Ormas Diminta Ikut Perkuat Keharmonisan Bangsa dan Negara

Sabtu, 24 April 2021 - 15:24 WIB
loading...
Ormas Diminta Ikut Perkuat...
Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Keberadaan organisasi kemasyarakatan atau civil society berbasis Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) diharapkan menjadi garda terdepan di dalam menjaga kebinekaan, harmonisasi kedamaian, persatuan, ketentraman terhadap bangsa Indonesia.

Hal itu diungkapkan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid saat menghadiri acara buka puasa bersama yang diadakan di sekretariat LPOI-LPOK di Jakarta, Kamis 22 April 2021 malam.

“Dengan adanya civil society moderat yang tergabung dalam LPOI dan juga LPOK, tentu saja ini harus menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk mempersatukan dan menjamin kebinekaan bangsa Indonesia,” tutur Ahmad Nurwakhid.

Dia mengajak semua ormas yang tergabung dalam LPOI maupun LPOK ini untuk sama-sama konsisten, istikamah dalam menjaga perjanjian-perjanjian yang sudah menjadi kesepakatan bangsa Indonesia. Seperti tertuang dalam konstitusi nasional berupa konsensus nasional Pancasila, UUD 1945 , Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

“Karena dengan konsisten terhadap konsensus nasional, maka bangsa kita akan bersatu, maju, damai, sejahtera, baldatun thayyibatun wa robbun ghofur,” katanya.

Dia juga meminta masyarakat bangsa Indonesia untuk selalu peduli terhadap bahaya radikalisme dan terorisme. Karena radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama sejatinya adalah fitnah bagi Agama.

“Karena tindakan sikap maupun ideologi yang diusung, yaitu ideologi transnasional sangat bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam agama yang rahmatan lil alamin, toleran, yang mencintai persatuan dan perdamaian. Karena hal itu dapat menimbulkan pecah belahnya umat beragama dan menimbulkan fitnah di dalam agama. Sehingga toleransi itu wajib hukumnya,” tuturnya.



Di era teknologi informasi yang bekembang pesat serta didukung media sosial dari berbagai platform, keberadaan medsos harus menjadi manfaat bukan mudharat.

“Kita dalam penggunaan media sosial, penggunaan media informasi tentunya bisa bersikap harus bijak, harus mempersatukan, harus terhindar dari segala ujaran kebencian dari berita-berita hoax atau bohong, hate speech provokatif dan adu domba,” ujarnya.

Karena menurut mantan Kabagbanops Detasemen Khusus (Densus)88/Anti Teror Polri ini, jika hal itu dibiarkan saja, tentunya hal itu sangat rentan sekali dan membahayakan. Karena dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia ini kedepannya.

"Kami berharap kepada masyarakat untuk menggunakan media sosial secara bijak, arif dan secara benar. Untuk itu selama bulan Ramadan ini saya juga mengimbau kepada seluruh masyarakat agar terhindar dari provokasi, hate speech serta jangan menebarkan hoaks,” tutur mantan Kapolres Gianyar ini.

Sementara itu, Ketua Umum LPOI yang juga Ketua Umum LPOK KH Said Aqil Sirodj, MA saat memberikan tausiah pada acara buka puasa bersama juga turut menyampaikan, kemajuan teknologi informasi seharusnya dapat digunakan untuk mempererat dan memperkuat persahabatan.

“Yang terjadi justru malah sering menjadi alat perpecahan dan yang menjadi penyebab perpecahan itu ada dari medsos. Tentunya ini sangat terbalik 180 derajat,” ujarnya.

Baca juga: Milenial Didorong Perkuat Nasionalisme, Toleransi dan Moderasi Beragama


Sejatinya, kata dia, medsos akan semakin memudah silaturahim, semakin mudah memperkuat dan mempererat persaudaraan. Dengan adanya medsos juga akan semakin mudah antar umat manusia untuk melakukan tukar-menukar inspirasi atau pendapat.

“Tapi sekarang medsos itu malah dijadikan sumber hoaks, fitnah sumber caci-maki dan sebagainya. Ini sangat berbahaya sekali. Jangan sampai bangsa ini menjadi bangsa yang penggemar hoaks. Tentu itu yang kita khawatir kan. Karena hal itu tidak ada ajaran di agama yang membenarkan itu semua,” ujarnya.

Oleh karena itu menurutnya, bangsa ini punya budaya,dan agama harus dibangun di atas infrastruktur budaya. Sehingga menurutnya, kalau budayanya langgeng maka agamanya menjadi kuat. Karena agama ini tentunya tidak akan kuat tanpa adanya budaya dan budaya tak punya nilai tanpa agama.

“Yang terakhir puncak dari silatul ini adalah Silaturahim, hubungan spiritual, bukan sekedar tatap muka atau hubungan menyamakan persepsi. Tidak penting itu partainya apa atau ormasnya apa, suku apa, tidak penting agamanya apa. Tetapi yang penting namanya manusia yang punya spiritual dan punya Spirit turunan Adam, mari kita perkuat persatuan. Inilah yang disebut Ukhuwah insaniyah yaitu persaudaraan antar sesama umat manusia,” ujarnya mengakhiri.
(dam)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1777 seconds (0.1#10.140)