Operasi Tersembunyi Tim Aligator Yonif-4 Marinir Bebaskan Sandera di Perairan sigli
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketangguhan dan kehebatan Hantu Laut, julukan untuk prajurit Marinir dalam menjalankan misi di daerah operasi tidak perlu diragukan lagi. Terbukti, pasukan elite TNI AL yang sebelumnya bernama Korps Komando (KKO) Angkatan Laut ini selalu menorehkan tinta emas dalam setiap palagan.
Seperti yang dilakukan Kompi-D Yonif-4 Mar yang tergabung dalam Tim Aligator. Situasi dan kodisi di daerah operasi menjelang MoU antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada Mei 2005 agak sedikit berbeda dengan situasi dan kondisi sebelumnya. Ada beberapa instruksi dari penguasa Darurat Militer yang membatasi manuver satuan satuan TNI seperti instruksi kepada satuan-satuan untuk menahan diri untuk tidak melaksanakan operasi agar tidak mengganggu dan menghambat proses jalannya MoU antara pemerintah RI dengan GAM di Helsinki.
Situsi tersebut saat itu dimanfaatkan oleh kelompok lawan yang tidak bertanggung jawab dengan melaksanakan manuver-manuver di tengah laut untuk mencari dana dengan cara merampok dan meminta tebusan. Pada hari Kamis tanggal 27 Mei 2005 jam 08.30 Wib tepatnya di Desa Jeumeurang Pidie Tim Aligator mendapat laporan dari masyarakat nelayan atas nama Husin, bahwa kapalnya dinaiki OTK sebanyak 4 orang bersenjata campuran dan informasi dari nelayan Lancang Paru bahwa ada kelompok GSA bergerak ke arah barat mengikuti kapal nelayan, sampai dilaut berpindah-pindah ke kapal nelayan lain di perairan Sigli dengan membawa beberapa orang sandera.
Menindaklanjuti laporan masyarakat tersebut Tim Aligator mengumpulkan informasi-informasi tambahan agar informasi tersebut statusnya menjadi A-1, kemudian mereka membuat Rencana Operasi Pembebasan Sandera. Setelah itu Dantim Aligator berkoordinasi dengan atasannya untuk melaksanakan RO yang telah dibuat. Oleh karena situasi saat itu tidak memungkinkan untuk melaksanakan manuver pasukan dikawatirkan berdampak terganggunya proses MoU antara pemerintah RI dengan GAM yang sedang berjalan, maka RO tersebut terhambat sebab bila dilaporkan ke Komando Atas kemungkinan besar tidak akan mendapat persetujuan.
Hal tersebut menjadi dilema, satu sisi prajurit ingin mencari pengalaman bertempur dengan memanfaatkan permohonan dari masyarakat nelayan untuk membebaskan rekan-rekannya yang sedang disandera kelompok GSA, satu sisi lagi hal tersebut melanggar instruksi penguasa Darurat Militer. Berdasarkan kalkulasi tempur serta untung rugi dari RO tersebut maka Dantim Aligator berani mengambil keputusan dan resiko untuk tetap melaksanakan operasi pembebasan sandera dan tidak melaporkan kepada Komando Atas yang selanjutnya disebut Operasi Ilegal.
Dengan sorot mata yang optimis disertai libido bertempur yang tinggi 14 prajurit Marinir dari Tim Aligator dipimpin Lettu Mar Profs Dhegratmen pada hari Senin tanggal 30 Mei 2005 jam 19.00 Wib, melaksanakan gerakan untuk mencari, menemukan dan menghancurkan musuh dengan menggunakan kapal nelayan dalam rangka Operasi Pembebasan Sandera.
Pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2005 jam 08.30 Wib Tim Aligator pada posisi CO 050 38’ LU 0960 04‘ BT/ CO. beberapa kapal nelayan dan dilaksanakan pemeriksaan, kemudian terdapat satu kapal (kapal Salam Madina) berusaha meloloskan diri, selanjutnya diberikan tembakan peringatan agar kapal Salam Madina tersebut berhenti. Dari kapal tersebut terlihat salah satu ABK yang berada diluar kapal berteriak dan melambaikan tangan supaya kapal mereka jangan ditembaki, dan dia memberi isyarat bahwa didalam kapal terdapat orang bersenjata.
Mendengar teriakan dan isyarat tersebut Danki Aligator dengan Kirpatnya (perkiraan cepat) memberi isyarat dengan melemparkan beberapa jaket pelampung ke laut agar ABK keluar dari kapal dan melompat ke laut. Setelah melihat beberapa ABK melompat ke laut mencari pelapung, Tim Aligator mengadakan pengejaran terhadap kapal tersebut sambil mengeluarkan tembakan peringatan ke atas, namun kapal tersebut tetap melaju sambil menembak ke arah kapal Tim Aligator dan terjadilah kontak tembak dengan kelompok GSA yang berada di kapal Salam Madina yang mengakibatkan Praka Mar Heri Kristanto tertembak di paha kaki kiri.
Setelah + 30 menit kontak tembak, Tim Aligator mengakhiri serangan dengan tembakan RPG -7 yang menyebabkan kerusakan pada bagian buritan kapal (mesin) dan menimbulkan kebakaran. Pada jam 09.45 Wib setelah diyakini kelompok GSA dapat dilumpuhkan serta tidak ada tembakan balasan, Tim Aligator melaksanakan penyisiran di sekitar kapal yang terbakar untuk mencari korban dari pihak kelompok GSA dan mencoba untuk mengambil kapal yang terbakar dengan cara mengikatkan tali ke kapal Tim Aligator yang diyakini didalamnya masih terdapat senjata, namun tali pengikatnya putus akibat kobaran api yang membakar begitu cepat dan menenggelamkan kapal.
Selanjutnya dengan cepat dilaksanakan pencarian dan pertolongan ke posisi ABK kapal yang tadinya melompat ke laut dan ditemukan 7 orang sedang mengapung dengan memanfaatkan jaket pelampung yang dilemparkan Tim Aligator kemudian dinaikkan ke kapal, setelah dilaksanakan pengamanan dan pengecekan ternyata 1 (satu) orang diantaranya adalah anggota kelompok GSA atas nama Junizar (19 Th ) alamat Mns Mon Pertamina Kab. Aceh Besar. Setelah dinyatakan aman dan mempertimbangkan kondisi korban Praka Mar Heri Kristanto semakin melemah Dantim Aligator memerintahkan meninggalkan TKP menuju ke pantai Kuala Tari Kec. Kembang Tanjung Kab. Pidie sambil melaksanakan kontak radio ke Posko Utama Satgas untuk melaporkan operasi ilegal yang telah dilaksanakan dan permintaan Helly untuk evakuasi korban luka tembak.
Pada jam 13.30 Wib Tim Aligator mendarat di pantai Kuala Tari Kec. Kembang Tanjung Kab. Pidie dan Praka Mar Heri Kristanto langsung dievakuasi dengan menggunakan Helly menuju ke Kesrem Lhokseumawe dilanjutkan konsolidasi dan reorganisasi. Berdasarkan keterangan dari 1 (satu) orang Pok GSA yang tertangkap atas nama Junizar (19 Th) dan 6 sandera yang dibebaskan bahwa terdapat 3 (tiga) orang kelompok GSA di dalam kapal yang terbakar dan tenggelam atas nama Belot alamat Jeunib, Bambang alamat Jeunib, Ramit alamat Jeunib, alamat Meunasah Mon Pertamina Kab. Aceh Besar, dengan membawa 1 pucuk M 16 dilengkapi dengan GLM, 1 pucuk AK 47, 1 pucuk SS 1, 2 pucuk pistol FN.
Adapun 6 orang sandera yang dibebaskan diatas Kapal Salam Madina atas nama Arman Simanggungsong (30 th) alamat Yong Panah Hijau Ling 7 Labuhan Deli (ABK Bahari Indah kapal Nelayan Belawan), Idris hasan (39 th) alamat kilometer 8 kuala Langsa (ABK Bahari Indah kapal Nelayan Belawan), Muhammad Hasballah (29 th) alamat Ds. Cot Gaja Kec. Simpang Tiga Aceh Pidie (ABK Salam Madina kapal nelayan Sigli), Abdul samad (27 th) alamat Ds. Cot Gaja Kec. Simpang Tiga Aceh Pidie (ABK Salam Madina kapal nelayan Sigli), Fakhrur (17 th) alamat Ds. Cot Gaja Kec. Simpang Tiga Aceh Pidie (ABK Salam Madina kapal nelayan Sigli), M. Ali (29 th) alamat Ds. Cot Gaja Kec. Simpang Tiga Aceh Pidie (ABK Salam Madina kapal nelayan Sigli) selanjutnya diserahkan kepada Komando Atas.
Kerugian operasi tersebut yaitu 1 (satu) personil atas nama Praka Mar Heri Kristanto tertembak pada bagian paha kaki kiri, 1 (satu) butir Munisi RPG -7,50 butir Munisi GPMG, 400 butir Munisi SS1.
Sumber:
1. Wikipedia.org
2. Majalah Marinir
Seperti yang dilakukan Kompi-D Yonif-4 Mar yang tergabung dalam Tim Aligator. Situasi dan kodisi di daerah operasi menjelang MoU antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada Mei 2005 agak sedikit berbeda dengan situasi dan kondisi sebelumnya. Ada beberapa instruksi dari penguasa Darurat Militer yang membatasi manuver satuan satuan TNI seperti instruksi kepada satuan-satuan untuk menahan diri untuk tidak melaksanakan operasi agar tidak mengganggu dan menghambat proses jalannya MoU antara pemerintah RI dengan GAM di Helsinki.
Situsi tersebut saat itu dimanfaatkan oleh kelompok lawan yang tidak bertanggung jawab dengan melaksanakan manuver-manuver di tengah laut untuk mencari dana dengan cara merampok dan meminta tebusan. Pada hari Kamis tanggal 27 Mei 2005 jam 08.30 Wib tepatnya di Desa Jeumeurang Pidie Tim Aligator mendapat laporan dari masyarakat nelayan atas nama Husin, bahwa kapalnya dinaiki OTK sebanyak 4 orang bersenjata campuran dan informasi dari nelayan Lancang Paru bahwa ada kelompok GSA bergerak ke arah barat mengikuti kapal nelayan, sampai dilaut berpindah-pindah ke kapal nelayan lain di perairan Sigli dengan membawa beberapa orang sandera.
Menindaklanjuti laporan masyarakat tersebut Tim Aligator mengumpulkan informasi-informasi tambahan agar informasi tersebut statusnya menjadi A-1, kemudian mereka membuat Rencana Operasi Pembebasan Sandera. Setelah itu Dantim Aligator berkoordinasi dengan atasannya untuk melaksanakan RO yang telah dibuat. Oleh karena situasi saat itu tidak memungkinkan untuk melaksanakan manuver pasukan dikawatirkan berdampak terganggunya proses MoU antara pemerintah RI dengan GAM yang sedang berjalan, maka RO tersebut terhambat sebab bila dilaporkan ke Komando Atas kemungkinan besar tidak akan mendapat persetujuan.
Hal tersebut menjadi dilema, satu sisi prajurit ingin mencari pengalaman bertempur dengan memanfaatkan permohonan dari masyarakat nelayan untuk membebaskan rekan-rekannya yang sedang disandera kelompok GSA, satu sisi lagi hal tersebut melanggar instruksi penguasa Darurat Militer. Berdasarkan kalkulasi tempur serta untung rugi dari RO tersebut maka Dantim Aligator berani mengambil keputusan dan resiko untuk tetap melaksanakan operasi pembebasan sandera dan tidak melaporkan kepada Komando Atas yang selanjutnya disebut Operasi Ilegal.
Dengan sorot mata yang optimis disertai libido bertempur yang tinggi 14 prajurit Marinir dari Tim Aligator dipimpin Lettu Mar Profs Dhegratmen pada hari Senin tanggal 30 Mei 2005 jam 19.00 Wib, melaksanakan gerakan untuk mencari, menemukan dan menghancurkan musuh dengan menggunakan kapal nelayan dalam rangka Operasi Pembebasan Sandera.
Pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2005 jam 08.30 Wib Tim Aligator pada posisi CO 050 38’ LU 0960 04‘ BT/ CO. beberapa kapal nelayan dan dilaksanakan pemeriksaan, kemudian terdapat satu kapal (kapal Salam Madina) berusaha meloloskan diri, selanjutnya diberikan tembakan peringatan agar kapal Salam Madina tersebut berhenti. Dari kapal tersebut terlihat salah satu ABK yang berada diluar kapal berteriak dan melambaikan tangan supaya kapal mereka jangan ditembaki, dan dia memberi isyarat bahwa didalam kapal terdapat orang bersenjata.
Mendengar teriakan dan isyarat tersebut Danki Aligator dengan Kirpatnya (perkiraan cepat) memberi isyarat dengan melemparkan beberapa jaket pelampung ke laut agar ABK keluar dari kapal dan melompat ke laut. Setelah melihat beberapa ABK melompat ke laut mencari pelapung, Tim Aligator mengadakan pengejaran terhadap kapal tersebut sambil mengeluarkan tembakan peringatan ke atas, namun kapal tersebut tetap melaju sambil menembak ke arah kapal Tim Aligator dan terjadilah kontak tembak dengan kelompok GSA yang berada di kapal Salam Madina yang mengakibatkan Praka Mar Heri Kristanto tertembak di paha kaki kiri.
Setelah + 30 menit kontak tembak, Tim Aligator mengakhiri serangan dengan tembakan RPG -7 yang menyebabkan kerusakan pada bagian buritan kapal (mesin) dan menimbulkan kebakaran. Pada jam 09.45 Wib setelah diyakini kelompok GSA dapat dilumpuhkan serta tidak ada tembakan balasan, Tim Aligator melaksanakan penyisiran di sekitar kapal yang terbakar untuk mencari korban dari pihak kelompok GSA dan mencoba untuk mengambil kapal yang terbakar dengan cara mengikatkan tali ke kapal Tim Aligator yang diyakini didalamnya masih terdapat senjata, namun tali pengikatnya putus akibat kobaran api yang membakar begitu cepat dan menenggelamkan kapal.
Selanjutnya dengan cepat dilaksanakan pencarian dan pertolongan ke posisi ABK kapal yang tadinya melompat ke laut dan ditemukan 7 orang sedang mengapung dengan memanfaatkan jaket pelampung yang dilemparkan Tim Aligator kemudian dinaikkan ke kapal, setelah dilaksanakan pengamanan dan pengecekan ternyata 1 (satu) orang diantaranya adalah anggota kelompok GSA atas nama Junizar (19 Th ) alamat Mns Mon Pertamina Kab. Aceh Besar. Setelah dinyatakan aman dan mempertimbangkan kondisi korban Praka Mar Heri Kristanto semakin melemah Dantim Aligator memerintahkan meninggalkan TKP menuju ke pantai Kuala Tari Kec. Kembang Tanjung Kab. Pidie sambil melaksanakan kontak radio ke Posko Utama Satgas untuk melaporkan operasi ilegal yang telah dilaksanakan dan permintaan Helly untuk evakuasi korban luka tembak.
Pada jam 13.30 Wib Tim Aligator mendarat di pantai Kuala Tari Kec. Kembang Tanjung Kab. Pidie dan Praka Mar Heri Kristanto langsung dievakuasi dengan menggunakan Helly menuju ke Kesrem Lhokseumawe dilanjutkan konsolidasi dan reorganisasi. Berdasarkan keterangan dari 1 (satu) orang Pok GSA yang tertangkap atas nama Junizar (19 Th) dan 6 sandera yang dibebaskan bahwa terdapat 3 (tiga) orang kelompok GSA di dalam kapal yang terbakar dan tenggelam atas nama Belot alamat Jeunib, Bambang alamat Jeunib, Ramit alamat Jeunib, alamat Meunasah Mon Pertamina Kab. Aceh Besar, dengan membawa 1 pucuk M 16 dilengkapi dengan GLM, 1 pucuk AK 47, 1 pucuk SS 1, 2 pucuk pistol FN.
Adapun 6 orang sandera yang dibebaskan diatas Kapal Salam Madina atas nama Arman Simanggungsong (30 th) alamat Yong Panah Hijau Ling 7 Labuhan Deli (ABK Bahari Indah kapal Nelayan Belawan), Idris hasan (39 th) alamat kilometer 8 kuala Langsa (ABK Bahari Indah kapal Nelayan Belawan), Muhammad Hasballah (29 th) alamat Ds. Cot Gaja Kec. Simpang Tiga Aceh Pidie (ABK Salam Madina kapal nelayan Sigli), Abdul samad (27 th) alamat Ds. Cot Gaja Kec. Simpang Tiga Aceh Pidie (ABK Salam Madina kapal nelayan Sigli), Fakhrur (17 th) alamat Ds. Cot Gaja Kec. Simpang Tiga Aceh Pidie (ABK Salam Madina kapal nelayan Sigli), M. Ali (29 th) alamat Ds. Cot Gaja Kec. Simpang Tiga Aceh Pidie (ABK Salam Madina kapal nelayan Sigli) selanjutnya diserahkan kepada Komando Atas.
Kerugian operasi tersebut yaitu 1 (satu) personil atas nama Praka Mar Heri Kristanto tertembak pada bagian paha kaki kiri, 1 (satu) butir Munisi RPG -7,50 butir Munisi GPMG, 400 butir Munisi SS1.
Sumber:
1. Wikipedia.org
2. Majalah Marinir
(cip)