Sita 224 Kg Ganja, Bareskrim Tangkap 4 Tersangka Jaringan Aceh-Medan-Jakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri mengungkap peredaran ganja jaringan Aceh-Medan-Jakarta. Selain menangkap empat tersangka, dalam operasi ini polisi mendapatkan barang bukti 224,4 kilogram ganja.
Pengungkapan kasus ini bermula saat penyidik menerima laporan adanya peredaran narkoba pada 9 September 2021 lalu. Berdasarkan informasi, narkoba itu akan disebarkan dari Aceh menuju Jakarta.
"Berawal dari informasi yang didapatkan oleh para penyidik di lapangan yang kemudian dari informasi itu diperoleh keterangan bahwa ada rencana transaksi narkotika jenis ganja dari Aceh menuju Jakarta," kata Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Kombes Jayadi dalam jumpa pers di Gedung Humas Polri, Jakarta Selatan, Jumat (26/11/2021).
Jayadi menyebut, penyidik melakukan pendalaman terhadap informasi tersebut. Dari hal itu, diperoleh informasi bahwa narkotika jenis ganja sudah bergerak dari Aceh menuju Jakarta.
Setelah mendapat informasi, tim bergerak ke lapangan dan didapatkan informasi ganja tersebut sudah berada di wilayah Sumatera Selatan. Kemudian pada tanggal 11 November 2021, tim melakukan penangkapan terhadap tersangka yang pada saat itu berada di wilayah Sumatera Selatan.
"Dari hasil penangkapan di wilayah Sumatera Selatan, penyidik mendapatkan barang bukti ganja sebanyak 224,4 kilogram yang dibawa dengan menggunakan kendaraan Kijang Inova. Tersangka yang bisa berhasil kita amankan pada saat di TKP di daerah Palembang itu 3 tersangka," ujarnya.
Jayadi menyatakan, hasil pemeriksaan terhadap ketiga tersangka menunjukkan bahwa barang bukti ganja itu didapatkan dari Aceh. Tak hanya itu, penyidik juga menangkap seorang tersangka dari Medan yang diduga menjadi pengendali.
"Kemudian di Medan, kami berhasil menangkap 1 orang tersangka sehingga total tersangka yang kami amankan adalah 4 orang. 3 orang di TKP Sumatra Selatan, kemudian 1 orang TKP di Medan," ucapnya.
Dari empat tersangka, SP (24), RM (21), dan IH (21) yang berperan sebagai kurir, sedangkan SD (41) sebagai pengendali. Hingga saat ini, Polri masih memburu dua orang tersangka yang diduga terlibat dalam peredaran narkoba tersebut. Mereka kini telah dimasukan ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
"Dua orang yang kami kembangkan di daerah Aceh itu sampai saat ini masih dalam pencarian para penyidik kita. Kemudian rekan-rekan sekalian dari hasil pengembangan semua tersangka kita bawa ke Mabes Polri dalam hal ini Direktorat Tindak Pidana Narkoba," tuturnya.
Dalam penangkapan ini, penyidik menyita 224,4 Kg narkoba jenis ganja, 1 unit hand phone merek Oppo, 1 unit handphone merek Vivo, 1 unit hand phone merek tekno dan satu handphone merek Samsung Galaxy serta satu unit kendaraan roda empat merek Toyota Innova warna hitam.
Para tersangka dijerat Pasal 114 Ayat (2) Jo Pasal 132 (1) UU Nomor 25/2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman pidana mati, pidana seumur hidup, atau paling singkat 6 tahun dan paling lama 20 tahun penjara serta denda minimal Rp1 miliar - Rp10 miliar maksimal.
Sangkaan subsidair Pasal 111 ayat (2) Jo Pasal 132 (1) UU Nomor 35/2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman mati penjara seumur hidup atau pidana paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun serta denda minimal Rp800 juta - Rp8 miliar maksimal.
Pengungkapan kasus ini bermula saat penyidik menerima laporan adanya peredaran narkoba pada 9 September 2021 lalu. Berdasarkan informasi, narkoba itu akan disebarkan dari Aceh menuju Jakarta.
"Berawal dari informasi yang didapatkan oleh para penyidik di lapangan yang kemudian dari informasi itu diperoleh keterangan bahwa ada rencana transaksi narkotika jenis ganja dari Aceh menuju Jakarta," kata Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Kombes Jayadi dalam jumpa pers di Gedung Humas Polri, Jakarta Selatan, Jumat (26/11/2021).
Jayadi menyebut, penyidik melakukan pendalaman terhadap informasi tersebut. Dari hal itu, diperoleh informasi bahwa narkotika jenis ganja sudah bergerak dari Aceh menuju Jakarta.
Setelah mendapat informasi, tim bergerak ke lapangan dan didapatkan informasi ganja tersebut sudah berada di wilayah Sumatera Selatan. Kemudian pada tanggal 11 November 2021, tim melakukan penangkapan terhadap tersangka yang pada saat itu berada di wilayah Sumatera Selatan.
"Dari hasil penangkapan di wilayah Sumatera Selatan, penyidik mendapatkan barang bukti ganja sebanyak 224,4 kilogram yang dibawa dengan menggunakan kendaraan Kijang Inova. Tersangka yang bisa berhasil kita amankan pada saat di TKP di daerah Palembang itu 3 tersangka," ujarnya.
Jayadi menyatakan, hasil pemeriksaan terhadap ketiga tersangka menunjukkan bahwa barang bukti ganja itu didapatkan dari Aceh. Tak hanya itu, penyidik juga menangkap seorang tersangka dari Medan yang diduga menjadi pengendali.
"Kemudian di Medan, kami berhasil menangkap 1 orang tersangka sehingga total tersangka yang kami amankan adalah 4 orang. 3 orang di TKP Sumatra Selatan, kemudian 1 orang TKP di Medan," ucapnya.
Dari empat tersangka, SP (24), RM (21), dan IH (21) yang berperan sebagai kurir, sedangkan SD (41) sebagai pengendali. Hingga saat ini, Polri masih memburu dua orang tersangka yang diduga terlibat dalam peredaran narkoba tersebut. Mereka kini telah dimasukan ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
"Dua orang yang kami kembangkan di daerah Aceh itu sampai saat ini masih dalam pencarian para penyidik kita. Kemudian rekan-rekan sekalian dari hasil pengembangan semua tersangka kita bawa ke Mabes Polri dalam hal ini Direktorat Tindak Pidana Narkoba," tuturnya.
Dalam penangkapan ini, penyidik menyita 224,4 Kg narkoba jenis ganja, 1 unit hand phone merek Oppo, 1 unit handphone merek Vivo, 1 unit hand phone merek tekno dan satu handphone merek Samsung Galaxy serta satu unit kendaraan roda empat merek Toyota Innova warna hitam.
Para tersangka dijerat Pasal 114 Ayat (2) Jo Pasal 132 (1) UU Nomor 25/2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman pidana mati, pidana seumur hidup, atau paling singkat 6 tahun dan paling lama 20 tahun penjara serta denda minimal Rp1 miliar - Rp10 miliar maksimal.
Sangkaan subsidair Pasal 111 ayat (2) Jo Pasal 132 (1) UU Nomor 35/2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman mati penjara seumur hidup atau pidana paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun serta denda minimal Rp800 juta - Rp8 miliar maksimal.
(muh)