Tangani Covid-19, Pemerintah Bisa Belajar dari Fujian
loading...
A
A
A
JAKARTA - DPP Partai NasDem Bidang Hubungan Internasional menyelenggarakan diskusi bersama Pemerintah China, Kamis (28/5). Diskusi yang dihelat secara virtual ini mengangkat tema 'Tukar Pengalaman Melawan Pandemi Covid-19 Antara Indonesia dan China'.
Dalam diskusi tersebut, Pemerintah China menjelaskan, bahwa arahan Presiden Xi Jinping menempatkan penanganan Covid-19 pada dua prioritas. Pertama, kesehatan dan pemulihan ekonomi dengan prinsip pencegahan ilmiah. (Baca juga: MUI Tegaskan Kewajiban Salat Jumat di Kawasan Terkendali Corona )
Kedua, implementasi kebijakan yang tepat, mendorong normalisasi kegiatan ekonomi dengan tertib, baik perusahaan perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri, dan PMA. Hasilnya sebagai bukti, pada April lalu, Provinsi Fujian tercatat mencapai tingkat pemulihan 100% di bidang perdagangan luar negeri, dan 100% untuk perusahaan PMA.
Konsulat Departemen Perdagangan Pemerintah Provinsi Fujian, Wu Fei, dalam diskusi bersama Partai NasDem menceritakan bahwa hypermarket dan supermarket, toko dan pasar grosir pertanian telah kembali normal 100%. Adapun tingkat pembukaan pasar mencapai 99% normal. (Baca juga: Jangan Jadikan Anak Kami Percobaan )
Ia menceritakan dalam penanganan Covid-19, koordinasi melalui kepemimpinan pemerintah provinsi. Di Fujian, ada 24 unit anggota dan 9 kota serta 1 kabupaten membentuk mekanisme kepemimpinan terkoordinasi dengan kerja sama horizontal yang erat dan hubungan antara provinsi dan kota.
“Ada lima gugus kerja di bawah tim tersebut, yaitu perdagangan luar negeri, investasi asing, perdagangan, layanan, dan pelabuhan. Masing-masing melakukan pekerjaan sesuai tugas pokok dan fungsinya," jelas Wu Fei.
Gugus tugas tersebut melakukan rapat berkala setiap minggu untuk melakukan review permasalahan yang dihadapi setiap pekannya. Hasil dari rapat tersebut dibuatkan laporan dengan sistem informasi yang cepat. Apabila ada kesulitan yang dihadapi di luar lingkup provinsi, maka diserahkan ke tingkat Pusat.
"Hal yang tak kalah penting, kami meningkatkan kolaborasi antara departemen. Kami memperkuat kerja sama strategis dengan kantor perpajakan, bea cukai dan departemen-departemen yang lain untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk baru pengawasan perdagangan luar negeri dan inovasi layanan," tegasnya.
Ketua Bidang Hubungan Internasional DPP Partai NasDem, Martin Manurung menyampaikan bahwa kiat-kiat pemulihan yang dilakukan Fujian merupakan praktik terbaik yang dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia. Bahkan, tidak menutup kemungkinan dalam konteks New Normal ke depan perlu dilakukan kerja sama yang baik antara Fujian dengan provinsi di Indonesia.
Hal ini penting untuk membangun kepercayaan masing-masing negara dalam hubungan internasional pasca pandemi Covid-19. Di samping itu, upaya kerja sama mengingatkan konteks historis antara dua daratan besar di Asia.
"Berbagai peristiwa zaman mulai dari masa-masa kejayaan hingga masa-masa sulit seperti sekarang ini telah dilalui oleh kedua bangsa. Para leluhur bangsa Indonesia dan bangsa China juga telah terbiasa menghadapi segala tantangan zaman secara
bersama-sama," kata Wakil Ketua Komisi VI DPR RI ini.
Kuatnya hubungan ekonomi kedua negara ini, terlihat dari besarnya investasi China di Indonesia yang menempati peringkat dua teratas.
Menurut Wakil Ketua DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan, Rachmat Gobel, posisi investasi China pada 2019 sebesar Rp70,5 triliun. Ini menempatkan China di posisi kedua setelah Singapura dengan investasi Rp97,5 triliun, dan di atas Jepang yang mencapai Rp64,5 triliun.
"Oleh sebab itu, kemitraan yang terjalin begitu mesra sejak beberapa tahun terakhir ini harus semakin ditingkatkan. Apalagi dalam situasi saat ini, khususnya pada masa pandemi Covid-19, Indonesia sangat membutuhkan masuknya investasi asing, baik dari mitra barunya, maupun negara mitra lama seperti China," terangnya.
Anggota Komisi XI DPR RI Fauzi H Amro menyebut penguatan kerja sama yang dapat dilakukan Tiongkok memiliki dampak strategis bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Dalam catatannya, APBN Indonesia saat ini bisa mengalami defisit Rp1.028,5 triliun atau 6,72% terhadap PDB.
Seminar ini diikuti 100 orang peserta dari kedua negara. Seminar virtual ini diselenggarakan selama 2 jam. Melalui kegiatan tersebut Partai NasDem akan membuat laporan hasil diskusi sebagai bagian dari rekomendasi partai untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi pascapelonggaran PSBB di berbagai daerah.
Dalam diskusi tersebut, Pemerintah China menjelaskan, bahwa arahan Presiden Xi Jinping menempatkan penanganan Covid-19 pada dua prioritas. Pertama, kesehatan dan pemulihan ekonomi dengan prinsip pencegahan ilmiah. (Baca juga: MUI Tegaskan Kewajiban Salat Jumat di Kawasan Terkendali Corona )
Kedua, implementasi kebijakan yang tepat, mendorong normalisasi kegiatan ekonomi dengan tertib, baik perusahaan perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri, dan PMA. Hasilnya sebagai bukti, pada April lalu, Provinsi Fujian tercatat mencapai tingkat pemulihan 100% di bidang perdagangan luar negeri, dan 100% untuk perusahaan PMA.
Konsulat Departemen Perdagangan Pemerintah Provinsi Fujian, Wu Fei, dalam diskusi bersama Partai NasDem menceritakan bahwa hypermarket dan supermarket, toko dan pasar grosir pertanian telah kembali normal 100%. Adapun tingkat pembukaan pasar mencapai 99% normal. (Baca juga: Jangan Jadikan Anak Kami Percobaan )
Ia menceritakan dalam penanganan Covid-19, koordinasi melalui kepemimpinan pemerintah provinsi. Di Fujian, ada 24 unit anggota dan 9 kota serta 1 kabupaten membentuk mekanisme kepemimpinan terkoordinasi dengan kerja sama horizontal yang erat dan hubungan antara provinsi dan kota.
“Ada lima gugus kerja di bawah tim tersebut, yaitu perdagangan luar negeri, investasi asing, perdagangan, layanan, dan pelabuhan. Masing-masing melakukan pekerjaan sesuai tugas pokok dan fungsinya," jelas Wu Fei.
Gugus tugas tersebut melakukan rapat berkala setiap minggu untuk melakukan review permasalahan yang dihadapi setiap pekannya. Hasil dari rapat tersebut dibuatkan laporan dengan sistem informasi yang cepat. Apabila ada kesulitan yang dihadapi di luar lingkup provinsi, maka diserahkan ke tingkat Pusat.
"Hal yang tak kalah penting, kami meningkatkan kolaborasi antara departemen. Kami memperkuat kerja sama strategis dengan kantor perpajakan, bea cukai dan departemen-departemen yang lain untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk baru pengawasan perdagangan luar negeri dan inovasi layanan," tegasnya.
Ketua Bidang Hubungan Internasional DPP Partai NasDem, Martin Manurung menyampaikan bahwa kiat-kiat pemulihan yang dilakukan Fujian merupakan praktik terbaik yang dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia. Bahkan, tidak menutup kemungkinan dalam konteks New Normal ke depan perlu dilakukan kerja sama yang baik antara Fujian dengan provinsi di Indonesia.
Hal ini penting untuk membangun kepercayaan masing-masing negara dalam hubungan internasional pasca pandemi Covid-19. Di samping itu, upaya kerja sama mengingatkan konteks historis antara dua daratan besar di Asia.
"Berbagai peristiwa zaman mulai dari masa-masa kejayaan hingga masa-masa sulit seperti sekarang ini telah dilalui oleh kedua bangsa. Para leluhur bangsa Indonesia dan bangsa China juga telah terbiasa menghadapi segala tantangan zaman secara
bersama-sama," kata Wakil Ketua Komisi VI DPR RI ini.
Kuatnya hubungan ekonomi kedua negara ini, terlihat dari besarnya investasi China di Indonesia yang menempati peringkat dua teratas.
Menurut Wakil Ketua DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan, Rachmat Gobel, posisi investasi China pada 2019 sebesar Rp70,5 triliun. Ini menempatkan China di posisi kedua setelah Singapura dengan investasi Rp97,5 triliun, dan di atas Jepang yang mencapai Rp64,5 triliun.
"Oleh sebab itu, kemitraan yang terjalin begitu mesra sejak beberapa tahun terakhir ini harus semakin ditingkatkan. Apalagi dalam situasi saat ini, khususnya pada masa pandemi Covid-19, Indonesia sangat membutuhkan masuknya investasi asing, baik dari mitra barunya, maupun negara mitra lama seperti China," terangnya.
Anggota Komisi XI DPR RI Fauzi H Amro menyebut penguatan kerja sama yang dapat dilakukan Tiongkok memiliki dampak strategis bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Dalam catatannya, APBN Indonesia saat ini bisa mengalami defisit Rp1.028,5 triliun atau 6,72% terhadap PDB.
Seminar ini diikuti 100 orang peserta dari kedua negara. Seminar virtual ini diselenggarakan selama 2 jam. Melalui kegiatan tersebut Partai NasDem akan membuat laporan hasil diskusi sebagai bagian dari rekomendasi partai untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi pascapelonggaran PSBB di berbagai daerah.
(poe)