Indonesia-Turki Kolaborasi Bangun Peralatan Tempur, Tank Harimau Jadi Bukti
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto terus berupaya membangun kekuatan pertahanan Indonesia agar kembali disegani oleh negara-negara di dunia. Hal itu bukan tanpa alasan, dahulu Indonesia merupakan negara yang paling disegani bahkan ditakuti oleh beberapa negara, termasuk Amerika Serikat.
Berdasarkan informasi yang dirangkum SINDOnews, pada 1960-an di era kepemimpinan Soekarno, militer Indonesia sempat menjadi yang terkuat dan terbesar di wilayah bumi bagian selatan karena disokong oleh teknologi terbaru buatan Uni Soviet saat ini bernama Rusia. Bahkan, kekuatan militer Belanda sekalipun kala itu masih belum sebanding dengan Indonesia. Baca Juga: Erdogan Sambut Kunjungan Menhan Prabowo di Istana Presiden
Di Angkatan Laut (AL) misalnya, Indonesia memiliki kapal perang tercepat dan terbesar saat itu bernama, Sverdlov yang kemudian diganti menjadi KRI Irian. Kapal perang tersebut dilengkapi dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inch yang mampu membawa 1.270 kru. Termasuk 12 kapal selam Pasopati kelas Whiskey yang sangat mematikan. Begitu juga di Angkatan Udara (AU). Saat itu, Indonesia diperkuat dengan pesawat tempur paling canggih di dunia yakni, MiG 21 Fishbed. Bahkan pesawat ini dianggap lebih hebat dari pesawat tempur lain Amerika seperti Supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger.
Termasuk 26 armada pembom jarak jauh stategis seperti Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). Pesawat Tu-16 Tupolev dilengkapi berbagai peralatan canggih beserta rudal khusus antikapal perang. Hal ini menjadikan Indonesia salah satu dari empat negara yang memiliki pembom strategis yakni, Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia. Namun seiring dengan perubahan geo politik, kekuatan militer Indonesia mengalami kemunduran yang sangat signifikan.
Kini, Indonesia tengah berupaya mengembalikan kekuatan militernya melalui peningkatan kemampuan dan kemandirian industri pertahanan dalam negeri (Inhan). Hal ini penting karena kemandirian dalam memproduksi peralatan perang akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dari negara-negara asing.
Salah satu negara yang digandeng Indonesia untuk memperkuat industri pertahanan dalam negeri adalah Turki. Kekuatan militer negara yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Berdasarkan analisis data Global Fire Power, negara ini menduduki peringkat ke 11 dunia dalam hal kekuatan militer.
Kerja sama pertahanan Indonesia-Turki saat ini mengalami perkembangan yang cukup membanggakan. Belum lama ini, Indonesia bersama Turki berhasil mengembangkan medium tank yang diberi nama Harimau. Tank yang dilengkapi dengan Kanon 105 mm dan senapan mesin kaliber 7,62 mm ini memiliki daya gempur maksimum.
Tank yang memiliki berat antara 30-35 ton ini didesain khusus untuk daerah operasi tropis seperti hutan karena memiliki bobot yang lebih ringan. Saat ini, tank yang dibanderol dengan harga USD7 juta atau setara Rp101 miliar dengan kurs Rp14.500 ini mulai menarik minat sejumlah negara, salah satunya adalah Filipina.
Selain medium tank, kerja sama pertahanan Indonesia-Turki juga merambah dalam pembuatan senjata, radar dan kapal selam serta pesawat tanpa awak atau drone. Kemampuan Turki dalam membuat drone tak perlu diragukan lagi. Dalam perang selama 44 hari antara Azerbaijan dengan Armenia, di Nagorno- Karabakh, drone buatan Turki memainkan peran penting dalam memenangkan peperangan bagi militer Azerbaijan. Tidak hanya di peperangan tersebut, drone buatan Turki juga sudah battle proven dalam peperangan di Libya dan Suriah.
Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam kunjungannya ke Indonesia pada 2015 juga menekankan pentingnya memperbaiki hubungan bilateral. Erdogan mengatakan hubungan politik, sosial dan ekonomi yang kuat terjalin antara kedua negara, akan menguntungkan masyarakat Turki, Indonesia dan dunia.
Berdasarkan informasi yang dirangkum SINDOnews, pada 1960-an di era kepemimpinan Soekarno, militer Indonesia sempat menjadi yang terkuat dan terbesar di wilayah bumi bagian selatan karena disokong oleh teknologi terbaru buatan Uni Soviet saat ini bernama Rusia. Bahkan, kekuatan militer Belanda sekalipun kala itu masih belum sebanding dengan Indonesia. Baca Juga: Erdogan Sambut Kunjungan Menhan Prabowo di Istana Presiden
Di Angkatan Laut (AL) misalnya, Indonesia memiliki kapal perang tercepat dan terbesar saat itu bernama, Sverdlov yang kemudian diganti menjadi KRI Irian. Kapal perang tersebut dilengkapi dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inch yang mampu membawa 1.270 kru. Termasuk 12 kapal selam Pasopati kelas Whiskey yang sangat mematikan. Begitu juga di Angkatan Udara (AU). Saat itu, Indonesia diperkuat dengan pesawat tempur paling canggih di dunia yakni, MiG 21 Fishbed. Bahkan pesawat ini dianggap lebih hebat dari pesawat tempur lain Amerika seperti Supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger.
Baca Juga
Termasuk 26 armada pembom jarak jauh stategis seperti Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). Pesawat Tu-16 Tupolev dilengkapi berbagai peralatan canggih beserta rudal khusus antikapal perang. Hal ini menjadikan Indonesia salah satu dari empat negara yang memiliki pembom strategis yakni, Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia. Namun seiring dengan perubahan geo politik, kekuatan militer Indonesia mengalami kemunduran yang sangat signifikan.
Kini, Indonesia tengah berupaya mengembalikan kekuatan militernya melalui peningkatan kemampuan dan kemandirian industri pertahanan dalam negeri (Inhan). Hal ini penting karena kemandirian dalam memproduksi peralatan perang akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dari negara-negara asing.
Salah satu negara yang digandeng Indonesia untuk memperkuat industri pertahanan dalam negeri adalah Turki. Kekuatan militer negara yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Berdasarkan analisis data Global Fire Power, negara ini menduduki peringkat ke 11 dunia dalam hal kekuatan militer.
Kerja sama pertahanan Indonesia-Turki saat ini mengalami perkembangan yang cukup membanggakan. Belum lama ini, Indonesia bersama Turki berhasil mengembangkan medium tank yang diberi nama Harimau. Tank yang dilengkapi dengan Kanon 105 mm dan senapan mesin kaliber 7,62 mm ini memiliki daya gempur maksimum.
Tank yang memiliki berat antara 30-35 ton ini didesain khusus untuk daerah operasi tropis seperti hutan karena memiliki bobot yang lebih ringan. Saat ini, tank yang dibanderol dengan harga USD7 juta atau setara Rp101 miliar dengan kurs Rp14.500 ini mulai menarik minat sejumlah negara, salah satunya adalah Filipina.
Selain medium tank, kerja sama pertahanan Indonesia-Turki juga merambah dalam pembuatan senjata, radar dan kapal selam serta pesawat tanpa awak atau drone. Kemampuan Turki dalam membuat drone tak perlu diragukan lagi. Dalam perang selama 44 hari antara Azerbaijan dengan Armenia, di Nagorno- Karabakh, drone buatan Turki memainkan peran penting dalam memenangkan peperangan bagi militer Azerbaijan. Tidak hanya di peperangan tersebut, drone buatan Turki juga sudah battle proven dalam peperangan di Libya dan Suriah.
Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam kunjungannya ke Indonesia pada 2015 juga menekankan pentingnya memperbaiki hubungan bilateral. Erdogan mengatakan hubungan politik, sosial dan ekonomi yang kuat terjalin antara kedua negara, akan menguntungkan masyarakat Turki, Indonesia dan dunia.
(cip)