Letjen TNI Rais Abin, Panglima Perdamaian yang Berhasil Pertemukan Pemimpin Mesir-Israel

Rabu, 15 September 2021 - 05:40 WIB
loading...
Letjen TNI Rais Abin,...
Letjen TNI Rais Abin. Foto/Wikipedia
A A A
JAKARTA - Lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat, 15 Agustus 1926, Rais Abin kecil bersekolah di Schakelschool (Sekolah Rakyat, sederajat sekolah dasar) dan lulus pada usia 14 tahun.

Baca Juga: Rais Abin
Dikutip dari Wikipedia, meski lulus ujian masuk sekolah, ayahnya tidak punya cukup uang untuk membayar uang sekolah dan malah menyekolahkannya di sekolah menengah pertama pertanian Landbouwschool di Sukabumi.

Baca juga: 850 Prajurit TNI Ditugaskan sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Afrika Tengah

Rais kemudian naik kapal feri dari Pelabuhan Teluk Bayur menuju Sukabumi bersama sepupunya, Mishar. Selama studinya di sekolah, ayahnya meninggal pada tahun 1942, dan dia tidak memiliki kesempatan untuk menjenguk mendiang ayahnya.

Dia kemudian lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1943 dan ditempatkan sebagai asisten pengawas di perkebunan karet Cikumpay, di Purwakarta.

Dalam karier militernya, Rais Abin bergabung dengan Pemuda Sosialis Indonesia. Ia berangkat ke Jogjakarta pada September 1945 setelah direkomendasikan oleh seorang pekerja kereta api bersenjata.

Setelah itu, ia lulus dengan pangkat sersan kader pada tahun 1946 dan diangkat sebagai intel untuk operasi penyelundupan senjata melalui blokade Belanda dan dikirim ke Tegal. Rais kemudian dikirim ke Palembang untuk menemui Adnan Kapau Gani, Gubernur Militer Sumatera Selatan yang menyiapkan logistik untuk operasi intelijennya.

Tak lama kemudian, Rais dipromosikan menjadi letnan dua dan dia dikirim ke Singapura untuk menyelundupkan senjata. Rais ditempatkan di divisi 1, dengan Jenderal Sudirman sebagai komandannya.

Ia juga belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia pada tahun 1952, meskipun ia kemudian keluar dua tahun kemudian untuk mengejar karier militer. Ia kemudian kuliah di Sekolah Staf Umum dan Komando Angkatan Darat Indonesia selama dua tahun hingga ia lulus pada tahun 1956 dengan pangkat mayor.

Ia kemudian ditempatkan di Kodam Nusa Tenggara sebagai Wakil Kepala Staf dari tahun 1956 sampai 1958. Ia dipindahkan ke Sulawesi Selatan pada tahun 1961 dengan pangkat Letnan Kolonel dan menjadi Kepala Staf Harian Panglima Perang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Rais kemudian ditempatkan di Bandung dengan pangkat kolonel. Selama ini menjabat beberapa posisi, seperti instruktur di Pusat Infanteri di Bandung dan sebagai asisten manajemen dan kontrol dari tahun 1965 dan 1969.

Pada tahun 1973, Rais dipromosikan menjadi Brigadir Jenderal dan menjadi Wakil Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Indonesia.

Riwayat pendidikannya yang cukup mendukung serta menjalani tugas militer dengan baik, mengantarkan Rais Abin dalam tugas yang lebih berat yaitu menjadi panglima pasukan perdamaian PBB.

Rais Abin dipercaya sebagai Panglima United Nations Emergency Forces (UNEF) II pada tahun 1976-1979. Suatu pasukan perdamaian dari PBB yang terdiri lebih dari 4.000 tentara yang berasal dari berbagai negara di dunia, yaitu Australia, Austria, Kanada, Finlandia, Ghana, Indonesia, Irlandia, Nepal, Panama, Peru, Polandia, Senegal, dan Swedia.

UNEF II bertugas menjaga perdamaian antara Mesir dan Israel setelah perang Yom Kippur (Oktober 1973). Berkat lobi dan diplomasinya, Rais Abin berhasil mempertemukan Presiden Mesir, Anwar Sadat, dengan PM Israel, Menachem Begin.

Kemudian dilanjutkan dengan perundingan perjanjian damai di Camp David, dan diakhiri dengan penandatanganan perjanjian damai antara Mesir dan Israel yang dilakukan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, yang disaksikan Presiden AS, Jimmy Carter, pada tahun 1979. Rais Abin menjadi satu-satunya jenderal Indonesia yang memimpin ribuan tentara dari seluruh dunia tersebut.

Usai tugas pasukan perdamaian UNEF II berakhir, Rais Abin yang kala itu sudah berpangkat Mayjen, diperintahkan kembali ke Tanah Air. Setelah Rais menjalani penugasan di Markas Besar ABRI, Presiden Soeharto mengirimnya ke Malaysia sebagai duta besar. Pangkatnya pun dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal.

Meski pun Indonesia dan Israel tidak pernah memiliki hubungan diplomatik, Rais memperoleh persetujuan dari Perdana Menteri Israel saat itu Shimon Peres dan Knesset untuk menjadi komandan UNEF II yang diakui.

Rais Abin meninggal di Jakarta pada Kamis, 25 Maret 2021, dalam usia 95 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Keesokan harinya, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dengan upacara yang dipimpin oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Bakti Agus Fadjari.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1193 seconds (0.1#10.140)