Dipimpin AHY, Demokrat Dinilai Ingin Jaga Pemilih di 3 Wilayah Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Demokrat (PD) di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) baru saja mengumumkan susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PD.
Pengamat politik Universitas Paramadina Jakarta Ahmad Khoirul Umam menilai komposisi elite pimpinan PD di bawah kepemipinan AHY menunjukkan putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini hendak menjaga basis pemilih loyal Demokrat yang saat ini berada pada tiga wilayah utama, yakni Nangro Aceh Darusalam (NAD), Jawa Timur dan Papua.
"Karena itu, sangat bisa dipahami mengapa Teuku Riefky Harsya yang juga pemilik suara tertinggi di Pemilu Aceh 2019 lalu itu didapuk menjadi Sekretaris Jenderal, Renvill Antonio yang saat ini masih berstatus sebagai Plt Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur ditunjuk sebagai Bendahara Umum, dan juga William Wandik yang juga anggota DPR dari Papua ditempatkan di jajaran elite Wakil Ketua Umum," kata Umam kepada SINDOnews, Minggu (19/4/2020).
Di jajaran Wakil Ketua Umum, kata Umam, jika dicermati lebih mendalam, kepemimpinan AHY hendak mencoba memperkuat capaian elektoral partainya dengan membagi posisi enam wakil ketua umum berdasarkan wilayah teritorial, yakni basis Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Kepulauan Maluku.
"Dengan pembagian tersebut, para wakil ketua umum bisa lebih mudah diarahkan untuk mengefektifkan kerja koordinasi, mobilisasi dan kerja-kerja politik lainnya di basis wilayah masing-masing," katanya.(Baca juga: Cucu Penyumbang Pesawat Pertama RI Dampingi AHY di Demokrat, Ini Profilnya)
Dengan perencanaan kinerja yang jelas, ukuran kinerja dan proses eksekusi yang optimal, menurut Umam, kinerja partai bisa dioptimalkan. Menurut dia, PD di bawah kepemimpinan AHY menjanjikan perubahan dan kenaikan elektoral bagi partai penguasa 2004-2014 ini.
Sebagaimana diketahui, pucak prestasi Partai Demokrat terjadi pada Pemilu 2009 dimana mesin partainya mendapatkan perolehan suara sebesar 20,85%. Rekor capaian tersebut belum pernah terpecahkan hingga Pemilu 2019 lalu.
Namun, seiring dengan dinamika politik yang terjadi, elektabilitas PD mengalami penurunan selama dua Pemilu terakhir, yakni 2014 dan 2019.
Pada Pemilu 2014, Demokrat mendapatkan suara 10,19%, dan di Pemilu 2019 mendapatkan suara 7,77%. "Hal ini menjadi tantangan bagi kepengurusan baru PD di bawah kepemimpinan AHY untuk menguji efektivitas kinerjanya untuk mengkonversi tingginya popularitas AHY menjadi kenaikan elektabilitas partainya," katanya.
Mencermati nama-nama dalam daftar kepengurusan PD saat ini, kata Umam, gerbong politik yang dipimpin AHY ini mencerminkan model dan karakter organsiasi partai politik yang relatif ramping (slim), memperhatikan profesionalisme dan menjadikannya sebagai simbol konsolidasi kekuatan muda PD.
"Secara sosiologis, komposisi kepengurusan baru PD ini tetap mempertahankan semangat politik akomodasi, dengan meracik semua komposisi senior, tua, muda, perempuan, lintas agama, identitas budaya, dan latar belakang geografis yang beragam sehingga tetap berwarna," urainya.
Sedangkan jika dilihat dari jumlah personelnya, kepengurusan baru PD kini jauh lebih ramping (slim) dibanding sebelumnya. Upaya perampingan itu tampaknya dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing pengurus agar mesin politik mampu berjalan lebih efektif, kreatif dan inovatif.
Dilihat dari aspek kompetensi, kepengurusan PD pimpinan AHY ini mewadai para pengurus yang memiliki berbagai latar belakang profesi yang beragam. Mulai dari politisi murni, peneliti, aktivis, penggerak organisasi keagamaan, artis, olahragawan, mantan militer, hingga pengusaha dari berbagai sektor industri.
"Sehingga kapasitas, kapabilitas, jaringan dan profesionalitas mereka juga menunjukkan warna yang lebih beragam," katanya.
Sementara dari aspek latar belakang pendidikan, kepengusan PD kali ini memberikan ruang lebih bagi kalangan pendidikan tinggi.
Sekitar 10% bergelar doktor, 60% bergelar magister, dan 30% bergelar Sarjana lintas bidang studi. Dalam pertarungan politik, gelar dan strata pendidikan memang tidak berarti apa-apa. Tetapi mereka yang berlatar belakang pendidikan tinggi itu dinilai akan memiliki kecakapan lebih untuk berpikir kritis, kreatif dan solutif mengahdapi berbagai tantangan pembangunan bangsa.
Tidak kalah penting, tutur Umam, kepengurusan baru PD pimpinan AHY ini tampaknya juga mencerminkan semangat muda. Personel kepengurusannya diklaim rata-rata berumur 42 tahun, termuda berumur 22 tahun.
"Semangat itu tampaknya senada dengan jargon yang selama ini dikampanyekan oleh AHY bahwa “Muda adalah Kekuatan”," katanya.
Pengamat politik Universitas Paramadina Jakarta Ahmad Khoirul Umam menilai komposisi elite pimpinan PD di bawah kepemipinan AHY menunjukkan putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini hendak menjaga basis pemilih loyal Demokrat yang saat ini berada pada tiga wilayah utama, yakni Nangro Aceh Darusalam (NAD), Jawa Timur dan Papua.
"Karena itu, sangat bisa dipahami mengapa Teuku Riefky Harsya yang juga pemilik suara tertinggi di Pemilu Aceh 2019 lalu itu didapuk menjadi Sekretaris Jenderal, Renvill Antonio yang saat ini masih berstatus sebagai Plt Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur ditunjuk sebagai Bendahara Umum, dan juga William Wandik yang juga anggota DPR dari Papua ditempatkan di jajaran elite Wakil Ketua Umum," kata Umam kepada SINDOnews, Minggu (19/4/2020).
Di jajaran Wakil Ketua Umum, kata Umam, jika dicermati lebih mendalam, kepemimpinan AHY hendak mencoba memperkuat capaian elektoral partainya dengan membagi posisi enam wakil ketua umum berdasarkan wilayah teritorial, yakni basis Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Kepulauan Maluku.
"Dengan pembagian tersebut, para wakil ketua umum bisa lebih mudah diarahkan untuk mengefektifkan kerja koordinasi, mobilisasi dan kerja-kerja politik lainnya di basis wilayah masing-masing," katanya.(Baca juga: Cucu Penyumbang Pesawat Pertama RI Dampingi AHY di Demokrat, Ini Profilnya)
Dengan perencanaan kinerja yang jelas, ukuran kinerja dan proses eksekusi yang optimal, menurut Umam, kinerja partai bisa dioptimalkan. Menurut dia, PD di bawah kepemimpinan AHY menjanjikan perubahan dan kenaikan elektoral bagi partai penguasa 2004-2014 ini.
Sebagaimana diketahui, pucak prestasi Partai Demokrat terjadi pada Pemilu 2009 dimana mesin partainya mendapatkan perolehan suara sebesar 20,85%. Rekor capaian tersebut belum pernah terpecahkan hingga Pemilu 2019 lalu.
Namun, seiring dengan dinamika politik yang terjadi, elektabilitas PD mengalami penurunan selama dua Pemilu terakhir, yakni 2014 dan 2019.
Pada Pemilu 2014, Demokrat mendapatkan suara 10,19%, dan di Pemilu 2019 mendapatkan suara 7,77%. "Hal ini menjadi tantangan bagi kepengurusan baru PD di bawah kepemimpinan AHY untuk menguji efektivitas kinerjanya untuk mengkonversi tingginya popularitas AHY menjadi kenaikan elektabilitas partainya," katanya.
Mencermati nama-nama dalam daftar kepengurusan PD saat ini, kata Umam, gerbong politik yang dipimpin AHY ini mencerminkan model dan karakter organsiasi partai politik yang relatif ramping (slim), memperhatikan profesionalisme dan menjadikannya sebagai simbol konsolidasi kekuatan muda PD.
"Secara sosiologis, komposisi kepengurusan baru PD ini tetap mempertahankan semangat politik akomodasi, dengan meracik semua komposisi senior, tua, muda, perempuan, lintas agama, identitas budaya, dan latar belakang geografis yang beragam sehingga tetap berwarna," urainya.
Sedangkan jika dilihat dari jumlah personelnya, kepengurusan baru PD kini jauh lebih ramping (slim) dibanding sebelumnya. Upaya perampingan itu tampaknya dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing pengurus agar mesin politik mampu berjalan lebih efektif, kreatif dan inovatif.
Dilihat dari aspek kompetensi, kepengurusan PD pimpinan AHY ini mewadai para pengurus yang memiliki berbagai latar belakang profesi yang beragam. Mulai dari politisi murni, peneliti, aktivis, penggerak organisasi keagamaan, artis, olahragawan, mantan militer, hingga pengusaha dari berbagai sektor industri.
"Sehingga kapasitas, kapabilitas, jaringan dan profesionalitas mereka juga menunjukkan warna yang lebih beragam," katanya.
Sementara dari aspek latar belakang pendidikan, kepengusan PD kali ini memberikan ruang lebih bagi kalangan pendidikan tinggi.
Sekitar 10% bergelar doktor, 60% bergelar magister, dan 30% bergelar Sarjana lintas bidang studi. Dalam pertarungan politik, gelar dan strata pendidikan memang tidak berarti apa-apa. Tetapi mereka yang berlatar belakang pendidikan tinggi itu dinilai akan memiliki kecakapan lebih untuk berpikir kritis, kreatif dan solutif mengahdapi berbagai tantangan pembangunan bangsa.
Tidak kalah penting, tutur Umam, kepengurusan baru PD pimpinan AHY ini tampaknya juga mencerminkan semangat muda. Personel kepengurusannya diklaim rata-rata berumur 42 tahun, termuda berumur 22 tahun.
"Semangat itu tampaknya senada dengan jargon yang selama ini dikampanyekan oleh AHY bahwa “Muda adalah Kekuatan”," katanya.
(dam)