TB Simatupang, Tentara Intelektual yang Diolok-olok sebagai Diplomat Kesasar
loading...
A
A
A
Selain aktif di bidang keagamaan, Simatupang juga aktif dalam Bidang Pendidikan, ketika Dr AM Kadarman SJ melontarkan gagasan mendirikan sebuah sekolah manajemen bagi generasi muda Indonesia, Simatupang mendukung ide tersebut dan kemudia ide itu diwujudkan dengan didirikannya Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (YPPM) pada 3 Juli 1967. Yayasan ini didirikan bersama dengan tokoh-tokoh lain, misalnya untuk dewan pendiri ada Profesor Bahder Djohan mewakili golongan Islam, Dr AM Tambunan mewakili golong Kristen dan IJ Kasimo mewakili golongan Katolik. Simatupang sendiri kemudian menjabat sebagai Ketua Yayasan yang membawahi Institut Pendidikan dan Pembinaaan Manajemen (IPPM).
Selain aktif di bidang pendidikan dan agama, Simatupang juga aktif di media massa. Simatupang menjadi Dewan Redaksi Koran Sinar Harapan yang diterbitkan PT Sinar Kasih. Simatupang masuk Dewan Redaksi sejak didirikannya hingga pembredelan Sinar Harapan pada Oktober 1986. Tajuk rencana yang ditulisnya sering mendapat penghargaan Adinegoro.
Dalam kehidupannya, Simatupang merasa ada tiga Karl yang mempengaruhi kehidupannya dan juga pemikirannya, yaitu; Carl von Clausewitz, seorang ahli strategi perang, Karl Marx dan Karl Barth, teolog Protestan terkemuka abad ke-20. Seluruh kehidupan Simatupang mencerminkan peranan ketiga pemikir besar itu.
Simatupang kemudian memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Tulsa, Amerika Serikat untuk pemikiran-pemikiran ilimiahnya pada tahun 1969. Karya-karya lain dari Simatupang yang diterbitkan antara lain Soal-soal Politik Militer di Indonesia (1956), Pengantar Ilmu Perang di Indonesia (1969), Laporan dari Banaran (1980), Peranan Angkatan Perang dalam Negara Pancasila yang Membangun (1980), Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai (1981), Iman Kristen dan Pancasila (1984), Keprihatinan dan Tekad; Angkatan ’45 Merampungkan Tugas Sejarahnya (1985) dan Dari Revolusi ke Pembangunan (1987). Untuk mengenang jasanya, sekelompok cendikiawan menerbitkan sebuah buku memoir dengan judul Saya Orang yang Berhutang (1990).
Simatupang meninggal dunia pada tahun 1990 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada tanggal 8 November 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada TB Simatupang.
Selain aktif di bidang pendidikan dan agama, Simatupang juga aktif di media massa. Simatupang menjadi Dewan Redaksi Koran Sinar Harapan yang diterbitkan PT Sinar Kasih. Simatupang masuk Dewan Redaksi sejak didirikannya hingga pembredelan Sinar Harapan pada Oktober 1986. Tajuk rencana yang ditulisnya sering mendapat penghargaan Adinegoro.
Dalam kehidupannya, Simatupang merasa ada tiga Karl yang mempengaruhi kehidupannya dan juga pemikirannya, yaitu; Carl von Clausewitz, seorang ahli strategi perang, Karl Marx dan Karl Barth, teolog Protestan terkemuka abad ke-20. Seluruh kehidupan Simatupang mencerminkan peranan ketiga pemikir besar itu.
Simatupang kemudian memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Tulsa, Amerika Serikat untuk pemikiran-pemikiran ilimiahnya pada tahun 1969. Karya-karya lain dari Simatupang yang diterbitkan antara lain Soal-soal Politik Militer di Indonesia (1956), Pengantar Ilmu Perang di Indonesia (1969), Laporan dari Banaran (1980), Peranan Angkatan Perang dalam Negara Pancasila yang Membangun (1980), Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai (1981), Iman Kristen dan Pancasila (1984), Keprihatinan dan Tekad; Angkatan ’45 Merampungkan Tugas Sejarahnya (1985) dan Dari Revolusi ke Pembangunan (1987). Untuk mengenang jasanya, sekelompok cendikiawan menerbitkan sebuah buku memoir dengan judul Saya Orang yang Berhutang (1990).
Simatupang meninggal dunia pada tahun 1990 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada tanggal 8 November 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada TB Simatupang.
(kri)