Penanganan Kanker Pada Anak Butuh Komitmen Kuat Pemangku Kepentingan
loading...
A
A
A
Sebagian besar penderita kanker anak, menurut Bambang, dapat diobati dengan kemoterapi dan sebagian dengan bedah dan radioterapi. Namun, penyebab kematian akibat kanker pada anak sering terjadi akibat keterlambatan diagnosa, terjadi hambatan akses fasyankes dan kasus dropout pengobatan akibat kurangnya pengetahuan.
Juliana Hanaratri dari Ikatan Perawat Anak Indonesia (IPANI) berpendapat, dalam penanganan kasus kanker anak para perawat harus terus berupaya meningkatkan keterampilannya, sesuai standar minimal yang ditetapkan International Society of Padriatic Oncology (SIOP). Standar minimal tersebut, jelas Juliana, antara lain perawat kanker anak tidak disarankan terlalu sering dirotasi agar memiliki waktu yang cukup untuk melakukan orientasi terhadap kondisi pasien, pendidikan berkelanjutan dan memperkuat team work, karena penanganan kanker anak berlangsung dalam waktu yang cukup panjang.
Jurnalis penerima Award Winning Journalist Bidang Kesehatan, Siswantini Suryandari berpendapat data epidemiologis tentang kanker anak sangat diperlukan sebagai dasar dalam penentuan perkiraan kebutuhan perawatan paliatif yang dilaksanakan melalui home care maupun di poli rawat jalan. Data tersebut diperlukan untuk memperkirakan sejauh mana karakteristik populasi yang membutuhkan perawatan paliatif.
Siswantini menyarankan, Pemerintah, DPR, organisasi peduli kanker anak, IDAI dan lainnya harus bisa merumuskan peta jalan penuntasan masalah kanker pada anak. Selain itu, juga punya pedoman penanganan kanker yang tepat baik dalam situasi normal dan kedaruratan seperti pandemi Covid-19 sekarang ini.
Ketua DPP Partai NasDem Bidang Kesehatan, Okky Asokawati berpendapat bila dilihat dari perbedaan survivor rate yang cukup besar antara negara maju (80%) dan negara berkembang (20%), bisa diartikan dengan penanganan yang lebih baik, anak bisa survive bahkan sembuh dari serangan kanker.
Karena itu, tegas Okky, para pemangku kepentingan harus berlomba-lomba agar survivor rate kanker anak di Indonesia bisa seperti di negara-negara maju dengan segera memperbaiki tata kelola dan fasilitas penanganan kanker terhadap anak di Ranah Air.
Ketua Yayasan Anyo Indonesia (YAI) Pinta Manullang Panggabean mengungkapkan, pihaknya berupaya ikut serta menyelamatkan anak-anak yang menderita kanker di Indonesia, antara lain lewat bantuan transportasi, rumah inap saat berobat ke rumah sakit dan pendampingan bagi anak dan orang tuanya.
Dia menambahkan, komitmen para pemangku kepentingan di pusat dan daerah harus kuat dalam upaya penanganan kasus kanker anak di Indonesia dengan berbasis data yang akurat, agar penanganan kanker anak di Tanah Air lebih terarah dan efektif untuk meningkatkan survivor rate.
Juliana Hanaratri dari Ikatan Perawat Anak Indonesia (IPANI) berpendapat, dalam penanganan kasus kanker anak para perawat harus terus berupaya meningkatkan keterampilannya, sesuai standar minimal yang ditetapkan International Society of Padriatic Oncology (SIOP). Standar minimal tersebut, jelas Juliana, antara lain perawat kanker anak tidak disarankan terlalu sering dirotasi agar memiliki waktu yang cukup untuk melakukan orientasi terhadap kondisi pasien, pendidikan berkelanjutan dan memperkuat team work, karena penanganan kanker anak berlangsung dalam waktu yang cukup panjang.
Jurnalis penerima Award Winning Journalist Bidang Kesehatan, Siswantini Suryandari berpendapat data epidemiologis tentang kanker anak sangat diperlukan sebagai dasar dalam penentuan perkiraan kebutuhan perawatan paliatif yang dilaksanakan melalui home care maupun di poli rawat jalan. Data tersebut diperlukan untuk memperkirakan sejauh mana karakteristik populasi yang membutuhkan perawatan paliatif.
Siswantini menyarankan, Pemerintah, DPR, organisasi peduli kanker anak, IDAI dan lainnya harus bisa merumuskan peta jalan penuntasan masalah kanker pada anak. Selain itu, juga punya pedoman penanganan kanker yang tepat baik dalam situasi normal dan kedaruratan seperti pandemi Covid-19 sekarang ini.
Ketua DPP Partai NasDem Bidang Kesehatan, Okky Asokawati berpendapat bila dilihat dari perbedaan survivor rate yang cukup besar antara negara maju (80%) dan negara berkembang (20%), bisa diartikan dengan penanganan yang lebih baik, anak bisa survive bahkan sembuh dari serangan kanker.
Karena itu, tegas Okky, para pemangku kepentingan harus berlomba-lomba agar survivor rate kanker anak di Indonesia bisa seperti di negara-negara maju dengan segera memperbaiki tata kelola dan fasilitas penanganan kanker terhadap anak di Ranah Air.
Ketua Yayasan Anyo Indonesia (YAI) Pinta Manullang Panggabean mengungkapkan, pihaknya berupaya ikut serta menyelamatkan anak-anak yang menderita kanker di Indonesia, antara lain lewat bantuan transportasi, rumah inap saat berobat ke rumah sakit dan pendampingan bagi anak dan orang tuanya.
Dia menambahkan, komitmen para pemangku kepentingan di pusat dan daerah harus kuat dalam upaya penanganan kasus kanker anak di Indonesia dengan berbasis data yang akurat, agar penanganan kanker anak di Tanah Air lebih terarah dan efektif untuk meningkatkan survivor rate.
(abd)