Waspadai Varian Baru Covid-19

Rabu, 17 Maret 2021 - 06:17 WIB
loading...
A A A
Juru Bicara Vaksinasi Kemenkes itu lantas menuturkan bahwa proses mutasi merupakan hal yang biasa dilakukan virus karena karakteristiknya yang berkembang dengan cara menginfeksi. Akan tetapi tidak semua mutasi itu perlu menjadi perhatian khusus atau berdampak menyebabkan suatu penyakit bertambah parah.

“Ini nature atau karakteristik virus untuk melakukan mutasi dengan cara menginfeksi. Karena tidak semua mutasi itu (berdampak) jelek. Bisa aja dia bermutasi, akhirnya virus menjadi tidak lebih menular atau makin lemah. Kalau yang baru, kita ketahui ditemukan dari hasil uji di laboratorium bahwa virus tersebut kemungkinan lebih pintar, bisa mengelabui antibodi untuk mengenalnya. Tapi belum menjadi perhatian khusus dari WHO,” lanjut dia.

Di sisi lain, Nadia menyatakan adanya berbagai varian virus Covid-19 tidak berpengaruh terhadap vaksin yang sudah diproduksi dan digunakan. Menurutnya, sejauh ini belum ada temuan terkait mutasi virus terhadap efikasi vaksin.

“Masih efektif. Belum ada bukti yang menyatakan bahwa vaksin yang sekarang sudah tidak bisa digunakan untuk mengenali virus Covid-19, termasuk variannya. Vaksin merespon berbagai macam antibodi atau protein, bukan hanya satu protein. Sementara, mutasi N439K ini terjadi pada single protein, bukan multiple protein.,” tegasnya.

Dia meminta masyarakat tidak panik terhadap kabar varian virus Covid-19 yang mulai merebak. Sebaliknya, Nadia terus menekankan untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas. Selain testing, tracing dan treatment (3T), protokol kesehatan menjadi cara paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan virus Covid-19.

“Makin tinggi mobilitas orang maka risiko terjadi penularan itu semakin tinggi. Protokol kesehatan harus wajib. Yang berubah itu, di pintu masuk negara harus diperkuat untuk mencegah penyebaran virus,” pesannya.

Nadia juga mendorong pemerintah tetap mewaspadai penyebaran mutasi virus corona tersebut. Salah satunya yaitu memperkuat pemeriksaan atau skrining di pintu masuk kedatangan orang di bandar udara (bandara), pelabuhan, stasiun, dan lainnya.

“Sejak awal pandemi, WHO bersama GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data) meminta semua negara untuk memonitor perkembangan mutasi virus Covid-19. Di Indonesia, semua orang harus bawa hasil tes PCR negatif, kemudian diperiksa ulang. Kalaupun negatif, tetap harus isolasi atau karantina selama 5 hari. Jadi mereka tidak bisa langsung berkumpul bersama keluarga,” tukas dia.

Untuk diketahui, kasus aktif Covid-19 di Indonesia menunjukkan tren penurunan sejak Ferbuari 2021, dan merupakan dampak dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat PPKM Jawa - Bali dan dilanjutkan PPKM Mikro tingkat desa dan kelurahan. Perkembangan baik di Indonesia ini sejalan dengan perkembangan kasus aktif tingkat dunia.

Pada tingkat dunia, perkembangan kasus aktif terlihat sejalan dengan Indonesia. Dimana pergerakan grafiknya cenderung terus meningkat sejak awal hingga Oktober 2020. Lalu, trennya meningkat secara signifikan dan tajam hingga Februari 2021. Dan ini seiring meningkatnya kasus aktif pada negara-negara terbanyak menyumbang kasus aktif dunia diantaranya Amerika Serikat, Rusia, Inggris dan Perancis. Selanjutnya kasus aktif dunia terus menurun hingga hari ini.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1049 seconds (0.1#10.140)