Dokter Tirta Sebut Lonjakan Kasus COVID-19 yang Berulang seperti Lingkaran Setan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setiap libur panjang selalu diikuti oleh lonjakan kasus COVID-19 . Bahkan, hal ini selalu terjadi berulang semenjak 2020 lalu. Relawan COVID-19 yang juga seorang dokter yakni dr Tirta Mandira Hudhi menyebutkan perulangan ini seperti lingkaran setan.
“Jadi kalau dari kami melihat yang terjadi di Mei, Juni itu, ini sebenarnya kan kayak lingkaran setan ya, lingkaran setan yang akan terulang kembali. Paling bulan Juli nanti turun,” ujar Tirta secara virtual, Kamis (17/6/2021).
Sementara itu, Tirta pun telah memprediksi perulangan lonjakan kasus ini juga akan kembali hingga vaksinasi COVID-19 telah mencapai 70%. “Kita, kalau saya sih sudah memprediksi sama kawan-kawan paling nanti Juli turun, nanti Agustus naik, September turun, nanti November naik, Desember turun, akhir Desember naik, gitu terus. Sampai nanti vaksinasi 70%,” paparnya.
Untuk mengatasi hal ini, Tirta pun mengatakan ada beberapa hal yang harus dicermati. “Jadi kalau kita lihat ada tiga hal yang harus dicermati, yang pertama adalah kalau mau ini cepat selesai, mau nggak mau kita harus menyiapkan fasilitas kesehatan di daerah Jawa Tengah, dimulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama,” katanya.
Tirta mengatakan bahwa edukasi tentang COVID-19 bukan dari dokter lagi, namun bisa dari kader-kader kesehatan. “Itu bukan dari kita, bukan dari dokter lagi, edukasi dari kader-kader kesehatan sudah ada di Posyandu. Posyandu itu dibuat tahun 1980, itu kan awal mula digunakan untuk edukasi mengenai imunisasi dan untuk mencegah stunting.”
“Nah, otomatis kader-kader kesehatan ini harus ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran-kesadaran mengenai kesehatan terutama penyakit infeksius itu COVID-19, DBD dan thypoid. Jadi peningkatan kesadaran melalui kader kesehatan,” sambungnya.
Kedua, kata Tirta adalah hoaks buster. “Hoaks buster ini sedang saya usulkan ke Kementerian Kesehatan. Jadi selama ini kalau aku itu Kemenkominfo cenderung mengklarifikasinya setelah H+3, H+4, sedangkan yang kita membutuhkan waktu itu yang bisa 4, 2 jam selesai. Sehingga, hoaks yang di group WA bisa diklarifikasi.”
“Ketiga adalah banyak pejabat-pejabat kita yang itu enggak realistis kebijakannya. Contoh menyemprot disinfektan jalanan, itu mau ngapain? Buat tanaman subur, itu nggak ngaruh,” kata Tirta.
Tirta menambahkan selain menyadarkan protokol kesehatan, juga harus dibuat kebijakan yang juga relevan. “Jadi gini selain kita harus sadar diri kepada masyarakat bahwa protokol ini, harus selalu ditingkatkan melalui kader kesehatan, kita juga harus sadar banyak kebijakan-kebijakan yang sangat-sangat tidak relevan. Yang paling-paling sakit kritis itu adalah penyemprotan disinfektan di jalanan itu enggak nyambung sama sekali,” paparnya.
“Jadi kalau dari kami melihat yang terjadi di Mei, Juni itu, ini sebenarnya kan kayak lingkaran setan ya, lingkaran setan yang akan terulang kembali. Paling bulan Juli nanti turun,” ujar Tirta secara virtual, Kamis (17/6/2021).
Sementara itu, Tirta pun telah memprediksi perulangan lonjakan kasus ini juga akan kembali hingga vaksinasi COVID-19 telah mencapai 70%. “Kita, kalau saya sih sudah memprediksi sama kawan-kawan paling nanti Juli turun, nanti Agustus naik, September turun, nanti November naik, Desember turun, akhir Desember naik, gitu terus. Sampai nanti vaksinasi 70%,” paparnya.
Untuk mengatasi hal ini, Tirta pun mengatakan ada beberapa hal yang harus dicermati. “Jadi kalau kita lihat ada tiga hal yang harus dicermati, yang pertama adalah kalau mau ini cepat selesai, mau nggak mau kita harus menyiapkan fasilitas kesehatan di daerah Jawa Tengah, dimulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama,” katanya.
Tirta mengatakan bahwa edukasi tentang COVID-19 bukan dari dokter lagi, namun bisa dari kader-kader kesehatan. “Itu bukan dari kita, bukan dari dokter lagi, edukasi dari kader-kader kesehatan sudah ada di Posyandu. Posyandu itu dibuat tahun 1980, itu kan awal mula digunakan untuk edukasi mengenai imunisasi dan untuk mencegah stunting.”
“Nah, otomatis kader-kader kesehatan ini harus ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran-kesadaran mengenai kesehatan terutama penyakit infeksius itu COVID-19, DBD dan thypoid. Jadi peningkatan kesadaran melalui kader kesehatan,” sambungnya.
Kedua, kata Tirta adalah hoaks buster. “Hoaks buster ini sedang saya usulkan ke Kementerian Kesehatan. Jadi selama ini kalau aku itu Kemenkominfo cenderung mengklarifikasinya setelah H+3, H+4, sedangkan yang kita membutuhkan waktu itu yang bisa 4, 2 jam selesai. Sehingga, hoaks yang di group WA bisa diklarifikasi.”
“Ketiga adalah banyak pejabat-pejabat kita yang itu enggak realistis kebijakannya. Contoh menyemprot disinfektan jalanan, itu mau ngapain? Buat tanaman subur, itu nggak ngaruh,” kata Tirta.
Tirta menambahkan selain menyadarkan protokol kesehatan, juga harus dibuat kebijakan yang juga relevan. “Jadi gini selain kita harus sadar diri kepada masyarakat bahwa protokol ini, harus selalu ditingkatkan melalui kader kesehatan, kita juga harus sadar banyak kebijakan-kebijakan yang sangat-sangat tidak relevan. Yang paling-paling sakit kritis itu adalah penyemprotan disinfektan di jalanan itu enggak nyambung sama sekali,” paparnya.
(kri)