Kala Soeharto Gagal Jegal Gus Dur di Muktamar Cipasung, Momentum Kemenangan Santri
loading...
A
A
A
Sebagian di antara mereka berbaur dengan peserta muktamar dengan pakaian sipil juga seragam banser. Selain personel, TNI juga mengerahkan sejumlah panser. Alih-alih mengamankan, kehadiran tentara dan panser-panser yang memenuhi arena muktamar justru difungsikan sebagai alat tekan untuk kubu Gus Dur. Ini baru soal pengamanan.
Di ruang sidang, pejabat dan petinggi militer mendominasi. Ingin menguasai opini peserta muktamar, 10 menteri dan jenderal bergiliran memberikan sambutan di acara pembukaan. Bahkan, menjelang pemilihan ketua umum PBNU, ruang sidang dijaga superketat. Ini dilakukan demi memenangkan Abu Hasan, kader NU yang memang didorong rezim untuk menandingi Gus Dur.
Tetapi di luar perkiraan rezim, ternyata Gus Dur menang dalam dua kali putaran pemilihan di bawah tekanan yang begitu rupa. Di putaran pertama, Gus Dur memperoleh 157 suara sedangkan Abu Hasan mendapatkan 136 suara. Dua nama lain yaitu Fahmi Saifuddin dan Chalid Mawardi masing-masing mendapatkan 17 dan 6 suara.
Hasil tersebut membuat suasana semakin tegang dan panas. Potensi chaos dengan kelompok pendukung Abu Hasan sangat tinggi. Gus Dur dan para pendukungnya pun belum tentu bisa keluar dari ruang sidang dengan selamat karena gedung dikelilingi panser. Ketika pemungutan suara putaran kedua berlangsung, para kiai dan kader muda NU bermunajat agar NU dan nahdliyin diselamatkan.
Rupanya doa mereka dikabulkan. Hasil perhitungan suara akhir menempatkan Gus Dur sebagai pemenang dengan perolehan 174 suara, terpaut 32 suara dari Abu Hasan. Meskipun sempat menyisakan pertentangan hingga beberapa lama kemudian, Abu Hasan akhirnya menyadari apa yang terjadi. Dia menemui Gus Dur dan meminta maaf.
Di ruang sidang, pejabat dan petinggi militer mendominasi. Ingin menguasai opini peserta muktamar, 10 menteri dan jenderal bergiliran memberikan sambutan di acara pembukaan. Bahkan, menjelang pemilihan ketua umum PBNU, ruang sidang dijaga superketat. Ini dilakukan demi memenangkan Abu Hasan, kader NU yang memang didorong rezim untuk menandingi Gus Dur.
Tetapi di luar perkiraan rezim, ternyata Gus Dur menang dalam dua kali putaran pemilihan di bawah tekanan yang begitu rupa. Di putaran pertama, Gus Dur memperoleh 157 suara sedangkan Abu Hasan mendapatkan 136 suara. Dua nama lain yaitu Fahmi Saifuddin dan Chalid Mawardi masing-masing mendapatkan 17 dan 6 suara.
Hasil tersebut membuat suasana semakin tegang dan panas. Potensi chaos dengan kelompok pendukung Abu Hasan sangat tinggi. Gus Dur dan para pendukungnya pun belum tentu bisa keluar dari ruang sidang dengan selamat karena gedung dikelilingi panser. Ketika pemungutan suara putaran kedua berlangsung, para kiai dan kader muda NU bermunajat agar NU dan nahdliyin diselamatkan.
Rupanya doa mereka dikabulkan. Hasil perhitungan suara akhir menempatkan Gus Dur sebagai pemenang dengan perolehan 174 suara, terpaut 32 suara dari Abu Hasan. Meskipun sempat menyisakan pertentangan hingga beberapa lama kemudian, Abu Hasan akhirnya menyadari apa yang terjadi. Dia menemui Gus Dur dan meminta maaf.
(muh)