Bela 75 Pegawai KPK, Busyro Muqoddas: Isu Radikalisme dan Taliban Mainan Imperium Buzzer

Minggu, 09 Mei 2021 - 05:44 WIB
loading...
Bela 75 Pegawai KPK,...
Mantan Pimpinan KPK, Busyro Muqoddas membantah tudingan yang menyebut adanya radikalisme dan taliban di KPK sebagaimana yang ramai dibicarakan di media sosial. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua PP Muhammadiyah yang sekaligus mantan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Busyro Muqoddas membantah tudingan yang menyebut adanya radikalisme dan taliban di KPK sebagaimana yang ramai dibicarakan di media sosial.

Busyro mengungkapkan delapan dari 75 pegawai yang tidak lolos asesmen Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) sebagai syarat alih status menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) beragama nonmuslim. Ia menyebut nama seperti penyidik Christian yang taat menjadi umat Kristiani, kemudian Kadek selaku jaksa juga taat sebagai umat Hindu.

“Saya ingin menyampaikan menurut berita-berita yang bisa kita baca dari media dari 75 pegawai yang dinyatakan tidak lulus itu ada delapan pegawai KPK yang itu beragama Nasrani dan beragama Buddha,” ujar Busyro seperti dikutip dari laman muhammadiyah.or.id, Minggu (9/5/2021).

Menurut Busyro, berhembusnya isu radikalisme dan Taliban di tubuh KPK merupakan narasi yang dibuat-buat buzzer. Tudingan tanpa bukti yang kuat tersebut selain bertujuan melemahkan fungsi KPK sebagai lembaga independen juga merupakan tindakan radikalisme politik.

“Isu taliban sama sekali tidak pernah ada. Justru isu itu membuktikan adanya radikalisme politik. Radikalisme yang dilakukan oleh imperium-imperium buzzer yang selalu mengotori perjalanan nilai-nilai keutamaan bangsa,” tutur Busyro.

Busyro pun meminta dukungan dari masyarakat untuk 75 orang pegawai KPK yang dinyatakan tidak lolos TWK dan diisukan terancam dipecat. Ia mengajak masyarakat untuk menyelamatkan KPK dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Kita dorong jangan sampai 75 pegawai KPK itu dipecat dengan dalih apa pun juga. Karena Tes Wawasan Kebangsaan itu tidak memiliki legitimasi moral, legitimasi akademis maupun metodologi,” kata Busyro.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1858 seconds (0.1#10.140)