Pendekatan Moeldoko ke Rakyat Dinilai Tak Sekadar Pencapaian Angka-angka
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepedulian Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko kepada petambak garam di Cirebon, misalnya, tetap saja tertangkap radar pengamat birokrasi, Varhan Abdul Aziz.
Baca Juga: Moeldoko
"Mungkin target programnya tercapai, tetapi urusan dengan rakyat tidak bisa terlampau disederhanakan dengan pencapaian angka-angka target," kata Varhan juga merupakan Wakil Sekretaris Jenderal Lira tersebut, Selasa (12/10/2021).
"Melainkan harus bisa mengambil hati rakyat agar mereka juga merasa diperlakukan sebagai manusia, bukan semata mesin peraih target program," tambahnya.
Moeldoko yang dalam banyak kesempatan menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan segala curhat dan keluhan rakyat kecil, menurut Varhan, adalah pejabat publik negeri ini yang layak diteladani.
"Pak Moeldoko tampak sangat mengerti dan arif akan hal tersebut. Sebagaimana keberadaan manusia dengan dua telinga dan satu mulut, yang bagi pejabat publik bisa diinterpretasikan sebagai keharusan untuk lebih banyak mendengar sebelum memberikan arah dan perintah melalui mulut," jelas Varhan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, KSP Moeldoko pada Jum'at (8/10/2021) lalu langsung turun ke bawah, menemui dan mendengarkan keluhan para petani garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Ketekunan dan seriusnya Moeldoko mendengarkan, membuat keluhan para petani garam membual deras. Mereka mengeluhkan banyak hal, terutama berkaitan dengan harga garam yang anjlok serta rawannya kemungkinan terjadi abrasi di tepi Pantai Cirebon.
"Harga garam anjlok sekali hanya Rp500 per kilogram. Kami mohon pemerintah bisa segera menetapkan harga eceran terendah (HET)," ujar salah satu petani garam bernama Ismail Marzuki.
Setelah mendengar keluh-kesah petani garam, Moeldoko merespons dan menyatakan bahwa pemerintah sedang menyiapkan alternatif solusi untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi petani garam di lapangan. Hal itu meliputi, antara lain, kebijakan impor garam industry, serta akan adanya program revitalisasi bibir pantai utara Jawa.
Baca Juga: Moeldoko
"Mungkin target programnya tercapai, tetapi urusan dengan rakyat tidak bisa terlampau disederhanakan dengan pencapaian angka-angka target," kata Varhan juga merupakan Wakil Sekretaris Jenderal Lira tersebut, Selasa (12/10/2021).
"Melainkan harus bisa mengambil hati rakyat agar mereka juga merasa diperlakukan sebagai manusia, bukan semata mesin peraih target program," tambahnya.
Moeldoko yang dalam banyak kesempatan menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan segala curhat dan keluhan rakyat kecil, menurut Varhan, adalah pejabat publik negeri ini yang layak diteladani.
"Pak Moeldoko tampak sangat mengerti dan arif akan hal tersebut. Sebagaimana keberadaan manusia dengan dua telinga dan satu mulut, yang bagi pejabat publik bisa diinterpretasikan sebagai keharusan untuk lebih banyak mendengar sebelum memberikan arah dan perintah melalui mulut," jelas Varhan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, KSP Moeldoko pada Jum'at (8/10/2021) lalu langsung turun ke bawah, menemui dan mendengarkan keluhan para petani garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Ketekunan dan seriusnya Moeldoko mendengarkan, membuat keluhan para petani garam membual deras. Mereka mengeluhkan banyak hal, terutama berkaitan dengan harga garam yang anjlok serta rawannya kemungkinan terjadi abrasi di tepi Pantai Cirebon.
"Harga garam anjlok sekali hanya Rp500 per kilogram. Kami mohon pemerintah bisa segera menetapkan harga eceran terendah (HET)," ujar salah satu petani garam bernama Ismail Marzuki.
Setelah mendengar keluh-kesah petani garam, Moeldoko merespons dan menyatakan bahwa pemerintah sedang menyiapkan alternatif solusi untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi petani garam di lapangan. Hal itu meliputi, antara lain, kebijakan impor garam industry, serta akan adanya program revitalisasi bibir pantai utara Jawa.
(maf)