Soal Radikalisme, Ini Beda Pandangan NU dan Muhammadiyah

Sabtu, 06 November 2021 - 01:09 WIB
loading...
A A A


Representasi suaramuhammadiyah.id dan NU Online merupakan kontradiskursus radikalisme mengenai jihad sebagai kekerasan, perang, dan terorisme dari kelompok-kelompok radikal.

Kontra-diskursus radikalisme mengenai dasar negara dan jihad pada suaramuhammadiyah.id dan NU Online tidak lepas dari identitas Muhammadiyah dan NU yang moderat. Keduanya memiliki relasi yang bertolak belakang dengan kelompok-kelompok radikal dalam memaknai isu dasar negara dan jihad.

Kedua, berdasarkan analisis praktik diskursus dalam produksi teks mengenai kontra-diskursus radikalisme, suaramuhammadiyah.id tidak secara langsung melawan radikalisme, tapi lebih dengan mengedepankan moderasi. Jalan moderasi sebagai kontra-diskursus radikalisme yang direpresentasikan oleh suaramuhammadiyah.id mengikuti sikap organisasi Muhammadiyah dan pandangan -pandangan tokoh Muhammadiyah yang ditampilkan dalam berita-berita dan artikelartikelnya.

Dalam hal ini prinsip suaramuhammadyah.id sama seperti Muhammadiyah yaitu beramar makruf nahi munkar (menyeru kepada kebaikan dan menyegah kemungkaran). Termasuk mengedepankan moderasi dan memasifkan narasi-narasi alternatif yang mencerahkan. Sedangkan NU Online perhatian Utamanya sebenarnya bukan untuk memerangi radikalisme.

"Produksi NU online lebih diarahkan pada bagaimana membuat ajaran-ajaran NU tetap dipeluk oleh mayoritas Muslim Indonesia. Karena bila ajaran atau tafsir ke-Islaman atau ke-NU-an dipeluk oleh mayoritas muslim Indonesia maka tidak akan menjadi radikal. Karena NU itu pada dasarnya tawasuth, moderat, toleran, dan menerima Pancasila, serta tidak mendukung bentuk khalifah. Dalam produksi kontra-diskursus radikalisme, NU Online memperbanyak tulisan-tulisan yang menjelaskan tentang konsep-konsep keIslaman yang terkait dengan radikalisme. Misalnya mengenai jihad, khilafah, pemimpin non-muslim, mayotirani Islam, dan mengenai tidak boleh menyerupai orang non-muslim dan sebagainya," urainya.



Mengenai konsumsi teks tentang kontra-diskursus radikalisme yang direpresentasikan oleh suaramuhammadiyah.id mengenai isu dasar negara Pancasila secara umum warga dan tokoh Muhammadiyah sebagai pembaca suaramuhammadiyah.id memandang Pancasila sebagai dasar negara yang ideal saat ini karena sesuai dengan ajaran Islam, dan merupakan hasil kesepakatan antarkomponen bangsa.

"Termasuk Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah, yang dipahami kalangan Muhammadiyah merupakan penegasan posisi Muhammadiyah sebagai organisasi Islam berkemajuan yang moderat. Begitu juga dengan konsumsi teks mengenai jihad di mana kalangan Muhammadiyah lebih memahami sebagai berjuang secara sungguh di jalan Allah Swt secara luas, tidak hanya perang. Mereka menyepakati gagasan yihad lil-muwajahah yang berarti berjuangan sungguh-sungguh menciptakan sesuatu yang unggul," terangnya.

Adapun konsumsi teks terhadap NU Online mengenai isu dasar negara oleh kalangan NU (Nahdliyin) menunjukkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara dipahami sudah islami, dan merupakan muahadah wathaniyah (kesepakatan kebangasaan) yang mengikat semua elemen bangsa. Sedangkan konsumsi teks mengenai jihad, kalangan NU menolak pemahaman jihad sebagai kekerasan, perang, dan terorisme. Mereka lebih memahami jihad sebagai mabadi' khaira ummah (mengutamakan kemaslahatan umat) dalam bentuk jihad konstekstual seperti jihad melawan korupsi, melawan narkoba, dan melawan hoaks, serta jihad-jihad kontekstual lainnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1310 seconds (0.1#10.140)