Serukan Pemulihan Kesehatan, Jokowi Soroti Ketimpangan Vaksin di APEC
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Informal Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang digelar secara virtual tadi malam. Dalam pidatonya Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa pemulihan ekonomi mustahil dilakukan bila pandemi belum berakhir.
Baca juga: Jokowi Batalkan Vaksinasi Berbayar, Begini Tanggapan Bio Farma
Maka dari itu pada pertemuan tersebut Presiden Jokowi menekankan pemulihan kesehatan harus didahulukan sehingga perang melawan Covid-19 bisa segera dimenangkan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan bahwa pada pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga menyoroti kesenjangan vaksinasi di dunia masih cukup lebar.
Baca juga: Penampakan Simental Seberat 1 Ton, Sapi Kurban yang Dibeli Presiden Jokowi
Dimana Presiden Jokowi secara khusus menyampaikan kesenjangan vaksinasi yang terjadi di kawasan ASEAN baru mencapai 17,63 % dari populasi. Lalu di kawasan Afrika baru 4,3% dari populasi. Sementara di kawasan Amerika Utara dan Eropa masing-masing sebesar 77,73% dan 76,81% dari total populasi.
"Dalam kaitan ini, Presiden mengharapkan APEC dapat berkontribusi untuk menutup ketimpangan vaksinasi global, termasuk melalui berbagi dosis lewat Covax Facility," kata Retno dikutip dari pers rilis Biro Pers Setpres, Minggu (17/7/2021).
Retno mengatakan pada kesempatan itu Jokowi juga menyampaikan bahwa pertimbangan epidemiologis harus selalu menjadi dasar utama dan bukan pertimbangan pengaruh politik, termasuk dalam isu vaksin. Presiden juga menyampaikan di dalam pidatonya bahwa APEC harus mendorong peningkatan produksi vaksin global.
"Terdapat beberapa strategi yang harus dilakukan, yaitu diversifikasi produksi vaksin ke negara berkembang, eliminasi hambatan perdagangan terkait bahan baku vaksin, kemudian dukungan terhadap TRIPS waiver untuk mengatasi pandemi, dan alih teknologi vaksin terkini," ujar Retno.
Dalam konteks nasional, Presiden Jokowi menjelaskan mengenai kebijakan utama yang diambil oleh pemerintah Indonesia saat ini. Diantaranya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh Jawa dan Bali, serta kota-kota yang mengalami lonjakan kasus. Selain itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan upaya penguatan layanan kesehatan, termasuk membangun rumah sakit darurat, upaya mencukupi kebutuhan oksigen dan obat-obatan, serta percepatan vaksinasi nasional.
"Di dalam konteks vaksin, Presiden menyampaikan bahwa saat ini sudah lebih 55 juta dosis vaksin telah disuntikkan di Indonesia dan akan terus diakselerasi vaksinasi di Indonesia. Sejauh ini, Indonesia telah menerima 142.973.880 dosis vaksin baik dalam bentuk curah maupun dalam bentuk vaksin jadi," tutur Retno.
Menurutnya pada kesempatan itu Presiden Jokowi juga menekankan bahwa tantangan dunia ke depan masih berat dan harus diatasi bersama.
"Hanya dengan solidaritas dan kerja sama dunia akan mampu keluar dari pandemi dan mampu bangkit bersama," pungkasnya.
Baca juga: Jokowi Batalkan Vaksinasi Berbayar, Begini Tanggapan Bio Farma
Maka dari itu pada pertemuan tersebut Presiden Jokowi menekankan pemulihan kesehatan harus didahulukan sehingga perang melawan Covid-19 bisa segera dimenangkan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan bahwa pada pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga menyoroti kesenjangan vaksinasi di dunia masih cukup lebar.
Baca juga: Penampakan Simental Seberat 1 Ton, Sapi Kurban yang Dibeli Presiden Jokowi
Dimana Presiden Jokowi secara khusus menyampaikan kesenjangan vaksinasi yang terjadi di kawasan ASEAN baru mencapai 17,63 % dari populasi. Lalu di kawasan Afrika baru 4,3% dari populasi. Sementara di kawasan Amerika Utara dan Eropa masing-masing sebesar 77,73% dan 76,81% dari total populasi.
"Dalam kaitan ini, Presiden mengharapkan APEC dapat berkontribusi untuk menutup ketimpangan vaksinasi global, termasuk melalui berbagi dosis lewat Covax Facility," kata Retno dikutip dari pers rilis Biro Pers Setpres, Minggu (17/7/2021).
Retno mengatakan pada kesempatan itu Jokowi juga menyampaikan bahwa pertimbangan epidemiologis harus selalu menjadi dasar utama dan bukan pertimbangan pengaruh politik, termasuk dalam isu vaksin. Presiden juga menyampaikan di dalam pidatonya bahwa APEC harus mendorong peningkatan produksi vaksin global.
"Terdapat beberapa strategi yang harus dilakukan, yaitu diversifikasi produksi vaksin ke negara berkembang, eliminasi hambatan perdagangan terkait bahan baku vaksin, kemudian dukungan terhadap TRIPS waiver untuk mengatasi pandemi, dan alih teknologi vaksin terkini," ujar Retno.
Dalam konteks nasional, Presiden Jokowi menjelaskan mengenai kebijakan utama yang diambil oleh pemerintah Indonesia saat ini. Diantaranya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh Jawa dan Bali, serta kota-kota yang mengalami lonjakan kasus. Selain itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan upaya penguatan layanan kesehatan, termasuk membangun rumah sakit darurat, upaya mencukupi kebutuhan oksigen dan obat-obatan, serta percepatan vaksinasi nasional.
"Di dalam konteks vaksin, Presiden menyampaikan bahwa saat ini sudah lebih 55 juta dosis vaksin telah disuntikkan di Indonesia dan akan terus diakselerasi vaksinasi di Indonesia. Sejauh ini, Indonesia telah menerima 142.973.880 dosis vaksin baik dalam bentuk curah maupun dalam bentuk vaksin jadi," tutur Retno.
Menurutnya pada kesempatan itu Presiden Jokowi juga menekankan bahwa tantangan dunia ke depan masih berat dan harus diatasi bersama.
"Hanya dengan solidaritas dan kerja sama dunia akan mampu keluar dari pandemi dan mampu bangkit bersama," pungkasnya.
(maf)