Arahan KSP Moeldoko Terkait Pembinaan Petani Diapresiasi Aktivis Pemuda
loading...
A
A
A
Dalam pembinaan tersebut Varhan menekankan fokus untuk melakukan dua hal. Pertama melakukan inovasi pada teknologi produksi garam. Sebagaimana telah menjadi rahasia umum, produksi garam rakyat Indonesia umumnya masih dilakukan dengan cara-cara tradisional, yakni dengan penyinaran melalui sinar matahari (solar evaporation).
Dengan singkatnya masa musim kemarau yang kadang hanya sekitar 3-4 bulan, cara tersebut tentu kurang efektif. Misalnya dibanding Australia, atau bahkan India yang mengalami masa kemarau jauh lebih panjang. Sudah begitu, para eksportir garam itu pun sudah lama tak lagi tergantung pada matahari karena sudah menggunakan teknologi yang menggantikan hal itu.
"Saya bersyukur, Pak Moeldoko sudah menekankan pentingnya pembangunan washing plant (fasilitas pencucian garam) untuk industri-industri pengimpor garam," ucap Varhan.
Washing plant adalah serangkaian mesin yang digunakan untuk mencuci dan memurnikan garam. Teknologi itu diperlukan untuk meningkatkan kualitas garam rakyat guna memenuhi kebutuhan industry yang terus meningkat.
Bila dorongan untuk melakukan perubahan cara produksi dengan lebih baik, melalui peningkatan teknologi, Varhan berharap produktivitas per hectare tambak garam akan jauh di atas 90 ton sebagaimana saat ini.
"Mungkin berat untuk mencapai produktivitas 350 ton per hectare seperti Australia, tapi masak produktivitas kita bahkan masih jauh dari setengahnya," jelas Varhan.
Sisi kedua kata Varhan, adalah meningkatkan produksi via pengerahan tenaga kerja ke sector tersebut. Varhan menunjuk data bahwa selama ini terus terjadi penyusutan lahan tambak garam. Selama 2005-2019, data menunjukkan bahwa lahan tambak garam yang awalnya mencapai 33.625 ha, kini tinggal 27.048 ha. Dalam kurun waktu 14 tahun lahan garam telah menyusut 6.577 ha atau sekitar 20 persen!
"Jadi ada program khusus untuk memakai tenaga kerja menganggur karena pandemi dan turunnya ekonomi, ke sector ini," kata dia. Dengan bertambahnya angkatan kerja di sector tersebut, ia berharap akan ada kenaikan lahan tambak garam secara alamiah.
Menurut Varhan, tenaga kerja di sector ini masih jarang, yakni hanya sekitar 20 ribu orang. Pengerahan tenaga kerja ke sector yang masih sangat menjanjikan itu akan mengurangi persoalan pengangguran secara signifikan.
Yang paling penting, menurut Varhan, saat ini pemerintah telah menunjukkan kepedulian yang tinggi untuk mengatasi persoalan impor garam yang menahun tersebut.
Dengan singkatnya masa musim kemarau yang kadang hanya sekitar 3-4 bulan, cara tersebut tentu kurang efektif. Misalnya dibanding Australia, atau bahkan India yang mengalami masa kemarau jauh lebih panjang. Sudah begitu, para eksportir garam itu pun sudah lama tak lagi tergantung pada matahari karena sudah menggunakan teknologi yang menggantikan hal itu.
"Saya bersyukur, Pak Moeldoko sudah menekankan pentingnya pembangunan washing plant (fasilitas pencucian garam) untuk industri-industri pengimpor garam," ucap Varhan.
Washing plant adalah serangkaian mesin yang digunakan untuk mencuci dan memurnikan garam. Teknologi itu diperlukan untuk meningkatkan kualitas garam rakyat guna memenuhi kebutuhan industry yang terus meningkat.
Bila dorongan untuk melakukan perubahan cara produksi dengan lebih baik, melalui peningkatan teknologi, Varhan berharap produktivitas per hectare tambak garam akan jauh di atas 90 ton sebagaimana saat ini.
"Mungkin berat untuk mencapai produktivitas 350 ton per hectare seperti Australia, tapi masak produktivitas kita bahkan masih jauh dari setengahnya," jelas Varhan.
Sisi kedua kata Varhan, adalah meningkatkan produksi via pengerahan tenaga kerja ke sector tersebut. Varhan menunjuk data bahwa selama ini terus terjadi penyusutan lahan tambak garam. Selama 2005-2019, data menunjukkan bahwa lahan tambak garam yang awalnya mencapai 33.625 ha, kini tinggal 27.048 ha. Dalam kurun waktu 14 tahun lahan garam telah menyusut 6.577 ha atau sekitar 20 persen!
"Jadi ada program khusus untuk memakai tenaga kerja menganggur karena pandemi dan turunnya ekonomi, ke sector ini," kata dia. Dengan bertambahnya angkatan kerja di sector tersebut, ia berharap akan ada kenaikan lahan tambak garam secara alamiah.
Menurut Varhan, tenaga kerja di sector ini masih jarang, yakni hanya sekitar 20 ribu orang. Pengerahan tenaga kerja ke sector yang masih sangat menjanjikan itu akan mengurangi persoalan pengangguran secara signifikan.
Yang paling penting, menurut Varhan, saat ini pemerintah telah menunjukkan kepedulian yang tinggi untuk mengatasi persoalan impor garam yang menahun tersebut.