Bawa Isu Digitalisasi di G20, Menkominfo: Pemerintah Ingin Masyarakat Terlayani

Kamis, 23 Desember 2021 - 23:05 WIB
loading...
Bawa Isu Digitalisasi di G20, Menkominfo: Pemerintah Ingin Masyarakat Terlayani
Menkominfo Johnny G. Plate mengatakan, Pemerintah Indonesia akan membawa tiga isu digitalisasi dalam Presidensi G20 pada 2022. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia membawa tiga isu digitalisasi dalam Presidensi G20 Tahun 2022. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menyatakan hal itu juga menjadi wujud keseriusan pemerintah untuk memberikan layanan secara digital dengan baik kepada masyarakat.

“Dalam Forum Digital Economy Working Group, Pemerintah Indonesia menekankan tiga isu prioritas lainnya yaitu berkaitan dengan Conectivity dan Post Covid-19, peningkatan kemampuan digital dan literasi digital, serta pembahasan mengenai cross-border data flow and data free-flow with trust,” jelasnya, Kamis (23/12/2021).

Menurut Johnny, digitalisasi menjadi salah satu faktor penting yang muncul akibat dari pandemi Covid-19, yakni mendorong migrasi aktivitas masyarakat ke ruang digital. “Digitalisasi ini penting di sektor keuangan bahwa banyak masyarakat yang saat ini tidak memiliki rekening bank atau tidak mendapatkan layanan atau fasilitas perbankan yang lengkap. sehingga fintech digital banking, digital currency itu begitu pentingnya,” jelasnya.



Johnny menyatakan pemerintah juga akan menyampaikan upaya untuk membangun infrastruktur digital yang merata. “Indonesia juga akan menyampaikan bagaimana keseriusan Presiden Joko Widodo dan keputusannya untuk memastikan pembangunan infrastruktur TIK yang merata ke seluruh Indonesia, to close the digital divide untuk mempersempit jangan sampai masih muncul kesenjangan digital,” tuturnya.

Baca Juga: Menkominfo Ajak Operator Telekomunikasi dan Lembaga Penyiaran Gemakan Presidensi G20 Indonesia

Bahkan, Pemerintah menginginkan seluruh masyarakat Indonesia terlayani secara digital dengan baik. “Sehingga migrasi aktivitas masyarakat ke ruang digital itu bisa berhasil dan berlangsung dengan baik. Dan itu adalah bagian dari perhatian para pemimpin dunia yang akan hadir selama Presidensi G20 Indonesia nanti,” ucapnya.

Menurut Johnny. dalam Keketuaan Forum G20, Indonesia menargetkan dua kesuksesan yaitu sukses penyelenggaraan dan substansi pembahasan. “Pertama kesuksesan penyelenggaraan, kita harapkan penyelenggaraan akan berlangsung dengan baik. Belajar dari apa yang dilakukan oleh penyelenggara sebelumnya, Indonesia akan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dilakukan atau yang terjadi pada saat lpenyelenggaraan sebelumnya,” ungkapnya.

Menteri Johnny menyatakan dalam kesuksesan yang kedua, Indonesia menargetkan dari sisi substansi pembahasan yaitu, finance track dan sherpa track. Johnny merinci, dalam kedua jalur itu terdiri dari Working Group yang meliputi 19 kegiatan.

“Working group di bidang finance sendiri ada tujuh, sementara di bidang sherpa track ada 12 pembahasan. Di bidang finance track itu di antaranya infrastructure working group, framework working group, international finance working group, finance architecture working group, sustainable finance working group, global partnership for financial inclusion, financial stability board task force dan G20/ OECD inclusive framework,” paparnya.

Selanjutnya, di bidang sherpa track terdiri dari pembahasan tentanganti-corruption, digital economy, employment, agriculture, education, foreign affairs, culture, energy sustainability, health, development, environmental, tourism, trade investment and industry, empower (women empowerement). “Di samping itu, ada juga Engagement Group sekitar 12 kegiatan. Jadi, kegiatan seluruhnya ini akan dikemas dalam 165 meeting di 19 kota di Indonesia. Tentu kita berharap bahwa dalam Presidensi kepercayaan dari negara-negara G20 ini harus betul-betul bermanfaat bagi Indonesia dan salah satu cara agar bermanfaat itu dipahami oleh masyarakat,” jelas Menkominfo.

Kesuksesan dari sisi substansi ini, lanjut Johnny, akan dikemas dalam tiga topik utama yaitu arsitektur kesehatan global yang inklusif, transformasi digital dan transformasi ekonomi, serta transisi energi. “Arsitektur kesehatan global yang inklusif ini untuk penguatan dan penyusunan kembali tata kelola kesehatan global pasca pandemi,” tuturnya.

Kemudian, kedua transformasi digital dan transformasi ekonomi untuk optimalisasi pemanfaatan teknologi digital yang inklusif. Langkah itu dilakukan dengan mendorong digitalisasi di berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor ekonomi atau sektor usaha tentunya. “Sedangkan (ketiga) transisi energi, guna perluasan akses teknologi menuju pemanfaatan energi bersih dan terjangkau dengan pembiayaan yang berkelanjutan akan penting juga dibicarakan di finance track,” katanya.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3479 seconds (0.1#10.140)