Rapuhnya Soliditas Partai Ummat Bisa Menguntungkan PAN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rapuhnya fondasi politik Partai Ummat dinilai akan menguntungkan Partai Amanat Nasional (PAN). Adapun Partai Ummat lahir dari perpecahan PAN.
"Rapuhnya fondasi politik Partai Ummat akan memberikan peluang bagi PAN untuk kembali mengkonsolidasikan bekas sel-sel politiknya yang tercerai berai akibat konflik politik yang berbuah perpecahan internal PAN, hingga melahirkan Partai Ummat," ujar Direktur Eksekutif Indostrategic Khoirul Umam kepada SINDOnews, Sabtu (28/8/2021).
Khoirul menilai mundurnya Agung Mozin dan M Tauhid dari Partai Ummat mengindikasikan kuatnya friksi internal partai yang masih seumur jagung tersebut. "Friksi itu seolah membuka realitas politik internal dimana kepemimpinan yang ada saat ini tidak mampu mengelola faksionalisme di dalamnya," katanya.
Menurut dia, motif faksionalismenya cukup beragam, dan dampak friksi tersebut juga cukup signifikan. "Salah satu indikator utamanya adalah goyahnya simpul politik Sumatera Barat dan Sumatera Utara, sebagai salah satu penyuplai basis pemilih loyal yang cukup besar dari kalangan masyarakat Muhammadiyah," imbuhnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, jika situasi tersebut tidak diantisipasi dengan baik, maka faksionalisme bisa merembet ke berbagai lini dan memunculkan konflik internal yang lebih besar.
Lihat Juga: PKB di Tahun Politik 2024: Menjaga Soliditas dan Memperkuat Peran di Panggung Politik Nasional
"Rapuhnya fondasi politik Partai Ummat akan memberikan peluang bagi PAN untuk kembali mengkonsolidasikan bekas sel-sel politiknya yang tercerai berai akibat konflik politik yang berbuah perpecahan internal PAN, hingga melahirkan Partai Ummat," ujar Direktur Eksekutif Indostrategic Khoirul Umam kepada SINDOnews, Sabtu (28/8/2021).
Khoirul menilai mundurnya Agung Mozin dan M Tauhid dari Partai Ummat mengindikasikan kuatnya friksi internal partai yang masih seumur jagung tersebut. "Friksi itu seolah membuka realitas politik internal dimana kepemimpinan yang ada saat ini tidak mampu mengelola faksionalisme di dalamnya," katanya.
Menurut dia, motif faksionalismenya cukup beragam, dan dampak friksi tersebut juga cukup signifikan. "Salah satu indikator utamanya adalah goyahnya simpul politik Sumatera Barat dan Sumatera Utara, sebagai salah satu penyuplai basis pemilih loyal yang cukup besar dari kalangan masyarakat Muhammadiyah," imbuhnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, jika situasi tersebut tidak diantisipasi dengan baik, maka faksionalisme bisa merembet ke berbagai lini dan memunculkan konflik internal yang lebih besar.
Lihat Juga: PKB di Tahun Politik 2024: Menjaga Soliditas dan Memperkuat Peran di Panggung Politik Nasional
(cip)