Tekad PA GMNI Perkuat Nasionalisme Lewat Kedaulatan Pangan

Sabtu, 20 November 2021 - 22:39 WIB
loading...
Tekad PA GMNI Perkuat Nasionalisme Lewat Kedaulatan Pangan
PA GMNI bertekad untuk memperkuat nasionalisme. Dan kedaulatan pangan menjadi suatu keniscayaan yang harus dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan dan seluruh elemen bangsa. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) bertekad untuk memperkuat nasionalisme. Dan kedaulatan pangan menjadi suatu keniscayaan yang harus dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan dan seluruh elemen bangsa.

Hal ini disampaikan Ketua Umum DPP PA GMNI Ahmad Basarah saat membuka webinar bertajuk “Mewujudkan Nasionalisme Melalui Kedaulatan Pangan Nasional”, Jumat (19/11/2021). Baca juga: 12 Brevet, Wing, dan Badge Hiasi Seragam Jenderal Andika, Ini Penjelasannya

“Kita akan terus memperkuat konstruksi nasionalisme, menjawab tantangan zaman dengan memperkuat kedaulatan pangan nasional,” ujar Basarah dalam keterangan persnya kepada wartawan, yang diterima Sabtu (20/11/2021).

Wakil Ketua MPR RI ini optimistis nasionalisme bukan hanya jawaban untuk melawan kolonialisme asing pada saat Indonesia menjadi negeri jajahan. “Kami meyakini sepenuh hati bahwa nasionalisme Indonesia juga jawaban atas upaya dan ikhtiar kita untuk terus mengisi kemerdekaan, melanjutkan jalannya pembangunan nasional di tengah arus globalisasi,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Dewan Kehormatan PA GMNI Siswono Yudho Husodo mengatakan Indonesia telah menjadi negara importir pangan yang sangat terbesar di dunia. Sejak 2013 hingga saat ini, Indonesia menjadi negara importir gula paling tinggi menggeser Tiongkok dan Rusia.

Tak hanya gula, Siswono juga menyebut 50% garam Indonesia merupakan hasil impor. Impor gandum pun terus meningkat akibat konsumsi mi instan dan roti.

“Kita sudah tak berdaulat dalam masalah ini. Impor gandum terus naik, karena ada pembatasan impor jagung. Ternyata gandum impor itu juga dipakai buat pakan ternak, lantaran pakan ternak kita tak bisa dicukupi oleh produksi jagung dalam negeri,” kata Siswono.

Mantan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini menambahkan Indonesia masih mengimpor 70% kebutuhan kedelai nasional. Padahal, bahan baku tempe itu termasuk makanan pokok sehari-hari. Lebih lanjut disampaikan, 16% kebuthan kacang tanah dari impor, bahkan 90% bawang putih dalam negeri adalah impor.

“Sungguh kita telah menjadi negara importir pangan yang besar. Belum lagi sayur mayur dan buah buahan. Masih impor. Kita perlu introspeksi bahwa produk pertanian kita harus ditingkatkan kualitasnya. Rasanya tidak pantas kita menjadi pengimpor pangan, mengingat lokasi kita di daerah tropis dengan luas lahan hampir 2 juta km persegi. Kita harus bertekad untuk membangun kemandirian pangan, memenuhi sendiri kebutuhan pangan kita,” sesal Siswono.

Di kesempatan sama, Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mendukung pernyataan Siswono. Menurut Dwi, impor pangan memang makin lama melonjak tinggi. Impor komoditas berupa beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu, bawang putih, dan kacang tanah melonjak dari 8 juta ton pada 2008, menjadi 20 juta ton pada 2018.

Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan produk lokal harus menjadi unggulan. Pemenuhan gizi, kata Hasto, sepatutnya dapat dipenuhi dari produk lokal. Mantan bupati Kulon Progo ini membagikan pengalamannya mendorong masyarakat Kulon Progo untuk mengonsumsi produk lokal bergizi.

“Kita harus betul-betul mengedepankan produk lokal, makanya ada beberapa hal yang saya lakukan di Kulon Progo. Contoh beras, kita berjuang keras agar raskin menjadi rasda (beras daerah). Diambil dari daerah. Saya merayu Bulog sampai tiga tahun baru setuju beras dari Kulon Progo,” kata Hasto.

Hasto mengatakan koperasi juga harus dibentuk dan menguasai pasar tingkat lokal. Peraturan daerah (perda) maupun peraturan bupati perlu dibuat dalam rangka perlindungan produk lokal.

“Memaksakan produk lokal untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, terutama mereka yang miskin dengan pemenuhan gizi seimbang itu bisa dilakukan,” tegas Hasto.

Webinar yang digelar tersebut merupakan rangkaian kegiatan menuju Kongres IV PA GMNI pada 5-7 Desember 2021 di Bandung, Jawa Barat. Ketua Dewan Kehormatan PA GMNI, Siswono Yudo Husodo menjadi pembicara utama dalam webinar tersebut.

Sementara, narasumber yang mengisi seminar, yakni Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi, Direktur Pengembangan Usaha LPDB Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Jarot Wahyu Wibowo.

Kemudian, Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa, Pemerhati Pangan dan Lingkungan Hidup sekaligus Anggota Indonesia Environmental Scientist Association (IESA) Andre Notohamijoyo, dan Associate Professor at Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada dan Co Founder MSMB Bayu Dwi Apri Nugroho.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1372 seconds (0.1#10.140)