Cegah Lonjakan Kasus Covid-19, Satgas Pertimbangkan Tiadakan Libur Panjang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi pun mengungkapkan saat ini sedang dipertimbangkan agar libur panjang ditiadakan. Pasalnya, Setiap libur panjang selalu terjadi lonjakan kasus Covid-19.
“Selama ada libur panjang akan seperti itu. Jadi kami memang sedang mempertimbangkan agar sebaiknya kita tidak ada libur panjang, karena begitu ada libur panjang selalu diikuti oleh kenaikan kasus,” ungkap Sonny secara virtual, Kamis (17/6/2021).
Sonny mengatakan setiap libur panjang selalu diikuti oleh lonjakan kasus. “Kita tahu juga bawa varian baru tuh sebetulnya sudah masuk bahkan sebelum libur panjang. Artinya lonjakan kasus itu terjadi karena lebih karena libur panjang yang ada,” katanya.
Bahkan, kata Sonny, pihaknya telah mengantisipasi lonjakan kasus melihat pada empat kali libur panjang di tahun 2020 lalu. “Kami sudah sebetulnya sudah mengantisipasi dan melihat ke belakang ya pada empat kali libur panjang 2020, pernah disampaikan Presiden Jokowi 4 kali libur panjang selalu menaikkan atau menimbulkan lonjakan kasus serta diikuti oleh lonjakan angka kematian,” ucapnya.
Ternyata, pada libur Lebaran pun tercatat 1,8 juta orang melaksanakan mudik meski telah dilarang. “Terus kemudian, lalu diikuti juga oleh peningkatan angka kematian tenaga kesehatan dengan meniadakan atau melarang mudik. Tetapi faktanya masih cukup banyak ya sekitar 1,8 juta orang yang ternyata melakukan mudik. Mereka melakukan mudik sebelum pelarangan tanggal 6 sampai 17 Mei dan setelahnya,” kata Sonny.
Sehingga, kata Sonny, terjadi kenaikan mobilitas penduduk yang menjadi pemicu lonjakan kasus Covid-19. Pasalnya, kenaikan mobilitas penduduk akan selalu diiringi oleh penurunan kepatuhan protokol kesehatan. “Padahal kami sudah sudah memprediksi kalau terjadi kenaikan mobilitas penduduk itu akan selalu diikuti oleh penurunan kepatuhan protokol kesehatan, jadi bareng itu ya. Mobilitasnya naik, kepatuhan protokol kesehatannya turun. Dan keduanya itu menjadi salah satu pemicu utama meningkatnya kasus ini,” paparnya.
Padahal, Indonesia pernah berhasil menurunkan kasus aktif Covid-19 pada Februari lalu. “Jadi karena itu, kita pernah berhasil lho ya kita berhasil menurunkan kasus aktif dari 176.500 lebih pada 5 Februari 2021 menjadi 87.662 kasus aktif di 18 Mei lalu. Jadi kita itu turun, karena apa? Karena kepatuhan protokol kesehatan yang naik, lalu kemudian mobilitas penduduknya turun. Nah itu jelas kali ketika kita dua-duanya itu berubah kepatuhanya turun, mobilitas naik, kasus aktifnya pun langsung naik seperti sekarang,” paparnya.
“Selama ada libur panjang akan seperti itu. Jadi kami memang sedang mempertimbangkan agar sebaiknya kita tidak ada libur panjang, karena begitu ada libur panjang selalu diikuti oleh kenaikan kasus,” ungkap Sonny secara virtual, Kamis (17/6/2021).
Sonny mengatakan setiap libur panjang selalu diikuti oleh lonjakan kasus. “Kita tahu juga bawa varian baru tuh sebetulnya sudah masuk bahkan sebelum libur panjang. Artinya lonjakan kasus itu terjadi karena lebih karena libur panjang yang ada,” katanya.
Bahkan, kata Sonny, pihaknya telah mengantisipasi lonjakan kasus melihat pada empat kali libur panjang di tahun 2020 lalu. “Kami sudah sebetulnya sudah mengantisipasi dan melihat ke belakang ya pada empat kali libur panjang 2020, pernah disampaikan Presiden Jokowi 4 kali libur panjang selalu menaikkan atau menimbulkan lonjakan kasus serta diikuti oleh lonjakan angka kematian,” ucapnya.
Ternyata, pada libur Lebaran pun tercatat 1,8 juta orang melaksanakan mudik meski telah dilarang. “Terus kemudian, lalu diikuti juga oleh peningkatan angka kematian tenaga kesehatan dengan meniadakan atau melarang mudik. Tetapi faktanya masih cukup banyak ya sekitar 1,8 juta orang yang ternyata melakukan mudik. Mereka melakukan mudik sebelum pelarangan tanggal 6 sampai 17 Mei dan setelahnya,” kata Sonny.
Sehingga, kata Sonny, terjadi kenaikan mobilitas penduduk yang menjadi pemicu lonjakan kasus Covid-19. Pasalnya, kenaikan mobilitas penduduk akan selalu diiringi oleh penurunan kepatuhan protokol kesehatan. “Padahal kami sudah sudah memprediksi kalau terjadi kenaikan mobilitas penduduk itu akan selalu diikuti oleh penurunan kepatuhan protokol kesehatan, jadi bareng itu ya. Mobilitasnya naik, kepatuhan protokol kesehatannya turun. Dan keduanya itu menjadi salah satu pemicu utama meningkatnya kasus ini,” paparnya.
Padahal, Indonesia pernah berhasil menurunkan kasus aktif Covid-19 pada Februari lalu. “Jadi karena itu, kita pernah berhasil lho ya kita berhasil menurunkan kasus aktif dari 176.500 lebih pada 5 Februari 2021 menjadi 87.662 kasus aktif di 18 Mei lalu. Jadi kita itu turun, karena apa? Karena kepatuhan protokol kesehatan yang naik, lalu kemudian mobilitas penduduknya turun. Nah itu jelas kali ketika kita dua-duanya itu berubah kepatuhanya turun, mobilitas naik, kasus aktifnya pun langsung naik seperti sekarang,” paparnya.
(cip)