Pengamat: Jaga Kedaulatan, Modernisasi Alutsista di Indonesia Wajib Dilakukan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Modernisasi alat utama sistem senjata (Alutsista) bagi Indonesia hal yang wajib dilakukan. Apalagi saat ini lebih dari 52% alutsista yang dimiliki Indonesia sudah berumur lama dan membutuhkan peremajaan. Modernisasi alutsista sebagai hal yang mendesak dilakukan dengan rencana cepat, efektif, namun terukur sebagai perwujudan terhadap upaya menjaga NKRI.
"Dalam proses melaksanakan pembelian alutsista perlu dilakukan secara teliti, komprehensif dan dilaksanakan dengan tepat," ujar pengamat militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi yang dihubungi di Jakarta, Jumat (20/8/2021).
Namun, sambung Fahmi, mengingat proses pembelian alutsista baru yang memerlukan waktu yang cukup panjang sambil menunggu berjalannya proses tersebut, maka perlu memanfaatkan dan melakukan modenisasi alutsista yang telah ada untuk dapat dipergunakan se-efektif dan se-efisien mungkin sehingga TNI selalu siap untuk menghadapi keadaan dengan alutsista yang ada. "Dalam pemanfaatan alutsista yang sudah ada, TNI AD saat ini masih aktif mengoperasikan tank AMX-13 yang dibeli Pemerintah Indonesia dari Perancis pada awal 1960 guna persiapan kampanye militer Trikora," jelasnya.
Fahmi memaparkan, saat ini sekitar 275 unit AMX 13 versi kanon 75 mm dan 105 mm masih di pergunakan oleh Pusat Kesenjataan Kaveleri yang tersebar di beberapa Kodam di Indonesia. Reputasi tempur tank AMX 13 terbilang sudah teruji di berbagai negara. Di Indonesia, AMX 13 dipergunakan dalam Operasi Seroja Timor Timur yang saat ini menjadi negara Timor Leste. "AMX 13 ini lebih baik dan teruji dari tank Scorpion yang juga dipergunakan oleh TNI AD, maka langkah yang realistis adalah melaksanakan modernisasi tank AMX 13 sehingga dapat dipergunakan sampai dengan 15 tahun ke depan," paparnya.
Modernisasi AMX 13, lanjut Fahmi, juga sejalan dengan kemampuan pemerintah Indonesia yang untuk saat ini belum dapat membeli tank ringan atau tank medium dalam jumlah besar untuk mengganti tank AMX 13. Sebagai perbandingan di beberapa negara juga masih mempergunakan tank AMX 13 yang telah di modernisasi seperti di negara Argentina, Venezuela, Meksiko dan Singapura.
Apabila modernisasi tank AMX 13 ini dapat terealisasi yang meliputi penggantian sistem mesin dan transmisi diesel yang terintegrasi baik, penggantian turret dari FL 11 laras kanon 75 mm menjadi turret FL 12 laras kanon 105 mm disertai dengan computer balistik, peralatan tempur malam, remote control weapon system, alat komunikasi modern dengan battle management system.
Sedangkan pada tank AMX 13 APC pengangkut personel pemasangan remote control weapon system laras kanon ukuran sedang, serta senjata anti tank, maka modernisasi akan menjadikan tank AMX 13 milik TNI AD ini memiliki daya jelajah dan manuver darat yang optimal, mampu melaksanakan perang modern siang atau malam serta dapat mengantisipasi serangan darat dan udara. "Selain itu dengan dukungan sistem informasi logistic serta bila memiliki ketersediaan suku cadang maka akan menjamin penggunaan tank ini sampai dengan 15 tahun ke depan," tandasnya.
Fahmi mengungkapkan, tank AMX-13 ini sesuai rencananya akan diganti dengan Tank Harimau yang diproduksi Pindad yang merupakan hasil bekerjasama dengan Turki. Namun yang menjadi masalah, kapasitas produksi Pindad, akan memakan waktu yang sangat lama untuk dapat mengganti sepenuhnya. "Untuk menjaga kekuatan, saya kira retrofit dan modernisasi juga tetap perlu dilakukan pada tank AMX-13 yang ada, agar lifetime-nya bisa diperpanjang sekitar 10-15 tahun sehingga selama tank pengganti belum tersedia sepenuhnya, kekuatan dan kemampuan tempur kavaleri kita tidak berkurang," tegasnya.
Fahmi mengakui, di tengah pademi Covid-19 yang tidak kunjung berakhir serta terbatasnya anggaran pertahanan Indonesia dibandingkan negara-negara lain, maka modernisasi tank AMX 13 ini menjadi langkah yang effisien dan efektif dalam menjaga performa TNI menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
"Si vis pacem, para bellum. Berharap damai, bersiaga perang adalah ungkapan yang umum digunakan dimana kekuatan militer yang memadai akan menjamin negara- negara lain untuk menghormati negara yang bersangkutan serta tidak berupaya untuk melakukan penyerangan. "Jadi rencana modernisasi dan penguatan TNI adalah suatu keharusan yang berkesinambungan, akan lebih baik bila TNI memiliki kemampuan yang terjaga untuk mengatasi segala ancaman terhadap kedaulatan negara Republik Indonesia," paparnya.
"Dalam proses melaksanakan pembelian alutsista perlu dilakukan secara teliti, komprehensif dan dilaksanakan dengan tepat," ujar pengamat militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi yang dihubungi di Jakarta, Jumat (20/8/2021).
Namun, sambung Fahmi, mengingat proses pembelian alutsista baru yang memerlukan waktu yang cukup panjang sambil menunggu berjalannya proses tersebut, maka perlu memanfaatkan dan melakukan modenisasi alutsista yang telah ada untuk dapat dipergunakan se-efektif dan se-efisien mungkin sehingga TNI selalu siap untuk menghadapi keadaan dengan alutsista yang ada. "Dalam pemanfaatan alutsista yang sudah ada, TNI AD saat ini masih aktif mengoperasikan tank AMX-13 yang dibeli Pemerintah Indonesia dari Perancis pada awal 1960 guna persiapan kampanye militer Trikora," jelasnya.
Fahmi memaparkan, saat ini sekitar 275 unit AMX 13 versi kanon 75 mm dan 105 mm masih di pergunakan oleh Pusat Kesenjataan Kaveleri yang tersebar di beberapa Kodam di Indonesia. Reputasi tempur tank AMX 13 terbilang sudah teruji di berbagai negara. Di Indonesia, AMX 13 dipergunakan dalam Operasi Seroja Timor Timur yang saat ini menjadi negara Timor Leste. "AMX 13 ini lebih baik dan teruji dari tank Scorpion yang juga dipergunakan oleh TNI AD, maka langkah yang realistis adalah melaksanakan modernisasi tank AMX 13 sehingga dapat dipergunakan sampai dengan 15 tahun ke depan," paparnya.
Modernisasi AMX 13, lanjut Fahmi, juga sejalan dengan kemampuan pemerintah Indonesia yang untuk saat ini belum dapat membeli tank ringan atau tank medium dalam jumlah besar untuk mengganti tank AMX 13. Sebagai perbandingan di beberapa negara juga masih mempergunakan tank AMX 13 yang telah di modernisasi seperti di negara Argentina, Venezuela, Meksiko dan Singapura.
Apabila modernisasi tank AMX 13 ini dapat terealisasi yang meliputi penggantian sistem mesin dan transmisi diesel yang terintegrasi baik, penggantian turret dari FL 11 laras kanon 75 mm menjadi turret FL 12 laras kanon 105 mm disertai dengan computer balistik, peralatan tempur malam, remote control weapon system, alat komunikasi modern dengan battle management system.
Sedangkan pada tank AMX 13 APC pengangkut personel pemasangan remote control weapon system laras kanon ukuran sedang, serta senjata anti tank, maka modernisasi akan menjadikan tank AMX 13 milik TNI AD ini memiliki daya jelajah dan manuver darat yang optimal, mampu melaksanakan perang modern siang atau malam serta dapat mengantisipasi serangan darat dan udara. "Selain itu dengan dukungan sistem informasi logistic serta bila memiliki ketersediaan suku cadang maka akan menjamin penggunaan tank ini sampai dengan 15 tahun ke depan," tandasnya.
Fahmi mengungkapkan, tank AMX-13 ini sesuai rencananya akan diganti dengan Tank Harimau yang diproduksi Pindad yang merupakan hasil bekerjasama dengan Turki. Namun yang menjadi masalah, kapasitas produksi Pindad, akan memakan waktu yang sangat lama untuk dapat mengganti sepenuhnya. "Untuk menjaga kekuatan, saya kira retrofit dan modernisasi juga tetap perlu dilakukan pada tank AMX-13 yang ada, agar lifetime-nya bisa diperpanjang sekitar 10-15 tahun sehingga selama tank pengganti belum tersedia sepenuhnya, kekuatan dan kemampuan tempur kavaleri kita tidak berkurang," tegasnya.
Fahmi mengakui, di tengah pademi Covid-19 yang tidak kunjung berakhir serta terbatasnya anggaran pertahanan Indonesia dibandingkan negara-negara lain, maka modernisasi tank AMX 13 ini menjadi langkah yang effisien dan efektif dalam menjaga performa TNI menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
"Si vis pacem, para bellum. Berharap damai, bersiaga perang adalah ungkapan yang umum digunakan dimana kekuatan militer yang memadai akan menjamin negara- negara lain untuk menghormati negara yang bersangkutan serta tidak berupaya untuk melakukan penyerangan. "Jadi rencana modernisasi dan penguatan TNI adalah suatu keharusan yang berkesinambungan, akan lebih baik bila TNI memiliki kemampuan yang terjaga untuk mengatasi segala ancaman terhadap kedaulatan negara Republik Indonesia," paparnya.
(cip)