Tren Bencana Hidrometeorologi Meningkat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melaporkan tren bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung meningkat selama satu dekade terakhir. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengungkapkan jumlah kejadian hidrometeorologi tahun 2020 hampir 8 kali lipat lebih tinggi dibanding tahun 2005 yang hanya 539 kejadian.
Muhadjir mengatakan walaupun curah hujan berada di tingkat sedang, namun masih berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. “Hal ini tergantung pada daya dukung lingkungan dalam respons kondisi curah hujan,” kata Muhadjir Effendy dalam Rakornas BMKG, Jumat (29/10/2021).
Selain itu, kata Muhadjir, tren kenaikan bencana di Indonesia juga bisa disebabkan akibat adanya perubahan iklim seperti La Nina. “Sedangkan kenaikan tren kejadian bencana di Indonesia yang disebabkan oleh peningkatan curah hujan ekstrem dapat dikaitkan juga dengan sebagai dampak perubahan iklim,” katanya.
Maka itu, Muhadjir meminta agar penanggulangan bencana hidrometeorologi harus menjadi fokus perhatian bersama. “Tidak hanya saat darurat atau pasca bencana. Namun juga pada tahap prabencana atau kesiapsiagaan menghadapi bencana. Khususnya untuk tahap prabencana, upaya antisipasi dan kesiapsiagaan hidrometeorologis harus terus kita dorong,” katanya.
Dia menilai upaya tersebut tidak hanya akan mengurangi risiko kerugian dan korban jiwa yang tidak perlu. “Namun juga akan memberikan manfaat kestabilan ekonomi sosial dan lingkungan yang ujungnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan pertahanan negara dan masyarakat,” pungkasnya.
Muhadjir mengatakan walaupun curah hujan berada di tingkat sedang, namun masih berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. “Hal ini tergantung pada daya dukung lingkungan dalam respons kondisi curah hujan,” kata Muhadjir Effendy dalam Rakornas BMKG, Jumat (29/10/2021).
Selain itu, kata Muhadjir, tren kenaikan bencana di Indonesia juga bisa disebabkan akibat adanya perubahan iklim seperti La Nina. “Sedangkan kenaikan tren kejadian bencana di Indonesia yang disebabkan oleh peningkatan curah hujan ekstrem dapat dikaitkan juga dengan sebagai dampak perubahan iklim,” katanya.
Maka itu, Muhadjir meminta agar penanggulangan bencana hidrometeorologi harus menjadi fokus perhatian bersama. “Tidak hanya saat darurat atau pasca bencana. Namun juga pada tahap prabencana atau kesiapsiagaan menghadapi bencana. Khususnya untuk tahap prabencana, upaya antisipasi dan kesiapsiagaan hidrometeorologis harus terus kita dorong,” katanya.
Dia menilai upaya tersebut tidak hanya akan mengurangi risiko kerugian dan korban jiwa yang tidak perlu. “Namun juga akan memberikan manfaat kestabilan ekonomi sosial dan lingkungan yang ujungnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan pertahanan negara dan masyarakat,” pungkasnya.
(rca)