Pimpin Parpol dan Punya Basis Massa, Peluang Cak Imin Nyapres Dinilai Besar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tiga tahun menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, dinamika politik kian menghangat.
Berbagai nama kandidat calon presiden (capres) terus bermunculan. Salah satunya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin .
Sebagai ketua umum partai politik (parpol) yang memiliki basis massa cukup besar yakni Nahdlatul Ulama (NU), peluang Gus AMI atau yang juga popular dengan sebutan Cak Imin untuk maju sebagai capres cukup besar.
Terlebih sesuai konstitusi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sudah dua kali menjabat Presiden tidak bisa lagi maju dalam Pilpres 2024 sehingga dinamika politik akan semakin menarik karena peluang para elite nasional semakin terbuka.
”Muhaimin Iskandar dari era ke era posisinya selalu menarik dan selalu dalam pemerintahan. Ini tentu sangat bagus. Apalagi PKB punya basis massa yang cukup kuat, yaitu NU. Itu juga menjadi kelebihan yang seharusnya dikapitalisasi dengan baik. Tentu Muhaimin punya peluang yang cukup bagus sebagai capres maupun cawapres, tinggal bagaimana PKB dengan infrastruktur yang dimiliki, dengan jaringan NU-nya, juga posisi Muhaimin sebagai elite nasional bisa menarik simpati masyarakat,” tutur pengamat politik Universitas Al Azhar Jakarta Ujang Komaruddin kepada wartawan, Sabtu (22/5/2021).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini menilai pada Pilpres 2024 nanti, ada sedikitnya enam klaster capres maupun cawapres yang berpotensi maju. Pertama adalah klaster ketua umum (ketum) parpol. ”Di sana ada Muhaimin Iskandar, Airlangga, Prabowo, AHY, Puan yang mewakili Megawati dan lainnya,” lanjutnya.
Kedua, sambung dia, klaster menteri seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, Airlangga dan juga Prabowo. Klaster ketiga adalah kepala daerah seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Khofifah Indarparawansa dan Ridwan Kamil. ”Klaster keempat adalah pengusaha seperti yang dulu ada Sandiaga Uno, mungkin juga sekarang Erick Thohir,” katanya.
Selanjutnya, kata dia, capres-cawapres berpotensi muncul dari klaster mantan purnawirawan TNI/Polri seperti Prabowo, Gatot Nurmantyo maupun Moeldoko. Terakhir, kekuatan ormas seperti sebelumnya ada KH Ma’ruf Amin dari NU, KH Hasyim Muzadi maupun KH Solahuddin Wahid.
"Kalau kita lihat konstruksinya maka Muhaimin berpotensi masuk ranah politik 2024. Kita tahu pasca Jokowi tidak bisa mencalonkan lagi karena terganjal konstitusi maka 2024 adalah pertarungan bebas,” ujarnya.
Dengan peluang yang dimilikinya, kata dia, Muhaimin dan juga para kandidat potensial lainnya, tidak ada cara lain selain terus berupaya mengambil simpati publik. ”PKB dengan infrastruktur yang dimilik, jaringan NU yang dimiliki harus hadir di tengah-tengah masyarakat. Kalau masyarakat kesulitan harus hadir. Kalau memang serius harus dilakukan dari saat ini, walaupun itu akan menghabiskan energi dan kekuatan finansial. Rakyat harus didekati di tengah-tengah kesulitan sehingga ada simpati dari mereka,” tuturnya.
Berbagai nama kandidat calon presiden (capres) terus bermunculan. Salah satunya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin .
Sebagai ketua umum partai politik (parpol) yang memiliki basis massa cukup besar yakni Nahdlatul Ulama (NU), peluang Gus AMI atau yang juga popular dengan sebutan Cak Imin untuk maju sebagai capres cukup besar.
Terlebih sesuai konstitusi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sudah dua kali menjabat Presiden tidak bisa lagi maju dalam Pilpres 2024 sehingga dinamika politik akan semakin menarik karena peluang para elite nasional semakin terbuka.
”Muhaimin Iskandar dari era ke era posisinya selalu menarik dan selalu dalam pemerintahan. Ini tentu sangat bagus. Apalagi PKB punya basis massa yang cukup kuat, yaitu NU. Itu juga menjadi kelebihan yang seharusnya dikapitalisasi dengan baik. Tentu Muhaimin punya peluang yang cukup bagus sebagai capres maupun cawapres, tinggal bagaimana PKB dengan infrastruktur yang dimiliki, dengan jaringan NU-nya, juga posisi Muhaimin sebagai elite nasional bisa menarik simpati masyarakat,” tutur pengamat politik Universitas Al Azhar Jakarta Ujang Komaruddin kepada wartawan, Sabtu (22/5/2021).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini menilai pada Pilpres 2024 nanti, ada sedikitnya enam klaster capres maupun cawapres yang berpotensi maju. Pertama adalah klaster ketua umum (ketum) parpol. ”Di sana ada Muhaimin Iskandar, Airlangga, Prabowo, AHY, Puan yang mewakili Megawati dan lainnya,” lanjutnya.
Kedua, sambung dia, klaster menteri seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, Airlangga dan juga Prabowo. Klaster ketiga adalah kepala daerah seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Khofifah Indarparawansa dan Ridwan Kamil. ”Klaster keempat adalah pengusaha seperti yang dulu ada Sandiaga Uno, mungkin juga sekarang Erick Thohir,” katanya.
Selanjutnya, kata dia, capres-cawapres berpotensi muncul dari klaster mantan purnawirawan TNI/Polri seperti Prabowo, Gatot Nurmantyo maupun Moeldoko. Terakhir, kekuatan ormas seperti sebelumnya ada KH Ma’ruf Amin dari NU, KH Hasyim Muzadi maupun KH Solahuddin Wahid.
"Kalau kita lihat konstruksinya maka Muhaimin berpotensi masuk ranah politik 2024. Kita tahu pasca Jokowi tidak bisa mencalonkan lagi karena terganjal konstitusi maka 2024 adalah pertarungan bebas,” ujarnya.
Dengan peluang yang dimilikinya, kata dia, Muhaimin dan juga para kandidat potensial lainnya, tidak ada cara lain selain terus berupaya mengambil simpati publik. ”PKB dengan infrastruktur yang dimilik, jaringan NU yang dimiliki harus hadir di tengah-tengah masyarakat. Kalau masyarakat kesulitan harus hadir. Kalau memang serius harus dilakukan dari saat ini, walaupun itu akan menghabiskan energi dan kekuatan finansial. Rakyat harus didekati di tengah-tengah kesulitan sehingga ada simpati dari mereka,” tuturnya.
(dam)