Ketua DPD RI Minta Masyarakat Tak Takut Disuntik Vaksin

Kamis, 22 Juli 2021 - 16:11 WIB
loading...
Ketua DPD RI Minta Masyarakat Tak Takut Disuntik Vaksin
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta masyarakat tidak khawatir mengikuti vaksinasi. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta masyarakat tidak khawatir mengikuti vaksinasi . Sebab, adanya kasus warga yang meninggal usai vaksin, diketahui memiliki komorbid, atau penyakit bawaan.

LaNyalla menyatakan hal tersebut untuk menanggapi pernyataan pemerintah yang mengatakan 54 orang meninggal dunia usai menerima vaksin Covid-19. Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, masyarakat harus melihat dengan kaca mata lebih luas mengenai penggunaan vaksin ini.

"Sampai saat ini tidak ada bukti yang menyatakan penyebab mereka yang meninggal karena vaksin yang diterimanya. Dari penyelidikan, kebanyakan warga yang meninggal disebabkan karena komorbid atau penyakit bawaannya, jadi masyarakat tak perlu takut," ujar LaNyalla di sela-sela reses di Jawa Timur, Kamis (22/7/2021).

Baca juga: Epidemiolog Tegaskan Vaksinasi, Testing, dan Tracing Jadi Kunci Penanganan COVID-19

Berdasarkan data pemerintah, persentase warga yang meninggal usai divaksin sangat kecil. Jumlah 54 orang yang meninggal itu diambil dari 5,1 juta sampel penerima vaksin. Untuk itu, LaNyalla berharap masyarakat tidak buru-buru mengambil kesimpulan bahwa kematian warga itu karena vaksinasi Covid.

"Sama sekali bukan mengecilkan arti nyawa seseorang, karena itu prioritas. Tetapi di tengah pandemi kita harus bisa memahami manfaat vaksinasi yang jauh lebih besar. Meskipun bukan berarti setelah vaksin akan kebal Corona," katanya.

Vaksin akan melindungi tubuh, agar gejala yang ditimbulkan menjadi jauh lebih ringan ketika terpapar Covid-19 dan masa penyembuhannya pun menjadi lebih cepat.

Meski begitu, LaNyalla meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang kasus kematian warga tersebut.

Baca juga: Ribuan Pelajar SMP dan SMA Jakarta Ikuti Vaksinasi Covid-19 di Jakbar

Menurut LaNyalla, perlu penjelasan yang komprehensif agar kekhawatiran masyarakat berkurang. Juga prosedur vaksin yang harus ditekankan dengan mengecek riwayat penyakit bawaan calon penerima vaksin.

"Fenomena yang muncul sekarang ini banyak masyarakat takut atau tidak percaya dengan vaksin. Apalagi ditambah dengan banyaknya informasi hoaks yang beredar di media sosial. Oleh karenanya diperlukan penjelasan yang meyakinkan dan sosialisasi masif bahwa vaksin ini aman," tutur mantan Ketua Umum PSSI itu.

LaNyalla juga menyoroti isu soal efektivitas vaksin Sinovac Biotech yang dipertanyakan setelah banyak tenaga kesehatan (nakes) terinfeksi Corona usai divaksin sepenuhnya.

Ia menegaskan, masyarakat lebih baik tidak membuat asumsi pribadi dan menyebut vaksin Sinovac tidak efektif karena perlu ada uji klinis untuk membuktikannya.

"WHO juga tidak pernah membuat pernyataan bahwa vaksin yang saat ini beredar tidak efektif. Dan walaupun memang beberapa negara tidak menggunakan Sinovac, tapi Chili telah melakukan studi efektivitas vaksin ini," sebut LaNyalla.

Studi yang dilakukan Chili menunjukkan, vaksin Sinovac buatan China efektif 87,5% dalam mencegah rawat inap dan efektif 90,3% dalam mencegah perawatan di Unit Perawatan Intensif (ICU). Selain itu, Sinovac juga disebut efektif 86,3% mencegah kematian akibat Corona.

"Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah memberikan izin penggunaan vaksin Sinovac. Percayalah pemerintah pasti bertujuan baik. Tidak mungkin pemerintah membahayakan rakyatnya sendiri," kata LaNyalla.

Seperti diketahui, ada lima jenis vaksin Covid yang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari BPOM. Lima vaksin itu adalah Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2014 seconds (0.1#10.140)