Soal Popularitas Capres, Gerindra: Perlu Diseimbangkan Sosok Figur dan Kemampuan

Selasa, 03 Agustus 2021 - 19:57 WIB
loading...
Soal Popularitas Capres, Gerindra: Perlu Diseimbangkan Sosok Figur dan Kemampuan
Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Gerindra Rahayu Djojohadikusumo menilai perlunya keseimbangan sosok figur dan kemampuan calon presiden (Capres). Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Gerindra Rahayu Djojohadikusumo menanggapi popularitas sejumlah tokoh yang digadang-adang sebagai calon presiden (Capres) dalam survei Indostrategic yang bertajuk “Mengukur Elektabilitas Capres Potensial, Partai Politik dan Aspirasi Sistem Perubahan Pemilu” yang digelar daring pada Selasa (3/8/2021) siang tadi.

Rahayu mengaku, pernah diwawancarai lembaga internasional dari Inggris, mereka menanyakan di Indonesia yang berlaku policies (kebijakan) atau figure. Dia tentu saja mudah menjawabnya, yakni figur. Tapi, akan menarik jika diseimbangkan antara ranah figur dan kemampuan.

“Istilahnya are we going to popularity, apakah ini akan jadi popularity contest atau ini bisa di-balance dengan kebijakan partai yang bukan hanya melihat dari sisi figurnya saja tapi kemampuan dari sisi kemampuan untuk memimpinnya yang tadi dilihat berwibawa, tegas dan seterusnya,” kata Rahayu dalam rilis survei.

Kemudian, sambung Rahayu, dari satu sisi tidak mungkin orang bisa suka atau tidak suka kalau seseorang tersebut tidak popular. Tapi, kalau bicara soal tingkat kesukaan, kalau tidak dikenal atau tidak disukai istilahnya unfamous. “Bicara tentang likeability, bukan popular namanya unfamous, nggak dikenal dan nggak disukai. Jadi, saya rasa ini menjadi catatan ke depan, khususnya partai yang ada di parlemen melihat,” ujarnya.

Selain itu, mantan Anggota DPR ini juga melihat elektabilitas berdasarkan partai, dia melihat bahwa angkanya sangat berubah-ubah perolehannya. Bahkan, Nasdem juga tiba-tiba 3,1% ini. Kalau ada perwakilan Partai Nasdem di sini mungkin kaget. “Nasdemnya kebetulan nggak hadir kalau hadir bisa jantungan. Apalagi kalau dengan sistem pemilu yang berlaku dengan parliamentary threshold yang belum berubah,” terang Rahayu.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1757 seconds (0.1#10.140)