Ombudsman Terima Banyak Keluhan Kurangnya Informasi Alur Pelayanan Pasien COVID-19 Awal Pandemi

Selasa, 16 Maret 2021 - 03:07 WIB
loading...
Ombudsman Terima Banyak Keluhan Kurangnya Informasi Alur Pelayanan Pasien COVID-19 Awal Pandemi
Ketua Ombudsman RI, Mokh Najih mengatakan dari laporan masyarakat yang masuk sistem Posko Pengaduan Daring Ombudsman RI, kurangnya informasi mengenai alur pelayanan bagi pasien COVID-19. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua Ombudsman RI , Mokh Najih mengatakan dari laporan masyarakat yang masuk sistem Posko Pengaduan Daring Ombudsman RI, kurangnya informasi mengenai alur pelayanan bagi pasien COVID-19 .

“Nah yang menarik dari bidang pelayanan kesehatan misalnya ini yang menjadi keluhan itu terutama adalah di bidang terutama ini sepertinya adalah data-data di awal, sampai bulan Juli, keluhan masyarakat itu terutama kaitannya misalnya kurangnya informasi tentang alur pelayanan penanganan COVID-19,” ujar Najih dalam konferensi pers terkait vaksin bersama Kementerian Kesehatan secara virtual, Senin (15/3/2021).

Najih juga mengatakan masyarakat juga mengeluhkan terkait perbedaan klasifikasi pasien-pasien COVID-19. Klasifikasi pasien di awal pandemi diantaranya penyebutan orang dalam pengawasan (ODP), Pasien dalam pengawasan (PDP) serta orang tanpa gejala (OTG) dalam istilah COVID-19. Kemudian istilah tersebut kini diganti dengan kasus suspek, probable, konfirmasi dan kontak erat. “Kemudian kurangnya informasi tentang perbedaan-perbedaan klasifikasi pasien,” katanya.

Selain itu, kata Najih, masyarakat juga melaporkan bahwa ada rumah sakit yang kurang transparan menginformasikan informasi sakit pasien. “Kemudian ada juga Rumah Sakit kurang transparan dalam menginformasikan informasi sakit pasien.”

Bahkan, penyampaian hasil tes COVID-19 juga banyak yang dikeluhkan masyarakat. Kemudian keterlambatan penyampaian hasil tes COVID-19 kepada pasien.

Sementara di tingkat daerah, Najih mengatakan banyak kepada daerah yang kurang berkoordinasi dengan instansi pusat terkait dengan penanganan COVID-19. “Kemudian di tingkat daerah ini banyak kepala desa atau pemerintahan desa, kurang berkoordinasi dengan instansi terkait dalam penanganan COVID-19.”

Serta, kata Najih kurangnya upaya preventif dari pemerintah untuk memantau langsung kondisi kesehatan atau pemberian vitamin kepada masyarakat. Kebutuhan laboratorium untuk pengetesan serta kebutuhan pemeriksaan seperti rapid test, PCR dan sebagainya.

“Dan rumah sakit rujukan masih banyak yang kekurangan fasilitas. Kemudian terbatasnya laboratorium dan kebutuhan pemeriksaan COVID-19 seperti rapid tes dan sebagainya. Itu beberapa pengaduan masyarakat berkaitan dengan pandemi COVID-19 ini,” tutup Najih.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1016 seconds (0.1#10.140)