Menyiapkan Talenta Digital, Menyongsong Peradaban 5G

Minggu, 11 April 2021 - 10:55 WIB
loading...
A A A
Dalam sebuah kesempatan pada pekan kedua Maret 2021, Presiden Joko Widodo telah mengingatkan sejumlah konsekuensi akibat perubahan zaman. Era otomasi dan digitalisasi menyebabkan permintaan dan kebutuhan tenaga kerja berubah. Teori manajemen, organisasi, dan model bisnis juga berubah. Banyak model pekerjaan lama tidak lagi dibutuhkan.

Berpijak pada kecenderungan itu, Presiden pun mendorong dunia pendidikan beradaptasi dan melakukan penyesuaian dengan perubahan itu. Penyesuaian itu idealnya ditandai perubahan program studi, perubahan kurikulum dan perubahan karakter tenaga pendidik.

Penyesuaian untuk melakukan perubahan itu sebenarnya sudah mendapatkan momentumnya karena Presiden telah menetapkan pembangunan SDM Indonesia sebagai salah satu prioritas. Sangat relevan pula jika proyeksi kebutuhan Indonesia akan generasi muda dengan bakat digital masuk dalam program pembangunan SDM pada setiap jenjang pendidikan.

Karenanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama semua lembaga pendidikan diharapkan mulai berinisiatif membarui program studi, pembaruan kurikulum hingga menyiapkan tenaga pendidik yang relevan dengan perubahan dan kebutuhan zaman. Perubahan dan pembaruan diperlukan agar generasi anak-cucu tak hanya mampu beradaptasi, tetapi juga menjadi pelaku penting di setiap tahap perubahan zaman.

Setelah Generasi Milenial yang kini sudah memasuki dunia kerja, anak-cucu era terkini diidentIfikasi sebagai Generasi Y dan Generasi Alpha. Tantangan mereka kini sudah menjadi persoalan riel. Tak sekadar beradaptasi, mereka bahkan harus bergegas untuk ambil bagian dalam arus transformasi digital. Bahkan, dalam hitungan waktu yang mungkin cukup singkat, para orang tua bersama Generasi Y dan Generasi Alpha akan masuk dan melakoni era teknologi 5G yang akan membentuk peradaban baru.

Komunitas global sedang bersiap menyongsong era baru itu. Generasi Y dan Generasi Alpha Indonesia pun tak mungkin menghindar dari tantangan di era itu. Maka, tak sekadar mempersiapkan kompetensi mereka, bahkan menjadi kewajiban generasi orang tua untuk melihat dan menunjukan kepada anak-cucu perkiraan tentang apa saja tantangan yang akan dihadapi oleh mereka, karena dunia dan dinamika kehidupannya mungkin tidak akan sama lagi dengan kehidupan generasi-generasi terdahulu.

Fakta tentang kesenjangan talenta digital dan kewajiban generasi orang tua menyiapkan generasi Y dan Alpha memasuki era teknologi 5G mengingatkan lagi akan inisiatif pemerintah di masa lalu mengirimkan ribuan mahasiswa melanjutkan pendidikan S1 di sejumlah negara. Program ini dikenal dengan Mahasiswa Ikatan Dinas Indonesia (Mahid) yang digagas Presiden Soekarno pada dasawarsa 60-an. Mahid yang terpaksa belajar di negeri lain menjadi pilihan tentu karena keterbatasan sektor pendidikan di dalam negeri pada era itu.

Mahid mencerminkan iktikad kuat dan kesungguhan generasi pendahulu menyiapkan generasi penerus menghadapi tantangan dan perubahan zaman. Untuk mengatasi kesenjangan talenta digital saat ini, pendekatannya tentu tidak harus sama dengan program Mahid itu. Pertanyaannya adalah warisan dan bekal apa yang akan diberikan generasi orang tua kepada anak-cucu agar mereka mampu dan bijaksana merepons perubahan zaman?

Jawaban dari pertanyaan inilah yang seharusnya menjadi fokus dan perhatian bersama. Terpenting dan utama bagi generasi orang tua sekarang ini adalah kesungguhan mempersiapan generasi anak-cucu menghadapi hari depan mereka, karena tantangannya sangat berbeda.
(dam)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1234 seconds (0.1#10.140)