Monas, Pembangunan Tugu yang Memakan Waktu hingga 3 Periode

Sabtu, 28 Agustus 2021 - 05:08 WIB
loading...
Monas, Pembangunan Tugu yang Memakan Waktu hingga 3 Periode
Monumen Nasional atau Monas, merupakan salah satu tempat wisata di wilayah DKI Jakarta. Lokasinya di tengah lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Monumen Nasional ( Monas ) merupakan salah satu tempat wisata di wilayah DKI Jakarta. Lokasinya di tengah lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Nah, lapangan itu dikelilingi berbagai kantor pemerintahan seperti Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, Balaikota DKI Jakarta, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pertahanan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Mahkamah Agung, Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Mahkamah Agung, Kementerian Dalam Negeri, Stasiun Gambir serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.

. Pelataran itu mampu menampung sekitar 50 orang. Di setiap sudutnya, tersedia empat teropong untuk melihat pemandangan dari ketinggian. Lalu, seperti apa sejarahnya?

Setelah sembilan tahun kemerdekaan diproklamirkan, nah gagasan awal pembangunan Monas itu muncul. Tujuan pembangunannya untuk mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945, dan juga sebagai wahana untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi sekarang dan akan datang.

Panitia Tugu Nasional yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas itu terbentuk beberapa hari setelah peringatan HUT ke-9 RI. Panitia itu dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo, S Suhud selaku penulis, Sumali Prawirosudirdjo selaku bendahara dan dibantu oleh empat orang anggota masing-masing Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, dan Sudiro. Kemudian, panitia pembangunan Monas bernama Tim Yuri yang diketuai oleh Presiden pertama RI Ir Soekarno dibentuk.

Dua kali sayembara digelar melalui tim tersebut. Pertama, sayembara digelar pada 17 Februari 1955, dan sayembara kedua digelar 10 Mei 1960 dengan harapan dapat menghasilkan karya budaya yang setinggi-tingginya dan menggambarkan kalbu serta melambangkan keluhuran budaya Indonesia.

Melalui sayembara itu, bentuk tugu yang dibangun diharapkan benar-benar bisa menunjukan kepribadian bangsa Indonesia bertiga dimensi, tidak rata, tugu yang menjulang tinggi ke langit, dibuat dari beton dan besi serta batu pualam yang tahan gempa, tahan kritikan jaman sedikitnya seribu tahun, serta dapat menghasilkan karya budaya yang menimbulkan semangat kepahlawanan.

Pesan harapan itu dijadikan sebagai kriteria penilaian oleh Tim Yuri, yang kemudian dirinci menjadi lima kriteria, meliputi harus memenuhi ketentuan apa yang dinamakan Nasional, menggambarkan dinamika dan berisi kepribadian Indonesia serta mencerminkan cita-cita bangsa, melambangkan dan menggambarkan api yang berkobar di dalam dada bangsa Indonesia, menggambarkan hal yang sebenarnya bergerak meski tersusun dari benda mati, dan tugu harus dibangun dari benda-benda yang tidak cepat berubah dan tahan berabad-abad.

Akan tetapi, dari dua kali sayembara itu, tidak ada rancangan yang memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan panitia. Ujung-ujungnya, beberapa arsitek ternama ditunjuk oleh ketua Tim Yuri, yaitu Soedarsono dan Ir F Silaban untuk menggambar rencana tugu Monas. Kedua arsitek itu kemudian sepakat membuat gambarnya sendiri-sendiri yang selanjutnya diajukan ke ketua Tim Yuri Presiden Soekarno dan ketua memilih gambar yang dibuat oleh Soedarsono.

Soedarsono dalam rancangannya mengemukakan landasan pemikiran yang mengakomodasi keinginan panitia. Landasan pemikiran tersebut meliputi kriteria Nasional. Beberapa unsur saat Proklamasi Kemerdekaan RI diambil Soedarsono yang mewujudkan revolusi nasional sedapat mungkin menerapkannya pada dimensi arsitekturnya yaitu angka 17, 8, dan 45 sebagai angka keramat Hari Proklamasi

Pembangunan Tugu Monas dilaksanakan secara tiga tahapan. Tahap pertama yaitu periode 1961-1965, pelaksanaan pekerjaannya di bawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biayanya dari sumbangan masyarakat. Kemudian, tahap kedua pada periode 1966-1968, pekerjaannya masih dilakukan di bawah pengawasan panitia Monas. Namun, biaya pembangunan di tahap kedua itu dari anggaran Pemerintah Pusat melalui Sekertariat Negara. Pembangunan di tahap kedua ini sempat mengalami kelesuan, karena keterbatasan biaya.

Lalu, tahap ketiga pada periode 1969-1976, pelaksanaan pekerjaannya berada di bawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional. Biaya pembangunan di tahap ketiga itu dari Pemerintah Pusat atau Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek. Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1961, dan mulai dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5331 seconds (0.1#10.140)