Dari PKP, PKPI, Kembali ke PKP, Bagaimana Kans Partai Ini di Pemilu 2024?

Jum'at, 03 September 2021 - 11:37 WIB
loading...
Dari PKP, PKPI, Kembali...
Partai Keadilan dan Persatuan (PKP). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Sejarah mencatat Partai Keadilan dan Persatuan ( PKP ) merupakan salah satu partai peserta pemilu yang beberapa kali ganti nama. Partai ini pernah berubah nama menjadi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia ( PKPI ), lalu kembali menjadi PKP.

Musyawarah luar biasa (Munaslub) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) telah digelar di Jakarta pada 25 Mei 2021. Salah satu yang diputuskan dalam Munaslub itu adalah melakukan perubahan nama dan lambang partai yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

Adapun perubahan AD/ART tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham). Sedangkan nama Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) diganti menjadi Partai Keadilan dan Persatuan (PKP).



PKP merupakan nama awal partai ini yang dideklarasikan pada 15 Januari 1999. Sejumlah nama figur di belakang berdirinya partai ini, diantaranya Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, mantan Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Edi Sudrajat, mantan Menteri Negara Perumahan Rakyat Siswono Yudo Husodo, dan mantan Menpora Hayono Isman.

Kini, PKP dipimpin oleh mantan Komandan Pasukan Khusus Detasemen Jalamangkara atau Denjaka Mayor Jenderal TNI Marinir (Purn) Yussuf Solichien. Sedangkan posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen) kini dijabat oleh Said Salahudin yang sebelumnya dikenal sebagai pengamat politik atau Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma). Lantas, bagaimana kans partai ini?



"Kalau menurut saya, kans partai politik di Indonesia itu ada tiga faktor yang bisa menyebabkan dia mendapatkan kursi atau vote yang banyak," ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo kepada SINDOnews, Jumat (3/9/2021).

Pertama, adalah tokoh. "Nah mari kita evaluasi PKP ini dari tokoh. Apakah di dalamnya ada tokoh yang cukup jadi magnet bagi pemilih untuk memilih partai ini seperti misalnya Pak SBY di Demokrat, kemudian Pak Prabowo di Gerindra, atau Bu Mega di PDIP atau Pak Jokowi juga di PDIP. Apakah kemudian PKP ini punya cukup tokoh untuk itu. Kalau enggak, ya susah. Itu yang pertama," kata Kunto.

Kedua, adalah kader. Kunto mengatakan, seberapa militan kader PKP untuk kemudian bisa mengedukasi, memobilisasi dan mengajak massa untuk datang ke tempat pemungutan suara saat Pemilu 2024 nanti untuk memilih partai itu.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1403 seconds (0.1#10.140)