Tekan Risiko Penularan dengan Cerdas Tangani Virus Corona

Selasa, 09 Maret 2021 - 10:25 WIB
loading...
Tekan Risiko Penularan...
Sekretaris Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 dr Mariya Mubarika. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Tenaga perawat dan sumber daya masyarakat (SDM) kesehatan lainnya memiliki risiko tiga kali lipat lebih besar terinfeksi Covid-19 meskipun berada di negara yang pengendalian virus Coronanya baik sekalipun.

Demikian hasil jurnal terbaru disampaikan Sekretaris Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 dr Mariya Mubarika dalam Nursing Zoominar Episode ke-226 bertajuk Perlindungan Perawat di Masa Pandemi Covid-19 yang digelar Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Senin 8 Maret 2021 siang.

Pada zoominar yang diikuti 1.530 perawat se-Indonesia, baik yang diikuti melalui zoom dan live YouTube, Mariya mengungkapkan banyak laporan dokter menyampaikan keluhan perawat khawatir tertular Covid-19.

Perawat rata-rata tidak memiliki tempat khusus ketika pulang ke rumah. Di tambah lagi terdapat bayi di rumah, orangtua dengan komorbid (penyakit penyerta), yang berakibat perawat bekerja dengan mental dilema antara tuntutan keselamatan diri dan orangtua.

“Ini jadi imbalance kerja dan kehidupan yang sadar atau tidak ini pernah dialami semua. Keluarga terlantar, dan kurangnya informasi akurat,” tutur dr Mariya Mubarika seperti dikutip dari covid19.go.id.

Ketua Bidang Advokasi Legislasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini dalam presentasinya mengajak tenaga perawat lebih cerdas dari virus. Perawat harus bisa memahami dengan benar karakteristik virus agar dapat menghindar atau jangan sampai tertular dari virus corona ini dan jika terinfeksi sekalipun tidak sampai parah, cukup di fase 1 yang tidak ada resiko kerusakan apa-apa pasca penyembuhan.

Salah satunya, sambung dia, menjaga imunitas kesehatan tubuh tetap prima serta tetap menerapkan protokol kesehatan. Namun, permasalahan di Indonesia, terutama tenaga kesehatan banyak yang tidak mengenali status kesehatan. Perawat merasa tidak punya riwayat gula darah tinggi, dan hipertensi namun baru ketahuan setelah terinfeksi Covid-19.

“Oleh karena itu penting mengetahui status kesehatan kita jika terinfeksi pun kita langsung bisa teratasi dengan baik. Sejauh data yang didapat saat ini bahwa imunitas yang dibentuk dari vaksin atau pasca infeksi sekalipun sangat individual, sehingga meskipun sudah divaksin harus tetap protokol kesehatan, agar tidak terinfeksi,” ujar dokter lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.



Ketua DPP PPNI Bidang Pelayanan Dr Ati Suryamediawati SKp MKep membenarkan permasalahan yang banyak dihadapi perawat, khususnya dalam menangani pasien terinfeksi Covid-19.

Ati mengutip data rata-rata perawat memiliki angka beban kerja sebanyak 7-8. Artinya kemampuan beban adaptasi perawat untuk melayani pasien Covid-19 mampunya dua sampai tiga pasien. “Mereka dari diri sendiri rendah kemampuan adaptasinya,” katanya.

Anggota Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia ini mengatakan perawat merupakan tenaga kesehatan terbanyak dan paling lama kontak dengan pasien. Perawat juga memiliki banyak peran dalam menangani pasien.

Mulai dari berperan sebagai konektor, langsung atau tidak langsung ke pasien, komunikator antara keluarga dan perawat, kolaborator untuk mengambil keputusan bersama. Hingga sebagai advocator membantu klien yang bermasalah dengan keluarga dan stigma dari masyarakat sekitar. “Perawat juga sebagai aplikator hingga menjelaskan ke masyarakat,”ujarnya.

Dia mengatakan, kunci perlindungan perawat, yakni melakukan tugas berdasarkan kode etik organisasi profesi, standar pelayanan, standar profesi dan standar operasional prosedur (SOP). “Kalau teman-teman berpedoman pada ini bisa melindungi teman-teman,” tuturnya.
(dam)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1530 seconds (0.1#10.140)