Cerita Jean Walters, Molly Bondan, dan J Edgar: 3 Perempuan Australia Pendukung Kemerdekaan RI
loading...
A
A
A
Molly Bondan dilahirkan 9 Januari 1912 di Auckland, Selandia Baru. Sebelum beremigrasi ke Australia, orang tua Molly merupakan warga negara Inggris, demikian disebut George McTurnan Kahin, Indonesianis terkemuka dari Cornell University, Ithaca, New York.
Molly Warner, nama asli Molly Bondan, bekerja sebagai jurnalis dengan rasa simpati yang besar terhadap pergerakan Indonesia kala itu. Menurut Rino mengutip biografi Jean Walters, Molly Bondan menjadi semakin keras semenjak berjumpa dengan Mohammad Bondan.
Molly malah sering terjun ke demonstrasi jalanan para simpatisan pro-kemerdekaan Indonesia di Australia. McTurnan Kahin mengenang, Mohammad Bondan yang eks tawanan politik di Boven Digoel, merupakan kawan dan pengikut setia Mohammad Hatta.
Bersama Hatta, Bondan ditangkap dan dipenjarakan di pedalaman Digoel, Papua. Nasib beruntung bagi Hatta, dia dipindahkan ke Banda Neira bersama Sjahrir pada 1938. Tetapi tidak bagi Bondan, dia tetap berada di sana sampai 1943.
Molly Bondan kemudian mulai aktif di revolusi. Jean Walters mencatat, Molly Bondan mulai menulis selebaran-selebaran pro Republik dan melakukan siaran berbahasa Inggris di Radio Republik Indonesia.
Sementara itu berbeda dengan Molly Bondan dan Jean Walters, Jean Edgar tak pernah merasakan hidup di Indonesia. Jean Edgar memiliki rasa sosial yang tinggi, itulah mengapa dia mendatangi pertemuan pro-republik di Metropole Hotel, Melbourne.
Dalam tulisannya, Rino Surya menyebutkan, di acara itulah Jane Edgar berjumpa dengan Zakaria, yang juga bekas tahanan politik Digoel. Ketika masih berstatus pelajar, Zakaria mendukung perjuangan kemerdekaan dengan menjadi anggota Partai Nasional Indonesia pimpinan Soekarno.
Menurut artikel "Indonesian Freedom Fighter Dies" di harian Tribune terbitan Sydney tertanggal 8 Desember 1948, Zakaria ditangkap dan dipenjarakan lantaran melawan Kerajaan Belanda. Dia dikirim ke Boven Digoel pada tahun 1929, menghabiskan 14 tahun di sana, sebelum tiba di Australia pada 1943.
Molly Warner, nama asli Molly Bondan, bekerja sebagai jurnalis dengan rasa simpati yang besar terhadap pergerakan Indonesia kala itu. Menurut Rino mengutip biografi Jean Walters, Molly Bondan menjadi semakin keras semenjak berjumpa dengan Mohammad Bondan.
Molly malah sering terjun ke demonstrasi jalanan para simpatisan pro-kemerdekaan Indonesia di Australia. McTurnan Kahin mengenang, Mohammad Bondan yang eks tawanan politik di Boven Digoel, merupakan kawan dan pengikut setia Mohammad Hatta.
Bersama Hatta, Bondan ditangkap dan dipenjarakan di pedalaman Digoel, Papua. Nasib beruntung bagi Hatta, dia dipindahkan ke Banda Neira bersama Sjahrir pada 1938. Tetapi tidak bagi Bondan, dia tetap berada di sana sampai 1943.
Molly Bondan kemudian mulai aktif di revolusi. Jean Walters mencatat, Molly Bondan mulai menulis selebaran-selebaran pro Republik dan melakukan siaran berbahasa Inggris di Radio Republik Indonesia.
Sementara itu berbeda dengan Molly Bondan dan Jean Walters, Jean Edgar tak pernah merasakan hidup di Indonesia. Jean Edgar memiliki rasa sosial yang tinggi, itulah mengapa dia mendatangi pertemuan pro-republik di Metropole Hotel, Melbourne.
Dalam tulisannya, Rino Surya menyebutkan, di acara itulah Jane Edgar berjumpa dengan Zakaria, yang juga bekas tahanan politik Digoel. Ketika masih berstatus pelajar, Zakaria mendukung perjuangan kemerdekaan dengan menjadi anggota Partai Nasional Indonesia pimpinan Soekarno.
Menurut artikel "Indonesian Freedom Fighter Dies" di harian Tribune terbitan Sydney tertanggal 8 Desember 1948, Zakaria ditangkap dan dipenjarakan lantaran melawan Kerajaan Belanda. Dia dikirim ke Boven Digoel pada tahun 1929, menghabiskan 14 tahun di sana, sebelum tiba di Australia pada 1943.
(maf)