Bulan Bung Karno, Karang Tumaritis Tekankan tentang Pancasila

Minggu, 30 Mei 2021 - 00:47 WIB
loading...
Bulan Bung Karno, Karang...
Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis menggelar doa bersama, kursus Pancasila dan pentas seni budaya Sabtu (29/5/2021), dalam rangka memasuki Bulan Bung Karno. Foto/SINDOnews/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kalangan nasionalis yang tergabung dalam Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis menggelar doa bersama untuk keselamatan bangsa, kursus Pancasila dan pentas seni budaya Sabtu (29/5/2021), dalam rangka memasuki Bulan Bung Karno Juni 2021.



Dia mengatakan, bulan Juni sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebab, pada 6 Juni 1901 merupakan hari lahir Presiden Pertama Soekarno. Kemudian pada 1 Juni 1945, Bung Karno dan para pendiri bangsa melahirkan Pancasila. Pada 21 Juni 1970, Bung Karno wafat.

"Selain peringati Bulan Bung Karno, kami juga menyelenggarakan tarian campur sari. Selama bulan Juni nanti, padepokan akan melaksanakan berbagai acara, antara kain lomba menulis sejarah bangsa bagi generasi milenial dan generasi Z," kata Ananta, yang juga sebagai Sekretaris Badiklat Pusat PDIP ini.

Turut hadir Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Djarot Saiful Hidayat, serta sejumlah kalangan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Cipayung, dan semua golongan antar umat beragama dalam acara itu. Acara peringatan Bulan Bung Karno 2021 juga mendapat respons positif dari Djarot Saiful Hidayat.

Dia berpendapat, bangsa Indonesia sangat menghayati nilai perjuangan dari proklamator Indonesia. “Bung Karno adalah maha guru ideologi Pancasila, tantangan kita ke depan perubahan yang begitu cepat, pertanyaannya sebagai bangsa yang besar kita sudah siap?” kata Alumnus Universitas Brawijaya Malang itu.

Djarot menambahkan, persaingan dunia hari ini bergeser pada tantangan kecepatan teknologi, yaitu dunia dan revolusi digital. “Anda ingat handphone Nokia dan BlackBerry, dua teknologi telekomunikasi yang sangat kuat saat itu, tapi hari ini hilang dan kalah dengan android dan Iphone. Itulah contoh perubahan dunia,” ucap Djarot, Wali Kota Blitar periode 2000-2005 dan 2005-2010 itu.

Djarot juga menyinggung tentang kolonialisme modern. "Saat pra kemerdekaan, bangsa Indonesia menghadapi sebuah sistem penjajahan dari kolonialisme Belanda. Sekarang sistemnya berubah, yaitu tantangan teknologi digital, jika tidak inovatif dan menguasai, kita kalah," kata Djarot.

Sementara itu, hadir juga pemateri dari kalangan milenial, Abraham Garuda Laksono atau yang akrab disapa Abe. Abe menilai tidak sedikit masyarakat, terutama generasi Milenial, mengetahui Pancasila sebagai ideologi bangsa. Hanya saja, dalam penerapannya, Pancasila sekadar dijadikan sebagai pembenaran.

Padahal, kata Abe, Pancasila merupakan hasrat dan keinginan dari para founding fathers untuk merdeka dan bersatu. Bahkan, urusan makan pun diatur dalam ideologi tersebut. Abe mengharapkan, generasi muda bisa memanfaatkan media digital untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab di era digitalisasi seperti sekarang, kampanye tersebut sangat mudah dilakukan dengan memanfaatkan media sosial.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2574 seconds (0.1#10.140)