Capres Golkar Disebut Bisa Kuasai Jabar, Asal Tak Ada Isu Agama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Calon Presiden (Capres) Partai Golkar dinilai mampu merebut pangsa pasar pemilih di Jawa Barat (Jabar) dan mengalahkan capres dari Partai Gerindra. Syaratnya, tidak ada isu agama dan Partai Golkar harus mengusung calonnya sendiri pada Pilpres 2024.
"Golkar bisa kalahkan Gerindra karena coattail effect. Dan secara isu tidak terlalu ada sentimen agama. Tapi kalau ada sentimen agama, PKS dan Gerindra bisa menguat lagi," tambahnya.
Adi menuturkan, suara Golkar bisa menguat jika mereka mencalonkan kadernya sendiri. Terlebih, pencalonan tersebut akan memberi efek ekor jas kepada partai berlambang pohon beringin tersebut saat pemilihan legislatif.
"Golkar bisa menguat signifikan karena dapat coattail effect di Pileg. Itu otomatis. Soal Pilpres, tergantung siapa pasangan Airlangga," ujarnya.
Adi menambahkan, jika Golkar berkoalisi dengan PDIP, dan kader mereka menjadi capres, kemungkinan suara Golkar menguat. Namun, apabila jagoan Golkar hanya menjadi cawapres, dia menyebut agak sulit memenangkan suara pileg.
"Karena secara alamiah, berkaca Pileg 2014 dan 2019, Golkar belum pernah juara," ujarnya.
Lebih lanjut Adi menambahkan, suara pemilih Jabar sukar ditebak. Oleh karena itu, dia mengakui sulit membaca kekuatan politik di provinsi tersebut khususnya dalam pemilihan legislatif.
"Di pilpres mayoritas anti-Jokowi. Tapi di Pileg silih berganti pemenangnya. 2014 yang menang PDIP disusul Golkar runner-up. Pileg 2019 Gerindra pemenangnya, ketiga PKS, Golkar posisi empat," katanya.
Polarisasi pemilihan presiden 2024 sudah mulai menghangat. Koalisi Partai Golkar diyakini akan menghadapi koalisi Gerindra dan PDIP. Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto diprediksi menjadi salah satu calon presiden pada Pilpres 2024.
"Golkar bisa kalahkan Gerindra karena coattail effect. Dan secara isu tidak terlalu ada sentimen agama. Tapi kalau ada sentimen agama, PKS dan Gerindra bisa menguat lagi," tambahnya.
Adi menuturkan, suara Golkar bisa menguat jika mereka mencalonkan kadernya sendiri. Terlebih, pencalonan tersebut akan memberi efek ekor jas kepada partai berlambang pohon beringin tersebut saat pemilihan legislatif.
"Golkar bisa menguat signifikan karena dapat coattail effect di Pileg. Itu otomatis. Soal Pilpres, tergantung siapa pasangan Airlangga," ujarnya.
Adi menambahkan, jika Golkar berkoalisi dengan PDIP, dan kader mereka menjadi capres, kemungkinan suara Golkar menguat. Namun, apabila jagoan Golkar hanya menjadi cawapres, dia menyebut agak sulit memenangkan suara pileg.
"Karena secara alamiah, berkaca Pileg 2014 dan 2019, Golkar belum pernah juara," ujarnya.
Lebih lanjut Adi menambahkan, suara pemilih Jabar sukar ditebak. Oleh karena itu, dia mengakui sulit membaca kekuatan politik di provinsi tersebut khususnya dalam pemilihan legislatif.
"Di pilpres mayoritas anti-Jokowi. Tapi di Pileg silih berganti pemenangnya. 2014 yang menang PDIP disusul Golkar runner-up. Pileg 2019 Gerindra pemenangnya, ketiga PKS, Golkar posisi empat," katanya.
Polarisasi pemilihan presiden 2024 sudah mulai menghangat. Koalisi Partai Golkar diyakini akan menghadapi koalisi Gerindra dan PDIP. Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto diprediksi menjadi salah satu calon presiden pada Pilpres 2024.