LaNyalla: Anak Muda Harus Persiapkan Diri Songsong Indonesia Emas 2045
loading...
A
A
A
Bila tidak ada koreksi, katanya, bonus demografi 2045, di mana pada penduduk usia produktif berusia antara 15 hingga 64 tahun mencapai 71%, tidak akan tertangani dengan baik. "Jangan sampai terjadi, saat kita memasuki era ledakan jumlah penduduk usia produktif, tetapi lapangan pekerjaan tidak mampu menyerap. Jika hal itu terjadi, bukan bonus demografi yang kita dapatkan tetapi bencana demografi," kata Senator asal Jawa Timur itu.
Selain itu, yang harus dilakukan Indonesia adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama kualitas para pemuda dan para mahasiswa. "Karena pemuda dan mahasiswa sebagai bagian dari stakeholders generasi terdidik, memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam aspek moral, sosial dan intelektual," katanya.
Pemuda dan mahasiswa juga merupakan kelompok masyarakat yang dianggap sudah dewasa, dalam memilih kehidupannya sendiri. Pemuda dan mahasiswa telah memiliki kesadaran ideologi sebagai bagian dari stakeholder bangsa. "Artinya tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Karena itu, baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini," paparnya.
LaNyalla menyarankan agar negara menyiapkan roadmap dalam penyiapan infrastruktur pendidikan di Indonesia lewat tiga tahapan terukur. Tahap Pertama, dimulai dari sekarang hingga 2025 dengan fokus pembangunan pendidikan pada peningkatan kapasitas satuan pendidikan.
Tahap kedua, 2026 hingga 2035, pembangunan pendidikan direncanakan sebagai tahap mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang, dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif. Untuk mencapai tujuan pendidikan tahap kedua ini pemerintah harus memprioritaskan Penguatan Pendidikan Karakter.
"Tahap ketiga, di tahun 2036 hingga 2045, pembangunan pendidikan diarahkan pada meningkatnya taraf pendidikan rakyat Indonesia yang mampu menciptakan Sumber Daya Manusia unggul dan berdaya saing internasional," katanya.
Dengan begitu, kata LaNyalla, pada 2045, usia produktif Indonesia yang melimpah mampu mengubah tantangan menjadi peluang di tengah era disrupsi dan percepatan teknologi di segala bidang, sehingga bonus demografi benar-benar menjadi berkah bagi Indonesia, sekaligus benar-benar mampu menghadirkan Generasi Emas di 2045.
"Orang-orang muda harus menjadi ujung tombak dalam proses perjuangan, pembaharuan dan pembangunan bangsa. Pemuda dan mahasiswa sebagai salah satu aktor intelektual, sudah seharusnya mampu membawa bangsa ini bertransformasi menuju ke arah yang lebih baik," katanya.
Selain itu, yang harus dilakukan Indonesia adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama kualitas para pemuda dan para mahasiswa. "Karena pemuda dan mahasiswa sebagai bagian dari stakeholders generasi terdidik, memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam aspek moral, sosial dan intelektual," katanya.
Pemuda dan mahasiswa juga merupakan kelompok masyarakat yang dianggap sudah dewasa, dalam memilih kehidupannya sendiri. Pemuda dan mahasiswa telah memiliki kesadaran ideologi sebagai bagian dari stakeholder bangsa. "Artinya tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Karena itu, baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini," paparnya.
LaNyalla menyarankan agar negara menyiapkan roadmap dalam penyiapan infrastruktur pendidikan di Indonesia lewat tiga tahapan terukur. Tahap Pertama, dimulai dari sekarang hingga 2025 dengan fokus pembangunan pendidikan pada peningkatan kapasitas satuan pendidikan.
Tahap kedua, 2026 hingga 2035, pembangunan pendidikan direncanakan sebagai tahap mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang, dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif. Untuk mencapai tujuan pendidikan tahap kedua ini pemerintah harus memprioritaskan Penguatan Pendidikan Karakter.
"Tahap ketiga, di tahun 2036 hingga 2045, pembangunan pendidikan diarahkan pada meningkatnya taraf pendidikan rakyat Indonesia yang mampu menciptakan Sumber Daya Manusia unggul dan berdaya saing internasional," katanya.
Dengan begitu, kata LaNyalla, pada 2045, usia produktif Indonesia yang melimpah mampu mengubah tantangan menjadi peluang di tengah era disrupsi dan percepatan teknologi di segala bidang, sehingga bonus demografi benar-benar menjadi berkah bagi Indonesia, sekaligus benar-benar mampu menghadirkan Generasi Emas di 2045.
"Orang-orang muda harus menjadi ujung tombak dalam proses perjuangan, pembaharuan dan pembangunan bangsa. Pemuda dan mahasiswa sebagai salah satu aktor intelektual, sudah seharusnya mampu membawa bangsa ini bertransformasi menuju ke arah yang lebih baik," katanya.
(abd)