Berangkat dari Partai Kader, Gelora Dinilai Bisa Imbangi PKS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemilu 2024 kemungkinan akan semakin semarak dengan banyaknya partai yang ikut serta. Pendatang baru, Partai Gelora, akan ikut meramaika n pertarungan multipartai dan perebutan suara kalangan muslim.
(Baca juga: Akankah Partai Gelora Gerus Suara PKS? Pengamat Ungkap Sejumlah Fakta)
Tak ada yang menyangka sosok, seperti Anis Matta, Mahfudz Siddiq, dan Fahri Hamzah, akan terlempar dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Anis bahkan pernah menduduki jabatan sebagai presiden PKS.
(Baca juga: Mahfud MD Sebut Siapa Pun Jangan Takut dengan Luhut)
Pengamat politik Cecep Hidayat mengatakan, Partai Gelora lahir dari konflik internal dan dinamika di PKS. Pertarungan antara kubu kesejahteraan sebutan untuk kelompok Anis Matta dan kubu keadilan, kelompok yang sekarang berkuasa di PKS saat ini, akhirnya membuat mereka berbeda jalan.
Cecep menilai, kedua kubu ini relatif sama kuatnya. Alasannya, kubu Anis Matta yang tersingkir bisa dengan cepat mendirikan partai beserta jejaringnya di 34 provinsi dan sekitar 400 kabupaten/kota. Gelora, menurutnya, masih menunjukkan kekuatan yang selama ini dimiliki kader-kader PKS, yakni militan.
"Mereka punya struktur yang sangat kuat. PKS partai kader, Gelora juga kader. Suara PKS akan tergerus oleh Partai Gelora. Mereka dengan waktu relatif cepat bisa membuktikan punya cabang hingga kecamatan. Itu berarti sumber daya logistiknya kuat," ujar Cecep saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (23/5/2020).
Pekerjaan rumah Partai Gelora kata Cecep, melakukan political marketing partai salama 3-4 tahun ke depan, sampai pemilu 2024. Secara pasar, Gelora diprediksi akan mengincar kelompok modernis Islam, kampus, dan tarbiyah. "Kalau mereka dapat di luar tarbiyah dan kelompok nasionalis itu bonuslah," ucapnya.
PKS memang patut waspada, bukan hanya pasar yang dalam sasaran perebutan, tapi Anis Matta dan kawan-kawan punya pengalaman membangun PKS. Hanya saja, mungkin Anis dan Mahfudz pamornya sudah menurun.
"Tinggal Fahri Hamzah yang masih menjadi sorotan publik dan terakhir menduduki jabatan strategis sebagai Wakil Ketua DPR. Yang lain pernah ke Garbi, tapi enggak terlalu keluar suaranya. Bicara politik, bicara momentum. Sekarang tojoh-tokoh Gelora ini harus merebut momentum dalam tiga tahun kedepan," pungkasnya.
(Baca juga: Akankah Partai Gelora Gerus Suara PKS? Pengamat Ungkap Sejumlah Fakta)
Tak ada yang menyangka sosok, seperti Anis Matta, Mahfudz Siddiq, dan Fahri Hamzah, akan terlempar dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Anis bahkan pernah menduduki jabatan sebagai presiden PKS.
(Baca juga: Mahfud MD Sebut Siapa Pun Jangan Takut dengan Luhut)
Pengamat politik Cecep Hidayat mengatakan, Partai Gelora lahir dari konflik internal dan dinamika di PKS. Pertarungan antara kubu kesejahteraan sebutan untuk kelompok Anis Matta dan kubu keadilan, kelompok yang sekarang berkuasa di PKS saat ini, akhirnya membuat mereka berbeda jalan.
Cecep menilai, kedua kubu ini relatif sama kuatnya. Alasannya, kubu Anis Matta yang tersingkir bisa dengan cepat mendirikan partai beserta jejaringnya di 34 provinsi dan sekitar 400 kabupaten/kota. Gelora, menurutnya, masih menunjukkan kekuatan yang selama ini dimiliki kader-kader PKS, yakni militan.
"Mereka punya struktur yang sangat kuat. PKS partai kader, Gelora juga kader. Suara PKS akan tergerus oleh Partai Gelora. Mereka dengan waktu relatif cepat bisa membuktikan punya cabang hingga kecamatan. Itu berarti sumber daya logistiknya kuat," ujar Cecep saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (23/5/2020).
Pekerjaan rumah Partai Gelora kata Cecep, melakukan political marketing partai salama 3-4 tahun ke depan, sampai pemilu 2024. Secara pasar, Gelora diprediksi akan mengincar kelompok modernis Islam, kampus, dan tarbiyah. "Kalau mereka dapat di luar tarbiyah dan kelompok nasionalis itu bonuslah," ucapnya.
PKS memang patut waspada, bukan hanya pasar yang dalam sasaran perebutan, tapi Anis Matta dan kawan-kawan punya pengalaman membangun PKS. Hanya saja, mungkin Anis dan Mahfudz pamornya sudah menurun.
"Tinggal Fahri Hamzah yang masih menjadi sorotan publik dan terakhir menduduki jabatan strategis sebagai Wakil Ketua DPR. Yang lain pernah ke Garbi, tapi enggak terlalu keluar suaranya. Bicara politik, bicara momentum. Sekarang tojoh-tokoh Gelora ini harus merebut momentum dalam tiga tahun kedepan," pungkasnya.
(maf)