Jejak Gelap Terang Anton Medan Sang Petualang

Senin, 15 Maret 2021 - 19:55 WIB
loading...
Jejak Gelap Terang Anton...
Muhammad Ramdhan Efendi yang juga dikenal dengan nama Anton Medan meninggal akibat komplikasi penyaakit di usia 63 tahun. Foto/facebook
A A A
JAKARTA - Anton Medan , ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) meninggal dunia akibat komplikasi penyakit pada Senin (14/3/2021) siang tadi. Rencananya, jenazah Anton Medan akan dimakamkan di kompleks pondok pesantren At Taibin di Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor. Banyak orang merasa kehilangan atas kepergiannya.

Siapa sebenarnya Anton Medan? Tak bisa disangkal lagi, dia adalah petualang. Tidak saja di dunia hitam tapi juga spiritual. Pernah dikenal sebagai perampok ulung sekaligus bandar judi, Anton Medan akhirnya menemukan Islam sebagai sandaran hidup yang tepat dan meninggal di usia 63 tahun sebagai salah satu pendakwah yang gigih.

Anton terlahir dengan nama Tan Hok Liang di Tebing Tinggi, Sumatra Utara pada 10 Oktober 1957. Sejak usia belia, Anton sudah kenal dengan dunia kejahatan. Saat itu usianya 12 tahun dan merantau ke Tebing Tinggi. Ketika itu, dia sudah menjadi tulang punggung keluarga dan putus sekolah.

(Baca: Anton Medan Meninggal Dunia)

Anton kecil kemudian menjadi anak jalanan dengan bekerja sebagai calo di Terminal Tebing Tinggi. Tugasnya membantu sopir bus untuk mencari penumpang. Singkat cerita, suatu hari Anton Medan cekcok dengan salah satu supir busnya.

Dia telah mencarikan penumpang namun tak diberikan upah atas kerjanya itu. Karena terpancing emosi, Anton memukul sopir itu dengan balok. Kejadian itu untuk pertama kalinya menyeret Anton berurusan dengan pihak kepolisian.

Setelah kejadian itu, dia kembali ke Kota Medan. Peristiwa serupa pun terjadi, setelah dipukuli oleh beberapa sopir bus, Anton Medan akhirnya membalas dengan sabetan parang yang membuat salah satu sopir tewas.

Anton medan pun harus mendekam di penjara selama empat tahun. Jeruji besi memberikan kenyataan yang pahit untuk dia. Hanya satu kali ia dijenguk keluarganya.

Setelah melewati masa hukuman, Anton Medan pun kembali kerumahnya. Tetapi, dia merasa keluarganya tidak menerima dia lagi yang notabene sebagai narapidana.

(Baca: Besok, Anton Medan Dimakamkan di Ponpes At-Taibin Cibinong Bogor)

Mengadu nasib di Ibukota


Kenyataan itu membuat Anton Medan mengambil keputusan besar untuk merantau ke Jakarta beradu nasib. Awalnya dia ke Ibu Kota dengan tujuan mencari alamat pamannya di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Tetapi harapannya meleset jauh. Bukannya disambut, sang paman malah mengusirnya.

Kekecewaan mendalam dan perasaan sebatang kara membuat Anton Medan merasa masa depannya hilang. Geram dan dendam berkelindan. Dia memulai perjalanan di lorong gelapnya. Berawal sebagai penjambret, Anton Medan yang merasa hasilnya tak cukup banyak pun tertantang menjadi seorang perampok.

Semua itu dilakukan Anton Medan lantaran keadaan dan situasi yang mendorongnya menjalani aktivitas sebagai seorang kriminal. Dari perampokan, Anton Medan pun mulai mengepakan sayapnya ke dunia perdagangan obat-obatan terlarang. Dari modal itu, dia akhirnya menjadi bandar judi.

Dengan segala kejahatan yang dirintisnya, akhirnya orang disekitarnya menjuluki dia dengan panggilan Anton Medan sang penjahat kelas kakap yang keluar masuk penjara. Sejalan dengan aktivitas kriminalnya, Anton ternyata juga secara teratur mencoba mencari ketenangan batin, memulai perjalanan spriritualnya.

(Baca: Anton Medan Meninggal, Warganet Ucapkan Belasungkawa)

Anton mengakui semula diaa merupakan penganut agama Buddha lalu beralih ke Kristen sebelum berlabuh ke Islam. Dia menjadi mualaf sejak tahun 1992 dan mengganti namanya menjadi Muhammad Ramdhan Efendi.

Anton yang juga dikenal sebagai santri dai sejuta umat almarhum KH Zainuddin MZ itu mengaku menemukan ketenangan dalam Islam. Ia mencecap banyak ilmu agama Islam lewat berbagai sumber dan organisasi.

"Saya mempelajari Islam dari balik tembok-tembok penjara. Saya mempelajari Islam dari banyak guru, mulai dari guru NU, Persis dan Muhammadiyah. Akhirnya, hati saya pun menjadi tenang," papar Anton di sebuah kegiatan tausiah pada tahun 2013.

Dipercaya menjadi ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) sejak 2012 dan Anton mendirikan rumah ibadah yang diberi nama Masjid Jami' Tan Hok Liang. Masjid itu terletak di areal Pondok Pesantren At-Ta'ibin, Pondok Rajeg, Cibinong, lokasi yang menjadi pemakaman jenazahnya.
(muh)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1795 seconds (0.1#10.140)