Pisau Komando Raksasa Kopassus Menancap di Puncak Lalana Bogor, Ini Penampakannya
loading...
A
A
A
BOGOR - Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Mohamad Hasan meninjau pembangunan Monumen Pisau Komando di Puncak Lalana Gunung Karst, Desa Cibadak, Ciampea, Kabupaten Bogor , Selasa (16/11/2021). Monumen itu dibangun untuk menjaga kelestarian cagar budaya di Gunung Lalana.
Monumen setinggi 12 meter ini mulai dibangun pada Juni 2021 dengan dilapisi oleh bahan Baja. Pembangunannya pun membutuhkan waktu lama karena medan yang sulit dan faktor cuaca yang tidak menentu.
Puncak Gunung Lalana adalah gunung kapur yang berada di Ciampea dengan ketinggian 835 mdpl, dan daerah ini adalah lahan milik Kopassus. Gunung Lalana sebagian adalah daerah perbatuan karts dengan kondisi kemiringan yang tinggi dan licin ini menjadi tantangan bagi para pendaki khususnya Kopassus.
"Selain sebagai lokasi latihan Korps Baret Merah, juga beberapa kali dilaksanakan ekspedisi oleh para personil batalyon 14 grup 1 Kopassus. Ekspedisi merupakan bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan serta menelusuri potensi sumber daya yang ada di Kawasan Gunung kapur Lalana," jelas Penerangan Kopassus dalam keterangan tertulis, Selasa (16/11/2021).
Di Gunung Lalana juga terdapat dua goa yang memiliki nilai sejarah. Pertama Goa Badrika, merupakan goa tipe vertikal dengan kedalaman sekitar 150 meter dan memiliki beberapa lobang bibir goa sebagai pintu masuk ke dalam goa.
Di sana terdapat tujuh pits dengan ukuran bervariatif serta memiliki ornamen yang masih produktif, aktif, dan berproses. Di ujung goa terdapat timbunan longsoran yang mengakibatkan penumpukan sedimen pelapukan karts.
Goa kedua yakni Goa Tirtasena merupakan goa tipe vertikal dengan kedalaman sekitar 90 meter memiliki dua pits dengan lubang goa bervariatif. Goa tersebut memiliki dasar yang menyempit dan terdapat sumber air yang cukup lebar dan dalam.
"Selain itu juga ditemukan berbagai jenis flora dan fauna serta berbagai bentuk artefak yang kemungkinan besar merupakan peninggalan dari Kerajaan Taruma Negara yang luput dari catatan sejarah," ujar Kopassus.
Di areal Gunung Lalana dibangun pos penjagaan sebagai awal akses pintu masuk menuju puncak Gunung Lalana, pos ini dibangun untuk mempermudah pengecekan bagi siapa saja yang berkunjung ke Gunung Lalana. Pos itu juga berfungsi sebagai tempat istirahat tim jaga yang berada di puncak Gunung Lalana.
"Diharapkan ke depan Puncak Lalana dapat dijadikan sebagai tempat objek wisata dan cagar budaya guna memelihara kearifan lokal nusantara," ujarnya.
Lihat Juga: Profil Brigjen TNI Yuri Elias Mamahi, Inspektur Kopassus yang Pernah Jadi Dansatgas di UNIFIL PBB
Monumen setinggi 12 meter ini mulai dibangun pada Juni 2021 dengan dilapisi oleh bahan Baja. Pembangunannya pun membutuhkan waktu lama karena medan yang sulit dan faktor cuaca yang tidak menentu.
Puncak Gunung Lalana adalah gunung kapur yang berada di Ciampea dengan ketinggian 835 mdpl, dan daerah ini adalah lahan milik Kopassus. Gunung Lalana sebagian adalah daerah perbatuan karts dengan kondisi kemiringan yang tinggi dan licin ini menjadi tantangan bagi para pendaki khususnya Kopassus.
"Selain sebagai lokasi latihan Korps Baret Merah, juga beberapa kali dilaksanakan ekspedisi oleh para personil batalyon 14 grup 1 Kopassus. Ekspedisi merupakan bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan serta menelusuri potensi sumber daya yang ada di Kawasan Gunung kapur Lalana," jelas Penerangan Kopassus dalam keterangan tertulis, Selasa (16/11/2021).
Di Gunung Lalana juga terdapat dua goa yang memiliki nilai sejarah. Pertama Goa Badrika, merupakan goa tipe vertikal dengan kedalaman sekitar 150 meter dan memiliki beberapa lobang bibir goa sebagai pintu masuk ke dalam goa.
Di sana terdapat tujuh pits dengan ukuran bervariatif serta memiliki ornamen yang masih produktif, aktif, dan berproses. Di ujung goa terdapat timbunan longsoran yang mengakibatkan penumpukan sedimen pelapukan karts.
Goa kedua yakni Goa Tirtasena merupakan goa tipe vertikal dengan kedalaman sekitar 90 meter memiliki dua pits dengan lubang goa bervariatif. Goa tersebut memiliki dasar yang menyempit dan terdapat sumber air yang cukup lebar dan dalam.
"Selain itu juga ditemukan berbagai jenis flora dan fauna serta berbagai bentuk artefak yang kemungkinan besar merupakan peninggalan dari Kerajaan Taruma Negara yang luput dari catatan sejarah," ujar Kopassus.
Di areal Gunung Lalana dibangun pos penjagaan sebagai awal akses pintu masuk menuju puncak Gunung Lalana, pos ini dibangun untuk mempermudah pengecekan bagi siapa saja yang berkunjung ke Gunung Lalana. Pos itu juga berfungsi sebagai tempat istirahat tim jaga yang berada di puncak Gunung Lalana.
"Diharapkan ke depan Puncak Lalana dapat dijadikan sebagai tempat objek wisata dan cagar budaya guna memelihara kearifan lokal nusantara," ujarnya.
Lihat Juga: Profil Brigjen TNI Yuri Elias Mamahi, Inspektur Kopassus yang Pernah Jadi Dansatgas di UNIFIL PBB
(rca)