hujan bulanan dari 10-100% di sebagian wilayah di Jawa Barat.

“Perlu diwaspadai intensitas hujan tinggi yang berpotensi bencana hidrometeorologi seperti longsor di daerah dataran tinggi atau pegunungan, dan banjir di dataran rendah atau bantaran sungai,” kata Dwikorita.

Kemudian, untuk curah hujan pada bulan Desember 2021 sampai Maret 2022 diprakirakan pada intensitas “menengah” hingga “sangat tinggi”, khususnya di wilayah bagian tengah dan selatan.

Data dari BMKG menunjukkan, berdasarkan prakiraan curah hujan yang tinggi pada periode musim hujan, dan Puncak Musim Hujan (yaitu Januari–Februari 2022), agar waspada potensi bencana hidrometeorologi, khususnya pada Desember 2021 di bagian barat, selatan, dan timur Jawa Barat. Dan pada bulan Januari-Maret 2022 hampir diseluruh Jawa Barat, kecuali pesisir utara.

Dwikorita menjelaskan, berdasarkan data BMKG hampir semua wilayah di Jabar memasuki musim penghujan. Menurutnya, musim penghujang tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena ada pengaruh La Nina.

“Analisis perkembangan musim hujan, di sini kita lihat di semua wilayah Jawa Barat, semuanya memasuki musim hujan. Dan yang perlu diperhatikan adanya anomali musim hujan kali ini berbeda dengan dua tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya,” kata Dwikorita.

Menurut Dwikorita, pada Desember, berpotensi adanya peningkatan curah hujan 10-70% di Bogor, bagian selatan Cianjur, bagian timur Bekasi, bagian selatan Bandung, Karawang, Indramayu, Tasikmalaya, bagian utara dan tengah Majalengka, Garut, Ciamis, dan Banjar. Untuk yang di atas 70%, ada di Sukabumi, bagian selatan Majalengka, Pangandaran, Kuningan, dan Cirebon.

Kemudian pada Januari, akan ada peningkatan curah hujan 10 sampai 70 persen di bagian utara Bogor dan Subang, bagian selatan Purwakarta, sebagian Karawang, bagian utara Indramayu, sebagian Bandung, Garut, Ciamis, Kuningan, Cirebon, dan Majalengka. Sedangkan di atas 70%, ada di bagian timur Bandung, bagian utara Sumedang.

Untuk Februari, akan ada peningkatan curah hujan 10-70% di sebagian besar Bogor, bagian barat Karawang, bagian utara Cianjur, Bandung Barat, Sumedang, sebagian besar Majalengka, bagian timur Indramayu, bagian selatan Cirebon, dan bagian utara Ciamis. Sementara di atas 70%, ada di Depok, bagian timur Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, bagian barat Indramayu, bagian timur Majalengka, bagian selatan Cirebon, Banjar, dan Pangandaran.

Sedangkan Maret, peningkatan curah hujan 10-70% di bagian utara Bogor, bagian utara Karawang, bagian selatan Subang, Bandung, Sumedang, bagian utara Indramayu, Majalengka, Ciamis dan Cirebon. Sedangkan yang di atas 70%, ada di wilayah Cikarang, bagian barat Karawang, bagian tengah Subang, bagian tengah Bandung, bagian utara Cirebon, dan Tasikmalaya.

Dwikorita mengimbau, kepada pemerintah daerah, masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan tinggi agar menyiapkan dan mengambil langkah - langkah antisipatif terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, atau puting beliung.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1389 seconds (0.1#10.140)