Ancaman Covid-19 terhadap Anak Harus Diatasi dengan Ketahanan Keluarga
loading...
A
A
A
JAKARTA - PPKM darurat harus menjadi agenda prioritas bersama, karena paparan Covid-19 tidak hanya menyasar orang dewasa, tetapi juga terhadap anak-anak yang merupakan masa depan bangsa.
"Anak-anak menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap paparan Covid-19 dengan risiko yang sama tingginya dengan orang dewasa. Kondisi ini harus menjadi perhatian setiap keluarga dan kita bersama," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Upaya Menyelamatkan Anak Indonesia Dalam Pandemi (Tata Kelola Kesehatan Anak Hingga Persiapan Vaksinasinya), yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12 di Jakarta, Rabu (7/7/2021).
Dalam diskusi yang dimoderatori Anggiasari Puji Aryatie (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Koordinator Bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah) itu, hadir Siti Nadia Tarmizi (Juru Bicara Kemenkes RI), Prof Bambang Supriyanto (Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID-19), Retno Listyarti (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih (Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development UNAIR/Ketua PUSAT Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati UNAIR) sebagai narasumber.
Baca juga: Minimalisir Paparan Covid-19, Kemenkes Imbau Anak di Bawah 10 Tahun Tak Tarawih di Masjid
Selain itu juga menghadirkan Prof Tjandra Yoga Aditama (Guru Besar Fakultas Kedokteran UI),Dieny Tjokrosuprihatono (Dewan Pakar DPP Partai NasDem), dan Ahmad Arif (jurnalis Kompas) sebagai penanggap.
Menurut Lestari, selama lebih dari satu setengah tahun ini diakui anak-anak kehilangan kehidupan yang diwarnai keceriaan bermain bersama teman-temannya, karena harus tetap tinggal di rumah bersama keluarga. Namun, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, dengan semakin ganasnya varian Covid-19 saat ini upaya untuk membuka interaksi sosial anak di luar rumah harus dipertimbangkan lagi secara matang.
Saat ini, ujar Rerie, sejumlah negara sudah ada yang memilih untuk melonggarkan protokol kesehatan di area publik. Di negara lainnya, ada yang tetap mewajibkan protokol kesehatan ketat untuk menghindari ledakan kasus, akibat varian baru Covid-19.
Menurut anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, sejumlah pilihan-pilihan kebijakan dari berbagai negara itu harus menjadi pembelajaran bagi kita dalam menghadapi gelombang baru sebaran Covid-19 di tanah air. Apalagi, tegasnya, paparan Covid-19 saat ini juga menjangkau anak-anak. Saat ini, ujar Rerie, kita masih berada di tengah ujian dalam menghadapi ledakan kasus positif Covid-19 di sejumlah daerah.
Baca juga: Efektif Cegah Paparan COVID-19, Budaya Wajib Masker Harus Terus Dikampanyekan
"Mari kita memperkuat disiplin kita dan keluarga dalam menerapkan protokol kesehatan, agar anak-anak kita terlindungi dari paparan Covid-19," tegasnya.
Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID-19, Bambang Supriyanto mengungkapkan, pada awalnya anak-anak tidak menjadi perhatian, tetapi karena kasusnya terus meningkat sehingga membutuhkan kewaspadaan bersama.
Menurut Bambang, berbicara ancaman Covid-19 terhadap anak tidak bisa melulu berdasarkan pertimbangan angka-angka, tetapi harus dilihat dari potensi yang hilang dari generasi penerus bangsa, bila terjadi kematian anak-anak. Ia menyarankan, agar dilakukan penundaan pembelajaran tatap muka (PTM) untuk mengantisipasi peningkatan paparan Covid-19 terhadap anak-anak.
"Sebab kesiapan PTM harus datang dari semua pihak tidak hanya kesiapan dari pemerintah," katanya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Retno Listyarti mengungkapkan anak-anak yang terpapar Covid-19 sebagian besar karena terciptanya klaster keluarga. Sementara dalam uji coba PTM di berbagai daerah, ungkap Retno, terlihat belum siapnya sejumlah pihak untuk menjamin pelaksanaan PTM berjalan dengan aman dan efektif.
Retno berharap dalam pelaksanaan PTM harus dilibatkan secara aktif dinas kesehatan di daerah terkait, untuk memastikan keamanan anak-anak dari sisi kesehatan dalam proses belajar.
Kunci dalam meningkatkan perlindungan anak-anak di masa pandemi ini, ujar Retno, adalah penguatan ketahanan keluarga, penguatan testing, tracing dan treatments (3T), dan lengkapi immunisasi dasar balita dan anak-anak.
Orang tua, jelas Retno, harus menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam menjalankan disiplin menjalankan protokol kesehatan dalam keseharian.
Juru Bicara Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan lonjakan kasus positif Covid-19 yang terjadi saat ini disebabkan masih tingginya mobilitas masyarakat dan sebagian lainnya abai menerapkan protokol kesehatan. Nadia mengingatkan, agar masyarakat mewaspadai titik lengah, seperti antara lain saat makan bersama di rumah makan dan pertemuan keluarga, di fase-fase ini anak-anak rawan sekali terpapar Covid-19.
"Sosialisasi bahwa vaksinasi Covid-19 terhadap anak itu penting. Namun lebih penting lagi setelah divaksin anak-anak juga dibiasakan menerapkan protokol kesehatan dalam keseharian," katanya.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development Universitas Airlangga, Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengungkapkan, virus tersebut akan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar bisa tetap survive. Sehingga, mutasi virus korona akan terus terjadi.
"Jadi hanya dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan menghindari kerumunan, kita bisa menekan risiko terpapar Covid-19," katanya.
"Anak-anak menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap paparan Covid-19 dengan risiko yang sama tingginya dengan orang dewasa. Kondisi ini harus menjadi perhatian setiap keluarga dan kita bersama," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Upaya Menyelamatkan Anak Indonesia Dalam Pandemi (Tata Kelola Kesehatan Anak Hingga Persiapan Vaksinasinya), yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12 di Jakarta, Rabu (7/7/2021).
Dalam diskusi yang dimoderatori Anggiasari Puji Aryatie (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Koordinator Bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah) itu, hadir Siti Nadia Tarmizi (Juru Bicara Kemenkes RI), Prof Bambang Supriyanto (Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID-19), Retno Listyarti (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih (Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development UNAIR/Ketua PUSAT Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati UNAIR) sebagai narasumber.
Baca juga: Minimalisir Paparan Covid-19, Kemenkes Imbau Anak di Bawah 10 Tahun Tak Tarawih di Masjid
Selain itu juga menghadirkan Prof Tjandra Yoga Aditama (Guru Besar Fakultas Kedokteran UI),Dieny Tjokrosuprihatono (Dewan Pakar DPP Partai NasDem), dan Ahmad Arif (jurnalis Kompas) sebagai penanggap.
Menurut Lestari, selama lebih dari satu setengah tahun ini diakui anak-anak kehilangan kehidupan yang diwarnai keceriaan bermain bersama teman-temannya, karena harus tetap tinggal di rumah bersama keluarga. Namun, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, dengan semakin ganasnya varian Covid-19 saat ini upaya untuk membuka interaksi sosial anak di luar rumah harus dipertimbangkan lagi secara matang.
Saat ini, ujar Rerie, sejumlah negara sudah ada yang memilih untuk melonggarkan protokol kesehatan di area publik. Di negara lainnya, ada yang tetap mewajibkan protokol kesehatan ketat untuk menghindari ledakan kasus, akibat varian baru Covid-19.
Menurut anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, sejumlah pilihan-pilihan kebijakan dari berbagai negara itu harus menjadi pembelajaran bagi kita dalam menghadapi gelombang baru sebaran Covid-19 di tanah air. Apalagi, tegasnya, paparan Covid-19 saat ini juga menjangkau anak-anak. Saat ini, ujar Rerie, kita masih berada di tengah ujian dalam menghadapi ledakan kasus positif Covid-19 di sejumlah daerah.
Baca juga: Efektif Cegah Paparan COVID-19, Budaya Wajib Masker Harus Terus Dikampanyekan
"Mari kita memperkuat disiplin kita dan keluarga dalam menerapkan protokol kesehatan, agar anak-anak kita terlindungi dari paparan Covid-19," tegasnya.
Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID-19, Bambang Supriyanto mengungkapkan, pada awalnya anak-anak tidak menjadi perhatian, tetapi karena kasusnya terus meningkat sehingga membutuhkan kewaspadaan bersama.
Menurut Bambang, berbicara ancaman Covid-19 terhadap anak tidak bisa melulu berdasarkan pertimbangan angka-angka, tetapi harus dilihat dari potensi yang hilang dari generasi penerus bangsa, bila terjadi kematian anak-anak. Ia menyarankan, agar dilakukan penundaan pembelajaran tatap muka (PTM) untuk mengantisipasi peningkatan paparan Covid-19 terhadap anak-anak.
"Sebab kesiapan PTM harus datang dari semua pihak tidak hanya kesiapan dari pemerintah," katanya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Retno Listyarti mengungkapkan anak-anak yang terpapar Covid-19 sebagian besar karena terciptanya klaster keluarga. Sementara dalam uji coba PTM di berbagai daerah, ungkap Retno, terlihat belum siapnya sejumlah pihak untuk menjamin pelaksanaan PTM berjalan dengan aman dan efektif.
Retno berharap dalam pelaksanaan PTM harus dilibatkan secara aktif dinas kesehatan di daerah terkait, untuk memastikan keamanan anak-anak dari sisi kesehatan dalam proses belajar.
Kunci dalam meningkatkan perlindungan anak-anak di masa pandemi ini, ujar Retno, adalah penguatan ketahanan keluarga, penguatan testing, tracing dan treatments (3T), dan lengkapi immunisasi dasar balita dan anak-anak.
Orang tua, jelas Retno, harus menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam menjalankan disiplin menjalankan protokol kesehatan dalam keseharian.
Juru Bicara Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan lonjakan kasus positif Covid-19 yang terjadi saat ini disebabkan masih tingginya mobilitas masyarakat dan sebagian lainnya abai menerapkan protokol kesehatan. Nadia mengingatkan, agar masyarakat mewaspadai titik lengah, seperti antara lain saat makan bersama di rumah makan dan pertemuan keluarga, di fase-fase ini anak-anak rawan sekali terpapar Covid-19.
"Sosialisasi bahwa vaksinasi Covid-19 terhadap anak itu penting. Namun lebih penting lagi setelah divaksin anak-anak juga dibiasakan menerapkan protokol kesehatan dalam keseharian," katanya.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development Universitas Airlangga, Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengungkapkan, virus tersebut akan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar bisa tetap survive. Sehingga, mutasi virus korona akan terus terjadi.
"Jadi hanya dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan menghindari kerumunan, kita bisa menekan risiko terpapar Covid-19," katanya.
(abd)