Partai Ummat, PAN, dan Tragedi Politik Tiji Tibeh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indostrategic Khoirul Umam menilai, kehadiran Partai Ummat akan benar-benar mengancam PAN, jika M Amien Rais selaku ketua Majelis Syura partai mampu melakukan 'call back' atau panggilan kembali kepada para loyalisnya yang kini masih berada di PAN menjelang 2024.
Menurut Umam, bisa saja loyalis Amien Rais masih bersarang di Partai Amanat Nasional (PAN) karena alasan pragmatis dan karena posisi dan jabatan sebagai kepala daerah, anggota DPR, atau anggota DPRD Tingkat I dan II.
"Karena itu, PAN harus mampu menjaga soliditas kekuatannya agar tidak tergerus oleh mesin politik Partai Ummat," ujarnya kepada SINDOnews, Selasa (4/5/2021).
Lebih lanjut Umam menyebut, kehadiran Partai Ummat berpotensi menghadirkan "Tragedi Tiji Tibeh", alias politik "mati siji, mati kabeh", atau "mati satu mati semua". Artinya, Umam melihat, Pemilu 2019 telah menjadi awal penurunan elektabilitas signifikan PAN yakni hanya di angka 6 persen.
"Meskipun Amien Rais dan elite PAN di Pemilu 2019 itu telah berusaha memainkan strategi politik kanan-konservatif, ingat dikotomi 'Partai Allah' dan 'Partai Syaitan' yang dipopulerkan Amien Rais, namun terbukti hanya PKS yang meraup insentif elektoral dari eksploitasi politik identitas di 2019 lalu," ungkap Dosen Universitas Paramadina itu.
Sekarang, lanjut Umam, setelah muncul akutnya faksionalisme di internal PAN, kelahiran Partai Ummat berpotensi mendegradasi basis pemilih loyal PAN secara lebih signifikan. Menurutnya, jika Partai Ummat mampu mencuri 2 persen saja dari PAN, baik PAN maupun Partai Ummat, berpotensi sama-sama tidak mampu melampaui angka ambang batas parlemen atau parliamentary threshold 4 persen.
"Jika itu terjadi, maka "Politik Tiji Tibeh" akan terjadi dan menimpa partai politik yang menjadi rumah bagi warga Muhammadiyah ini. Itulah konsekuensi logis dari ketidakmampuan partai politik dalam mengelola konflik dan faksionalisme internalnya," pungkas dia.
Menurut Umam, bisa saja loyalis Amien Rais masih bersarang di Partai Amanat Nasional (PAN) karena alasan pragmatis dan karena posisi dan jabatan sebagai kepala daerah, anggota DPR, atau anggota DPRD Tingkat I dan II.
"Karena itu, PAN harus mampu menjaga soliditas kekuatannya agar tidak tergerus oleh mesin politik Partai Ummat," ujarnya kepada SINDOnews, Selasa (4/5/2021).
Lebih lanjut Umam menyebut, kehadiran Partai Ummat berpotensi menghadirkan "Tragedi Tiji Tibeh", alias politik "mati siji, mati kabeh", atau "mati satu mati semua". Artinya, Umam melihat, Pemilu 2019 telah menjadi awal penurunan elektabilitas signifikan PAN yakni hanya di angka 6 persen.
"Meskipun Amien Rais dan elite PAN di Pemilu 2019 itu telah berusaha memainkan strategi politik kanan-konservatif, ingat dikotomi 'Partai Allah' dan 'Partai Syaitan' yang dipopulerkan Amien Rais, namun terbukti hanya PKS yang meraup insentif elektoral dari eksploitasi politik identitas di 2019 lalu," ungkap Dosen Universitas Paramadina itu.
Sekarang, lanjut Umam, setelah muncul akutnya faksionalisme di internal PAN, kelahiran Partai Ummat berpotensi mendegradasi basis pemilih loyal PAN secara lebih signifikan. Menurutnya, jika Partai Ummat mampu mencuri 2 persen saja dari PAN, baik PAN maupun Partai Ummat, berpotensi sama-sama tidak mampu melampaui angka ambang batas parlemen atau parliamentary threshold 4 persen.
"Jika itu terjadi, maka "Politik Tiji Tibeh" akan terjadi dan menimpa partai politik yang menjadi rumah bagi warga Muhammadiyah ini. Itulah konsekuensi logis dari ketidakmampuan partai politik dalam mengelola konflik dan faksionalisme internalnya," pungkas dia.
(zik)